Chapter 82 - I love you

4.5K 87 2
                                    

Playlist : Official Missing You - Tamia (Jason Chen x Jules Aurora Cover) 🎶

***

Jen POV

Akhir dari cerita biasanya happy ending atau sad ending. Dan aku beruntung karena kisahnya berakhir dengan happy ending.

Kini statusku telah berubah menjadi Mrs. Jennifer Johansson. Hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku senang dengan akhir dari perjuanganku selama ini. Bukan hanya karena aku menemukan cinta sejatiku, tetapi karena aku juga mendapatkan teman-teman yang baik, yang selalu ada untukku. Dan hal yang paling membuatku senang adalah akhirnya aku mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuaku yang sudah lama kuimpikan.

Aku berjanji pada diriku bahwa putra-putriku kelak tidak akan pernah kekurangan kasih sayang dariku dan William. Kami akan mencintai mereka segenap hati. Tidak akan kubiarkan mereka merasakan apa yang kurasakan dulu.

Aku menatap bulan yang bersinar malam ini. Angin malam terasa menusuk kulitku. Ku eratkan cardigan yang melapisi tubuhku. Aku memang tengah berdiri di balkon kamar sembari menatapi bulan.

Aku tersentak saat merasakan sebuah pelukan pada perutku. Tidak erat karena aku tahu dia tidak mungkin menyakiti miliknya. Tanpa perlu berbalik, aku sudah bisa menebak siapa dia. Suamiku ....

"Berani-beraninya kamu meninggalkan suamimu, hm?"

Aku terkekeh geli. "Bulan lebih menarik dari padamu, William." Terdengar dengusan sebal dari atas kepalaku.

"Angin malam tidak bagus untuk ibu hamil. Sebaiknya kita masuk ke dalam kamar."

Aku menggeleng dan menyentuh tangannya yang melingkar di perutku yang masih rata. "Bisakah tunggu sebentar? Aku hanya ingin menatapi bulan."

"Bulan lebih menarik daripada suami tampanmu itu? Seriously?"

Aku mengangguk beberapa kali. "Menurutmu, bayi pertama kita laki-laki atau perempuan?" tanyaku penasaran akan jawabannya. Sejujurnya aku berharap janin yang kukandung ini adalah bayi laki-laki tampan, seperti Daddy-nya.

"Sejujurnya aku tidak peduli mau dia laki-laki atau pun perempuan. Yang terpenting dia bisa mengikat kita selamanya."

Aku terkekeh mendengar jawabannya. Mengikat katanya? Terdengar ambigu, you know ....

"Well, kalau disuruh memilih. Apa jawabanmu?"

Aku membalikkan badan, menatapnya yang tengah berpikir keras. Kedua tangannya masih melingkar di perutku dengan setia.

"Kurasa bayi kita kembar—laki-laki dan perempuan. Menurutmu, bagaimana?"

Kedua mataku terbelalak. Aku sama sekali tidak kepikiran jika dia akan menjawab itu.

"Aku juga tidak mau kalah dengan Morgan. Dia akan segera memiliki bayi kembar," ucapnya dengan bibir mengerucut.

Aku terkekeh melihatnya. Oh, astaga! Benarkah dia suamiku? Kebiasaan untuk menyaingi Morgan tidak pernah berubah. By the way, saat ini Claire memang tengah mengandung bayi kembar. Usia kehamilannya sekitar 20 minggu. Sedangkan, aku baru memasuki minggu ke-3. Untunglah bayiku ini tidak rewel, sehingga tidak menyusahkan ibunya dan ngidam yang aneh-aneh. Aku masih mengingat bagaimana awal kehamilan Claire. Dia selalu muntah-muntah dan tidak bisa memakan apa pun, benar-benar menderita. Dan aku masih mengingat raut panik Morgan saat itu, benar-benar lucu.

"Hei! Kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri?"

Pertanyaan William menyadarkanku. Aku tersenyum ke arahnya. "Apa kamu sudah memikirkan nama untuk anak kita? Aku sama sekali belum memikirkannya."

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang