Chapter 16 - She must pay it

3.7K 119 2
                                    

Playlist : Attention - Charlie Puth 🎶

***

William baru saja sampai di apartemennya. Ya, dia tidak mau tinggal di mansion orang tuanya jadi dia lebih memilih tinggal sendiri. Bukankah lebih bebas?

William menekan sakelar sehingga lampu menyala. Keningnya mengerut saat mendapati seseorang tengah duduk membelakanginya di ruang tamu. Dari postur tubuhnya, William bisa menebak siapa itu.

"Untuk apa kau kemari? Dan dari mana kau tahu password apartemenku?"

"Apa pun bisa kuketahui, William. Termasuk rencana busukmu," ucap orang itu tanpa berbalik.

William berjalan dengan langkah santai hingga dia berdiri di depan orang itu.

"What do you mean, Morgan?"

Orang itu adalah Morgan Johansson. Dia mendongak untuk melihat wajah William.

"Kenapa kau menggantikan posisiku bersanding dengan Jen?"

William menyeringai. "Karena kami saling mencintai."

Morgan membuang napas berat. "Kau pikir aku bodoh, hah?!" Morgan menatap tajam William lalu melanjutkan, "Aku sudah tahu semuanya, William. Kalian tidak ada hubungan apa pun. Kalian hanya memanfaatkan satu sama lain."

William mengedikkan bahunya. "Jen sendiri tak masalah akan hal itu."

"Aku menyukai Jen."

William tersenyum kecut. "I know it. Tanpa kau beritahu pun aku bisa melihatnya di pertemuan pertama kalian."

"Tetapi, kau malah merebutnya segampang itu, brengsek!"

"Hei! Hei! Jaga ucapanmu, Mr. Morgan! Jangan bersikap tidak terpelajar seperti itu!"

Morgan mengepalkan kedua tangannya. "Lepaskan Jen sekarang juga! Kau tak pantas untuk dia!"

William bersedekap. "Jadi, maksudmu kau yang pantas untuknya? Listen to me!" William menunjuk Morgan tepat di depan kedua matanya. "Sampai kapan pun Jen tidak akan menjadi milikmu."

Morgan menepis tangan William ke bawah dan langsung memberikan sebuah bogem mentah pada wajah tampan William.

William tidak melawan, dia mengusap darah yang keluar dari bibirnya dengan ibu jarinya.

"Aku pasti akan mendapatkan Jen!!!"

"Obsesi, heh?" tanya William meremehkan.

Lagi-lagi Morgan memukul adiknya tanpa pikir panjang. "Jauhi dia sebelum aku bertindak lebih dari ini, William!"

"Apa maumu?"

"Entahlah, tetapi yang jelas aku sudah memperingati dirimu. Ingat itu baik-baik!" Setelah mengucapkan itu, morgan pergi dari apartemen William sambil membanting pintu keras-keras.

William tersenyum kecut lalu duduk di atas sofa. "Sebenarnya apa yang ada dalam benaknya? Kenapa dia begitu menginginkan Jen?" tanya William pada dirinya sendiri.

Dia menekan lukanya, sepertinya bibirnya sobek sedikit. William meringis saat luka itu terasa perih. "Holy shit! Kau harus membayar mahal atas luka ini, Jen. Karena kau penyebabnya."

***

Haciuuu ....

Haciuuu ....

Jen mendengus kesal saat bersin ini mengganggunya. "Jangan-jangan ada yang mengumpatiku, tetapi siapa?" gumamnya. Tiba-tiba dia menJentikkan jarinya. "Pasti William! Siapa lagi kalau bukan dia."

Jen tengah berdiri di balkon kamarnya sambil menyesap hot chocolate kesukaannya. Jen menatap langit. Hari ini bintangnya tidak terlalu banyak. Mungkin saja beberapa sedang pulang kampung. "Kenapa hidupku harus semakin rumit saat menginjakkan kaki di sini? Dulu di London hidupku tenang. Tidak ada yang mengusikku dan semuanya tunduk padaku. Tetapi, di sini? Ada William, ada Chyntia and her minions. Oh my God! Enyahlah kalian dari hidupku!"

Jen memejamkan matanya, menikmati angin malam yang menerpa wajah cantiknya. Hari semakin malam dan angin juga semakin bertiup kencang. Jen sama sekali tidak mempedulikan rasa dingin yang menjalar di tubuhnya yang hanya dilapisi piyama tipis.

Tiba-tiba wajah menjengkelkan William muncul dalam pikirannya. Jen langsung membuka matanya.

"Oh my God! Kenapa muka tengil itu muncul dalam pikiranku? Sepertinya aku akan bermimpi buruk hari ini."

Jen berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintu balkonnya rapat-rapat dan menutup tirai. Jen menghabiskan minumannya lalu meletakkan cangkir itu di atas meja belajarnya. Jen lalu naik keatas ranjang empuknya dan segera berbaring. Setelah itu, dia sudah masuk dalam alam bawah sadarnya.





TBC

***

Willovers!!! Mana suaranya??

Jangan lupa vote dan comment ya readers...

See you. 😀

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang