"Chyntia ...," panggil Sharon pada Chyntia yang tengah melamun seperti memikirkan sesuatu. Karena kesal diacuhkan, maka Sharon nekat mengguncang tubuh Chyntia agar gadis itu kembali ke dunia nyata.
Chyntia berdecak kesal karena diganggu oleh Sharon, lalu menatap tajam temannya itu yang tengah cemberut.
"Apa yang kau pikirkan? Tidak biasanya kau diam seperti ini. Apa kau merencanakan sesuatu?"
Chyntia memutar bola matanya malas, lalu menyeruput jus melon yang esnya sudah mencair karena terlalu lama dibiarkan. "Cindy ... apa kau sudah mendapat kabar dari Justin di mana William dan Jen berada sekarang?" tanya Chyntia serius.
Cindy segera mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya. Dia segera memperlihatkan hasil kerjanya pada Chyntia. "Mereka ada di Miami dan mereka tidak hanya berdua, tetapi ada Morgan juga."
Chyntia mengernyit saat mendengar nama 'Morgan'. Sepertinya dia familiar dengan nama tersebut. "Morgan Johansson maksudmu?"
Cindy mengangguk pasti. "Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"
Chyntia malam menjawabnya dengan pertanyaan baru."Apa yang mereka lakukan di sana?"
Cindy mengedikkan bahu. "I don't know. Katanya Jen tengah liburan bersama Morgan di sana dan kemungkinan besar William menyusulnya karena bagaimanapun Jen adalah kekasihnya."
Chyntia lalu mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja sembari berpikir. "Apa kalian memikirkan hal yang sama seperti yang kupikirkan?" tanya Chyntia sambil melihat ketiga temannya.
"Oh! Aku tahu! William pasti cemburu sama Morgan makanya dia menyusul ke sana. Apa kau akan ke sana juga Chyntia?" ucap Lili.
Mendengar penuturan Lili semuanya mendesah frustrasi dan hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Aku merasa ada hal yang janggal. Bagaimana bisa Jen berlibur dengan Morgan sementara undangan pertunangan mereka sudah disebarkan?" ucap Chyntia.
"Aku setuju padamu, Chyntia. Sepertinya ada yang mereka sembunyikan dari kita dan juga publik," ujar Sharon.
"Apa mereka hanya pura-pura menjalin hubungan? Dan Jen memendam perasaan pada Morgan?" tanya Cindy.
Chyntia menggeleng. "Sepertinya semua yang diduga itu terbalik. Jen tidak pergi bersama Morgan, melainkan dia pergi bersama William. Dan Morgan yang menyusul mereka."
"Jadi, maksudmu?" tanya Sharon bingung.
"Morgan menyukai Jen dan ingin merebut Jen dari adiknya sendiri," ucap Cindy.
Chyntia mengangguk. "Kudengar Mr. Johansson juga tengah melakukan perjalanan bisnis di Miami bersama Daddy."
Cindy dan Sharon membelalakkan matanya terkejut, sedangkan Lili tampak tidak peduli.
"Lelucon macam apa ini?!" pekik Sharon.
Seketika Cindy menginjak kaki Sharon. "Kecilkan suaramu, bodoh!"
***
"I'm sorry, Mr. Johansson," lirih Jen.
Mr. Johansson yang tak lain tak bukan adalah Alex Johansson, ayah dari Morgan dan William Johansson.
Ya, Jen meneleponnya tadi karena dia tahu dia tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Dia tidak berani menceritakan masalah ini pada Daddy-nya sendiri karena dia tahu Daddy-nya pasti akan menyuruhnya menyelesaikan masalah yang sudah dia buat sendiri.
Jen menghela napas sekali lagi lalu menatap Alex serius. "I need your help. Tetapi, sebelumnya aku akan menjelaskan permasalahannya terlebih dahulu."
"Aku dan William hanya pura-pura pacaran. Kami melakukan ini untuk kepentingan masing-masing. Aku tidak mau dijodohkan dengan Morgan dan William mau Chyntia Hilbert berhenti menjadi parasit dalam hidupnya. Tetapi, tanpa diduga ... kalian malah mempercepat acara pertunangan tersebut, bahkan undangan sudah disebarkan. Lama-kelamaan aku tidak tahan akan situasi seperti ini. Aku ingin mengakhiri semuanya, tetapi William tetap bersikeras untuk meneruskan hubungan kepura-puraan ini. Sampai pada malam itu, Morgan datang dan William murka. Aku yang sudah tak tahan akhirnya meninggalkannya secara sepihak dan memilih Morgan. Tetapi, tetap saja ... bayang-bayang William terus menghantuiku hingga pada akhirnya tadi pagi Morgan marah besar padaku dan itu semua karena Morgan juga menyukai perasaan padaku. Tanpa mengucapkan apa pun, Morgan pergi dan aku takut dia menemui William dan ...."
Jen tidak sanggup mengutarakan pemikirannya. Apa-apa saja yang mungkin terjadi. Dia menutup mukanya dengan kedua tangan dan berusaha menahan sesak di dada yang tengah dia rasakan.
Alex yang mulai memahami situasi ini pun mulai angkat bicara. "Lalu, apa yang bisa aku lakukan, Jen?"
Jen menurunkan kedua tangannya lalu menghembuskan napas kasar. Tangannya terkepal kuat dibalik meja. "Aku ingin pertunangan ini dibatalkan. Dan kumohon hentikan semua perjodohan ini. Aku tidak mau kedua anakmu berantam hanya karena diriku."
Alex menghela napas lalu menyugar rambutnya. "Aku sudah menduga bahwa kau akan meminta ini, Jen."
Jen menatap Alex dengan pandangan bersalah. Dia tahu keputusan yang diambilnya akan membuat malu kedua belah pihak, tetapi ini demi kebaikan semua.
"Apa kau mencintainya, Jen?"
Jen mengernyit bingung karena tidak tahu siapa yang dimaksud dengan 'nya'.
Alex yang mengerti dengan kebingungan Jen pun mengulangi pertanyaannya. "Apa kau mencintai William?"
Jen menegak ludahnya dalam-dalam. Batinnya tengah berperang atas jawaban apa yang harus dia berikan pada pria di depannya ini. Dia sudah sangat merasa bersalah dan dia tidak mau membohongi pria itu lagi. Akhirnya Jen mengangguk sebagai jawaban.
Alex tersenyum kecil lalu menautkan jari-jarinya. "Jen .... Kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Dari dulu aku sangat menginginkan seorang putri apalagi secantik dirimu. Kau masih bayi polos dan suci saat pertama kali Jordan memperlihatkan fotomu. Aku langsung jatuh cinta melihat senyum manismu. Tanpa pikir panjang aku dan Jordan membuat rencana konyol dengan menjodohkan anak kami karena aku menginginkanmu dalam keluarga besar Johansson."
Jen tertegun dan langsung menunduk. Dia sudah tidak tahu lagi harus berkata apa.
"Tetapi, melihatmu seperti ini juga membuatku sedih. Aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan kedua anakku."
Jen mendongak lalu menatap Alex sendu. "Apa kau akan membantuku?" tanya Jen hati-hati.
"Baiklah .... Aku akan membantumu dan akan menjelaskan semuanya pada Jordan karena pasti kau tidak berani berterus terang dengan dirinya."
Jen tersenyum senang lalu berdiri dan berlari ke arah Alex dan memeluknya. Rasanya sedikit bebannya terangkat.
"Thank you so much .... You're my hero. Bahkan Daddy sendiri tak pernah memedulikan bagaimana perasaanku." Jen mengurai pelukannya dan tersenyum lembut pada Alex.
Alex menggeleng lalu menangkup kedua pipi Jen dengan telapak tangan besarnya. "Aku turut senang jika melihatmu senang. Dengar, Daddy-mu sangat menyayangimu melebihi apa pun, bahkan Mommy-mu menjadi diduakan. Dia bekerja untuk memenuhi semua kebutuhanmu, dia hanya tidak mau membuatmu kekurangan apa pun, tetapi dia malah kehilangan waktu kebersamaan bersama putrinya. Ajaklah dia bicara perlahan Jen! Katakan padanya apa yang kau rasakan dan apa yang kau inginkan. Pembicaraan dari hati kehati akan membantu."
Jen tersenyum lalu mengangguk. Dia senang karena ada yang memperhatikannya dan juga memahaminya.
TBC
***
Siapa disini yang daddy's little girl???
Jangan lupa vote dan comment...
Contact???
Instagram : (at)funggzz_
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...