Rachel tengah berjalan mondar-mandir di parkiran LA International School. Sebenarnya dia sedang menunggu Sam, dia sudah merenung semalaman dan setuju dengan apa yang dikatakan Jen. Memang sebaiknya dia mengutarakan perasaannya pada Sam, tak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya.
Rachel berhenti berjalan, lantas menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Berusaha menghilangkan kegugupan yang tiba-tiba melanda. Dia kemudian mulai mencari kalimat yang tepat untuk merangkai isi hatinya.
"Ok, Rachel ... rileks ...."
"Sam, ada yang ingin kubicarakan dan aku bingung harus mulai dari mana. Aku sudah memikirkan semuanya dan menyiapkan diri. Sejujurnya aku sedikit takut, tetapi aku sudah berusaha meyakinkan diri untuk mengatakan semua ini. Maaf ya, kalau terlalu bertele-tele, ini semua karena aku gugup. Samuel Dirgara, I want to say ...."
"Dorrr!" Seseorang tiba-tiba meloncat di depan Rachel.
"AKU MENCINTAIMU, SAM!!!" teriak Rachel karena terkejut.
Orang yang baru saja muncul tiba-tiba itu terperangah dan menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Oh My God!!!" pekik Rachel yang semakin terkejut dan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Coba ulangi apa yang kamu katakan tadi, Hel!"
Rachel menggeleng cepat.
"Rachel ...."
Lagi-lagi Rachel menggeleng.
Sam membuang napasnya pasrah, lalu mengangkat kedua tangannya ke atas. "Kamu sudah berhasil membuat aku terbang, tetapi sedetik kemudian kamu juga berhasil menjatuhkanku. Kamu berhasil mempermainkan perasaanku. Aku kira ini jawaban dari penantianku selama ini, tetapi ternyata hanya kekecewaan yang aku dapatkan. I give up."
Rachel menggeleng cepat, lalu menggenggam kedua tangan Sam. "Sam, aku—"
"Sudahlah, Hel. Aku tidak mau terlalu berharap lagi. Aku tidak mengerti apa maksud kamu sebenarnya. Kamu bilang kamu mencintaiku, tetapi saat aku tanya, kamu terus menggeleng."
"Maaf," cicit Rachel sambil menunduk. Matanya memanas, setetes air mata jatuh mengaliri pipi mulusnya.
Sam melepaskan pegangan Rachel, lalu menatap Rachel dengan tatapan terluka. "Aku tidak akan merecoki hidupmu lagi." Setelah mengucapkan enam kata itu, Sam pergi meninggalkan Rachel yang masih menunduk.
Rachel mendongakkan kepalanya. Dia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa saat dirinya ingin mengutarakan perasaannya, dia malah tidak jujur? Mengapa penyesalan datangnya terakhir?
Rachel menghapus sisa air matanya lalu segera berlari mengejar Sam.
***
Sam berjalan menuju bangkunya dan langsung membuang tasnya ke atas meja dengan keras.
"What are you doing, Dude?" tanya Rey bingung.
Sam hanya diam, lalu duduk di atas meja. Sam membuka jendela di dekat tempat duduknya dan mengeluarkan kotak rokok dari saku celananya.
"Wah! Sejak kapan kamu merokok, Dude?" tanya Rey terkejut.
Sam lagi-lagi bungkam. Dia lantas mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Sam menghisap rokoknya. Dia tidak memedulikan efek negatif dari merokok, dia hanya ingin menghilangkan rasa penat yang menyerang otaknya.
"Sam ...."
Suara lembut itu menyentakkan Sam. Dia segera menjauhkan rokok itu lalu berbalik. Matanya membelalak sempurna saat melihat gadis yang dicintainya tengah menatapnya sendu.
Rachel menggeleng kecil entah untuk apa. Rasanya ada perasaan kecewa dan tidak percaya bahwa Samuel—orang yang sangat baik baginya—bisa menyentuh barang haram itu. Perlahan Rachel melangkah mundur dengan tatapan terluka yang ditujukan pada Sam.
Terlihat Sam membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu, tetapi sedetik kemudian dia kembali menutupnya, lalu memandang Rachel datar.
Rachel berbalik dan berlari keluar kelas. Berkali-kali dia menabrak murid-murid yang ada di koridor sekolah dan alhasil mendapat makian. Rachel pun memilih untuk bolos sekolah hari ini. Karena jujur, dia tak sanggup harus beradu pandang pada Samuel sekarang jika dia tetap bersekolah.
***
Sam kembali menatap keluar jendela. Hatinya menjerit ingin mengejar Rachel, tetapi egonya menghalangi. Untuk apa Sam mengejar Rachel lagi? Jelas-jelas Rachel sudah memberi jawaban atas perasaannya. Untuk apa dia menjelaskan semua ini pada Rachel? Toh, gadis itu tak akan peduli juga.
Sam menghembuskan napasnya frustrasi sembari menjambak rambutnya. Matanya menangkap sosok yang tengah berlari ke arah pagar sekolah lalu pergi begitu saja. Seketika Sam mengernyit bingung.
Kenapa seorang murid teladan seperti Rachel malah membolos sekolah hanya karena dirinya? batinnya. Tiba-tiba sam merasakan sebuah tepukan ringan pada bahunya.
"Aku tidak tahu kalian ada masalah apa, tetapi yang jelas aku bisa melihat kalau Rachel kecewa padamu, Sam. Jujur, aku yang sahabatmu saja juga kecewa."
Sam berdecak lalu berbalik dan turun dari atas meja. "Bukankah kita ini bad boy? Jadi, kukira ini bukan sesuatu hal yang patut dipermasalahkan. Justin seorang playboy. Jaz dan William suka pergi ke club malam dan we know ... hanya kau saja yang pura-pura baik di depan kami, Rey. Aku tahu betul apa isi otakmu itu."
Rey memutar bola matanya malas. "Kenapa kau jadi membahas kita? Yang aku katakan tadi mengenai perasaan Rachel."
"Dia saja tidak mengerti perasaanku, Rey!!!" bentak Sam.
"Sam .... Harusnya kamu yang lebih mengenal Rachel daripada aku, tetapi sepertinya tidak. Rachel juga punya perasaan sama kamu. Hanya saja dia minder, mengingat kau bagaikan langit dan dia bumi."
Sam mendengus kesal. "Kau mengucapkan itu hanya untuk menipuku, 'kan?! Sayangnya kau gagal."
"Percuma bicara sama kamu di saat emosi. Buang-buang waktu," gerutu Rey lalu keluar dari kelas.
Sam memejamkan matanya dengan kedua tangan terkepal. Dia benar-benar kacau sekarang.
TBC
***
Siapa disini yang dukung hubungan Rachel dan Sam? Tunjuk tangan!!!
Hihihi....
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...