Playing : Treat Me Better - Shawn Mendes 🎶
***
Jen duduk termenung di atas sofa kecil di kamarnya yang langsung menghadap ke balkon kamar. Pikirannya melayang memikirkan tentang apa yang harus dia lakukan sekarang. Saat ini Jen tengah berada di tempat tinggal kedua orang tuanya yang ada di Indonesia. Lebih tepatnya di kota Medan, Sumatera Utara.
Jen memang memutuskan untuk lari ke sini karena dia yakin teman-temannya maupun Morgan tidak akan menyangka bahwa dia menyusul kedua orang tuanya. Jen juga menolak usulan Claire untuk pergi ke New York. Dia yakin bahwa jika dia pergi ke sana, kemungkinan untuk ditemukan lebih besar.
Kedua orang tua Jen—Jordan dan Clarissa—sempat terkejut saat Jen datang dan mengatakan akan menginap. Mereka memang tidak berkomentar apa pun, karena Jen yakin kedua orang tuanya bisa mencari tahu sendiri apa masalahnya.
Jen menghela napas. Memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan yang dilipat ke belakang sebagai bantalan.
Tok .... Tok ....
Jen membuka matanya dan berdiri. Menoleh ke arah pintu, di mana Jordan muncul.
"Dad ...."
"Hey, little girl! Bagaimana harimu?" tanya Jordan sembari tersenyum manis.
Jen hanya dapat tersenyum kecil, kemudian menggeleng. "Tidak ada yang bisa dikatakan baik."
Jordan tampak menghela napas, kemudian duduk di atas ranjang Jen. Dia menepuk pelan ranjang di sebelahnya. Memberikan isyarat agar Jen duduk di sebelahnya. Jen pun menurut dan duduk di sebelah Jordan.
"Daddy sudah tahu apa masalahnya. Alex telah menjelaskan semuanya dan Daddy benar-benar kecewa karena kalian sudah membohongi kami semua."
Jen menundukkan kepalanya dan tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. "I'm so sorry about that, Dad. Aku hanya terlalu bingung untuk menjelaskannya pada kalian."
Jordan menghela napas lagi lalu menyentuh pundak putrinya. "Setidaknya kamu harus memberitahu kami apa pun masalah kamu, sayang. Daddy juga sedih saat tahu bahwa kamu menjelaskan semuanya pada Alex dan bukan pada Daddy kamu sendiri. Daddy juga ingin terlibat dalam masalah kamu, sayang. Daddy ingin membantu kamu dan menjadi hero kamu. Daddy ingin menjadi pelindung dan tempat curhat kamu."
Jen mengangkat kepalanya dan menatap Jordan. Air mata telah berkumpul di pelupuk matanya. Jen memeluk Jordan dengan erat dan menangis di pelukan ayahnya. "I'm tired, Dad. Jen benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi."
Jordan mengusap punggung Jen, berniat untuk menenangkan putrinya. "Ada Daddy di sini. Daddy yang akan menjaga kamu sekarang. Daddy tidak akan mengizinkan Morgan atau William menyakiti perasaan kamu lagi, sayang. Daddy juga menyesal telah menjodohkan kamu dengan putra Alex yang tidak bertanggung jawab, apalagi Daddy juga sudah mendengar kabar kematian palsu William. Dia sudah benar-benar kelewatan dalam mempermainkan kamu."
Jen melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya dengan telapak tangannya. Menatap Jordan yang juga kini menatapnya. "Tetapi, Jen mencintai William, Dad."
Jordan menggeleng. "Perasaan kamu masih labil, Jen. Daddy tahu bahwa perasaan kamu berada pada dua arah—William dan juga Morgan. Tetapi, kamu tidak bisa bersama mereka, Jen. Morgan akan segera bertunangan dengan Claire, begitu juga dengan William dan Chyntia. Lagipula Daddy juga tidak akan membiarkan mereka mendekati kamu lagi."
Jen meremas ujung bajunya, menahan desakan air matanya yang ingin keluar lagi. Ini terlalu menyakitkan jika diingat. Pada akhirnya dia tidak bisa memiliki di antara kakak-beradik itu. Mungkin dia terlalu egois dan tamak. Dia-lah yang telah mempermaikan perasaan mereka, membuat hubungan di antara mereka menjadi kacau. Jen akhirnya sadar bahwa dia tidak pantas untuk mendapatkan salah satu dari keluarga Johansson.
Jordan mengusap air mata Jen saat dilihatnya Jen termenung dengan air mata yang membanjiri pipi putrinya. "Tidak apa-apa, sayang. Setelah semua ini, tidak ada yang bisa menyakiti kamu lagi."
Jen menganggukkan kepalanya lalu memeluk Jordan lagi. "Terima kasih, Dad. Jen pikir Daddy dan Mommy tidak pernah peduli pada Jen."
Jordan mengecup puncak kepala Jen bertubi-tubi. "Kami selalu peduli pada kamu. Kamu putri kami satu-satunya. Permata Mommy dan juga Daddy yang paling berharga. Maaf karena kami tidak pernah ada waktu buat kamu, tetapi percayalah bahwa kami mencintai kamu, sayang."
"Iya .... Maaf karena selama ini Jen telah menyusahkan kalian."
"Iya, sayang. Daddy sudah memaafkan kamu."
***
"Bagaimana? Apa kalian sudah menemukan keberadaan Jennifer?" tanya William pada seseorang di seberang telepon.
Sudah seminggu gadis itu melarikan diri dan berhasil membuat seorang William merasa uring-uringan.
"Sudah, bos. Saat ini Jen sedang berada di rumah orang tuanya di Indonesia. Tetapi, sulit bagi kami untuk membawanya karena Tuan Jordan tampaknya memperketat penjagaan."
William mengangguk mengerti walaupun dia yakin anak buahnya itu tidak bisa melihatnya. Dia yakin jika sekarang Jordan sudah mengetahui semuanya dan berniat melindungi putrinya.
"Biarkan saja dulu dia. Aku tahu kapan dia akan kembali. Yang terpenting sekarang aku tahu dia di mana dan dalam keadaan baik-baik saja," ucap William lalu menutup teleponnya.
Dia tersenyum miring saat tatapnanya jatuh pada sebuah kertas tebal berwarna putih dengan pita emas di tengahnya. William meraihnya dan tersenyum melihat dua ukiran nama pada kertas itu.
Morgan Johansson & Claire Willow
William meletakkan kembali undangan itu ke atas meja. "Aku yakin kamu akan kembali untuk ini jika kamu memang mencintai dia." William menatap keluar jendela., memandang gedung-gedung pencakar langit yang tidak kalah tinggi dengan gedung perusahaannya.
TBC
***
Halo semuanya....
Maaf karena baru bisa update SevenTeen soalnya lagi sibuk banget sama tugas kuliah dan UTS.
Dan ini aku sempat-sempatin buat ngetik dan maaf karena gak bisa panjang-panjang amat soalnya lagi buntu.
Semoga kalian suka sama chapter ini dan jangan lupa buat vote dan comment-nya.
See you....
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
Roman d'amourCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...