Chapter 33 - I'm here, baby

3K 99 0
                                    

WATTPAD ERROR!!!
Apa kalian juga sama, guys?

Maka dari itu, untuk menghindari segala hal tidak mengenakkan, aku putuskan untuk double update.

Thank you.

***

Playlist : All Of Me - John Legend 🎶

***

William mengelus rambut seorang gadis yang tengah terlelap dalam tidurnya. William tersenyum lalu mengecup bibirnya sekilas.

Gadis itu adalah Jennifer Anlikie. William tidak pernah keluar dari kamar yang ditempati oleh Jen. Dia hanya bersembunyi di kamar mandi dan beruntung karena Morgan ata upun Jen tidak memeriksanya.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kurasakan, tetapi yang kutahu adalah aku ingin selalu berada di dekatmu. Setiap detik, setiap menit, dan setiap jam tanpa memedulikan seberapa lama kita bersama. Dan yang harus kamu tahu adalah bahwa kamu hanya milikku dan akan selamanya begitu." Setelah mengucapkan itu,William menyium kening Jen lama.

"William ...."

William terkejut saat Jen menyebutkan namanya, tetapi gadis itu sama sekali tidak bangun. Mungkinkah Jen hanya sekadar mengigau? Apakah Jen sedang memimpikan dirinya? Hal itu membuat sebuah senyuman terbit di wajah William.

William mengelus rambut panjang Jen. "Kau sungguh manis saat tidur, Jen. Aku senang karena kau diciptakan untukku. Hanya untuk seorang William Johansson."

"William ...," gumam Jen lagi dalam tidurnya.

"Sssttt .... I'm here, baby. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu," bisik William sembari mengenggam tangan Jen.

William lalu berbaring di samping Jen dan menatap wajah cantik itu lekat. William menghembuskan napas lelah lalu memejamkan matanya.

"Terima kasih karena telah mencintai pria berengsek sepertiku. Aku berjanji bahwa kita akan kembali bersama."

Jen tiba-tiba memeluk William erat. Sepertinya gadis itu mengira William adalah gulingnya. William tersenyum lalu membalas pelukan Jen.

"Have a nice dream, Jen," bisik William lalu mulai tertidur.

***

Jen mengerjapkan matanya beberapa kali saat cahaya matahari yang masuk melalui sela jendela kamar miliknya menganggu tidur cantiknya. Jen menguap sekilas lalu menatap sampingnya dan tak menemukan siapa pun. Padahal semalam rasanya ada seseorang yang tengah memeluknya dan itu sangat nyaman. Jen beranjak dari atas ranjang lalu berjalan ke arah balkon. Membuka pintu lalu menatap burung-burung yang tengah terbang di langit pagi yang cerah.

"Good morning everyone ...," ucap Jen entah pada siapa dengan senyuman cantik menghiasi wajahnya.

"Good morning too, my princess."

Jen terkejut saat mendengar suara berat milik seseorang. Dia memutarkan tubuhnya ke belakang dan mendengus kesal saat melihat Morgan tengah bersandar pada pintu dan tersenyum padanya.

"Hei! Kenapa kau malah memasang wajah jelek seperti itu saat aku membalas sapaanmu?"

Jen menaikkan sebelah alisnya lalu melipat kedua tangannya. "Aku tidak menyapamu, Morgan. Aku menyapa burung-burung itu."

Morgan terkekeh lalu menggeleng-geleng kecil. "Rupanya kau masih seperti anak kecil."

Tiba-tiba selintas ide jahil muncul dalam benak Jen dan gadis itu tersenyum penuh arti.

"Morgan ... apa kau pernah merasakan ucapan selamat pagi dari seseorang?"

Morgan tampak berpikir lalu mengangguk. "Mama selalu mengucapkan selamat pagi saat kami semua sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan."

Jen tertawa kecil lalu berjalan menghampiri Morgan. "Bukan itu maksudku, Morgan," ucap Jen begitu sampai di depan Morgan. Tangannya terulur untuk menyentuh dada Morgan dan menggambar pola abstrak menggunakan jarinya.

"Sebuah perbuatan, bukan sebuah sapaan," ucap Jen lalu menggigit bibir bawahnya.

Morgan menggeram saat tiba-tiba saja gairahnya memuncak melihat perbuatan sensual dilakukan Jen.

"Kau tahu apa yang ingin kulakukan, Morgan?" tanya Jen sembari mengusap rahang kokoh Morgan dan itu membuat Morgan memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan yang diberikan Jen.

"Aku ingin ...." Jen sengaja menghentikan kalimatnya dan tertawa dalam hati saat melihat reaksi Morgan. Dengan sengaja Jen menarik hidung Morgan, membuat pria itu membuka matanya dan menatap Jen dengan mata hitamnya.

"1-0," seru Jen sembari tertawa.

Morgan tersenyum miring lalu tiba-tiba saja dia menggendong Jen ala bridal style.

"Hei! Turunkan aku!" pekik Jen sambil memukul dada Morgan.

"Kau harus diberi pelajaran, gadis nakal."

Jen menggeleng. "Maafkan aku, Morgan," ucap Jen dengan memasang wajah memelas. Tetapi, Morgan tidak mengindahkannya. Dia menjatuhkan tubuh Jen di atas ranjang lalu menatapnya tajam.

Jen terdiam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Morgan naik ke atas ranjang lalu menindih tubuh mungil Jen.

"Morgan, please ...."

Morgan hanya diam saja lalu mencium bibir Jen dengan lembut. Morgan lalu menjauhkan wajahnya dan menatap Jen lekat. Jen meneguk salivanya dalam-dalam.

"Morgan .... Bisakah kau turun dari atas tubuhku?" tanya Jen hati-hati.

Di detik selanjutnya Morgan langsung menggelitik perut Jen, membuat Jen tertawa karena geli.

"Hei! Hentikan!"

Morgan tetap melancarkan aksinya menggelitik perut Jen.

"Morgan .... He-hentikan! I-ini geli ...."

"Siapa suruh kau jahil padaku, hah?!"

"Aku minta maaf," lirih Jen.

Morgan terus menggelitik perut Jen, membuat Jen tertawa hingga mengeluarkan air mata.

"William, help me ...," ucap Jen tanpa sadar dan itu membuat Morgan menghentikan aksinya.

Rahang Morgan menggeras dan matanya menggelap. Seketika Jen merutuki dirinya karena menyebutkan nama William disaat dia tengah bersama Morgan.

Morgan lalu bangkit dari atas tubuh Jen dan berjalan keluar tanpa sepatah kata pun.

Jen mendudukkan dirinya lalu memukul keningnya sendiri. Sekarang dia merasa bersalah pada Morgan. Tetapi, apa yang harus dia lakukan? Morgan pasti marah sekarang.

"Bodohnya dirimu, Jen. Bagaimana bisa kamu membiarkanhati dan pikiranmu didominasi oleh pria jelek itu," rutuknya pada dirisendiri.

~~

"Ketika jantungmu berdetak karenanya, di saat itulah hidupmu bergantung padanya. Ketika hatimu menyuarakan namanya, di saat itulah dirimu miliknya."

~~

TBC

***

Author tidak akan bosan untuk mengingatkan readers memberi vote apabila kalian menyukai cerita ini.

Maaf jika feel-nya tidak dapet karena Author sebenarnya juga pusing buatnya.

Intinya ikuti terus ya cerita ini.

See you soon...

SevenTeen ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang