Playlist : Stay - Zedd, Alessia Cara (cover by J.Fla) 🎶
***
Jen memejamkan matanya dan tanpa sadar dia menahan napas. William menyeringai lalu mendaratkan bibir merahnya pada bibir Jen yang secara tidak langsung sudah menjadi candunya. William melumatnya sebentar lalu setelah itu melepaskannya. Dia cukup tahu diri untuk tidak menyentuh Jen sekarang.
Mata Jen masih tertutup rapat dan tanpa sadar William terkekeh geli. Merasa keadaan sudah aman, Jen memberanikan diri untuk membuka matanya perlahan. Saat matanya terbuka sempurna, terlihat William juga tengah memandangnya dengan senyuman miring. Jen mendengus kesal lalu mendorong dada William. Dia berjalan menuju sofa yang ada di sana lalu melempar tasnya.
"Ow .... Ow ..... Slow baby."
Jen memandang William tajam lalu duduk di sofa merah itu. "Kenapa kau selalu saja menciumku!" protes Jen.
William tersenyum geli lalu menggelengkan kepalanya. "Kau sungguh menggemaskan jika sedang merajuk seperti ini, Nona," goda William.
Jen memanyunkan bibirnya lalu melipat kedua tangannya. "Aku tidak suka, William!"
"Tetapi, aku suka," jawab William santai lalu duduk di seberang Jen.
Jen membuang mukanya karena tidak mau William melihat pipinya yang memerah. Tetapi, siapa yang menduga kalau William melihatnya.
"Aku akan memesan pizza. Kuyakin pasti kamu lapar," ucapnya lalu meraih ponsel dan menghubungi Pizza Hut.
Jen diam-diam melirik William yang sedang dalam keadaan setengah telanjang. Dada bidang hingga perut sixpack-nya terpampang jelas di depan mata. Matanya menatap liar pemandangan indah itu. Tangannya terasa gatal ingin menyentuhnya, tetapi tentu saja dia tidak akan pernah melakukannya. Harga dirinya bisa jatuh seketika.
"Tutup mulutmu! Air liurmu sampai menetes keluar!"
Mendengar ucapan William, sontak Jen mengusap bibirnya dan sadar bahwa dia baru saja dikerjai oleh William.
"WILLIAM!!!"
***
William dan Jen tengah duduk di atas karpet merah sambil menonton film horror yang ada di apartment William.
Jen tampak serius menonton film tersebut dengan sebelah tangan memegang potongan pizza besar.
"Seorang gadis tanpa sengaja membuat seorang pria terkena kesialan dan secara tidak langsung gadis itu telah menyerahkan hidupnya pada si pria. Semakin hari mereka semakin dan sering bertemu. Dan sekarang pria itu ingin bertanya pada si gadis, apakah kau menyukaiku, Jennifer Anlikie?"
Jen tertegun mendengarnya. Dia langsung menoleh ke samping yang ternyata William juga tengah menatapnya serius. Mereka saling berpandangan beberapa menit tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya sibuk dengan lamunan masing-masing. Jen tersadar duluan lalu kembali melihat lurus ke depan. Seketika dirinya menjadi gugup.
"A-apa yang kau bicarakan, William? Ini sama sekali tidak lucu!"
"Aku juga tidak sedang bercanda, Nona," ucap William datar.
"Lalu, apa maksudmu bertanya hal seperti itu? Tentu saja aku TIDAK menyukaimu. Aku MEMBENCIMU!!!"
"Kau pernah dengar benci jadi cinta?"
"Bullshit! Memangnya kamu menyukaiku?"
"Kenapa kau ingin tahu?"
"Tidak perlu menjawabnya lagi."
William kembali fokus pada film-nya dan menghembuskan napas berat. "Aku menyukaimu, tetapi bukan tanpa alasan. Kau gadis yang berani dan tidak kecentilan. Bahkan kau bukan gadis yang cengeng. Jarang aku bertemu gadis sepertimu."
"Tentu saja. Aku kan limited edition. Memangnya seperti dirimu? Bad boy. Aku sudah sering bertemu orang sepertimu."
"Really?"
"Sepertinya ...."
"Kau belum mengenalku dengan baik—"
"Dan aku tak berminat untuk mengenalmu lebih jauh," potong Jen cepat.
William kembali menoleh ke samping dan menaikkan sebelah alisnya. "Why? Kamu harus tahu luar dalam mengenai calon suamimu."
Jen mendengus. "Kau begitu berharap ya kita akan menikah?"
"Tidak," jawab William cepat.
"Lalu, apa? Kau selalu mengungkit masalah perjodohan sialan ini. Dengar, aku sama sekali tak berminat menjadikan dirimu sebagai suamiku. Lagipula sepertinya aku tidak akan menikah."
William mengernyit bingung. "Alasannya?"
"Hanya membuang-buang waktu terikat dalam hubungan yang sama sekali tidak pernah kuimpikan."
"Jadi, kau sama sekali tidak pernah pacaran?" tanya William tidak percaya, bahkan mulutnya sempat terbuka lebar.
"Tentu saja. Memangnya seperti dirimu, gadis telanjang di mana-mana."
William memutar bola matanya. "Ck! Kenapa mulutmu kotor sekali?"
"Baguslah jika kamu tak suka, jadi cepat putuskan hubungan pura-pura ini."
"In your dream," ucap William santai lalu berdiri.
"Hei! Mau ke mana kau? Kita belum selesai," tanya Jen sembari ikut berdiri.
"Sudah selesai."
Jen menggeleng cepat lalu menahan pergelangan tangan William. "Belum, William."
William menepis tangan Jen kasar lalu menatapnya tajam. "Dengar! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskanmu, Jen. Jadi, jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hubungan ini. Hanya aku yang bisa melakukannya."
Jen berdecih tak suka. "Kamu egois, William! Aku juga punya hak dan kamu bukan siapa-siapa aku, jadi kamu tidak bisa mengaturku seenakmu."
"Aku calon tunanganmu."
"Hanya pura-pura, William. Hanya pura-pura. Apa mendadak kamu amnesia bahwa semua ini rencana kamu?"
Rahang William mengeras dan kedua tangannya terkepal. "You're mine," ucapnya penuh penekanan lalu beranjak pergi ke kamarnya.
Jen melongo tak percaya. "Kenapa William mendadak kesal seperti ini? Dia berlaku seolah-olah aku memang adalah pacarnya," ucap Jen entah pada siapa.
TBC
***
Ckckckck...
Ada apa gerangan???
Eta terangkanlah.... Eta terangkanlah....
Willovers mana suaranya???
Tunjukkan jika kalian memang william lovers dengan cara vote dan comment ya.
Sarangheo ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomansaCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...