Jen dan Morgan saat ini tengah berjalan di pesisir pantai. Menikmati angin yang berlambai-lambai, pasir lembut yang mengelitiki kaki mereka, cuaca yang mendukung, dan juga suara deburan ombak yang menerpa batu karang.
Tiba-tiba saja Jen menghentikan langkahnya dan menatap langit yang mulai berwarna oranye-kemerahan. Matanya bersinar saat menyaksikan fenomena alam satu ini.
Morgan ikut menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di sebelah gadis itu. Kedua sudut bibirnya tertarik untuk tersenyum saat melihat Jen yang tengah tersenyum. Tidak ada lagi kesedihan seperti yang ditunjukkannya sebelumnya. Pilihannya untuk mengajak gadis ini kepantai ternyata tidak buruk juga.
Jen lalu berbalik dan tersenyum kepada Morgan. "Terima kasih, Morgan. Rasanya perasaanku menjadi membaik."
Morgan mengangguk lalu mengangkat dagu Jen dengan jari telunjuknya.
"Apa pun untukmu, princess."
Jen tersenyum lalu memeluk Morgan. "Morgan .... Aku tidak tahu mengapa semua ini terjadi padaku. Sedari kecil aku merasa sendirian. Semua orang berteman denganku hanya karena aku kaya dan mereka ingin memanfaatkanku. Aku benci itu, makanya aku melakukan itu semua. Aku ingin Daddy dan Mommy meluangkan waktunya untukku karena sedari kecil aku hanya ditemani oleh pengasuh. Aku hanya butuh mereka."
Jen melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya kasar dan memilih untuk menatap hamparan laut. "Tetapi, di saat aku bertemu William, aku merasa aku tidak lagi membutuhkan mereka. Ada William yang menemaniku dan membuatku merasa nyaman. Aku mencintainya. Tetapi, kenapa semuanya malah jadi seperti ini? Aku hanya takut dia menolakku seperti dia menolak Chyntia. Maka dari itu, aku menyuruhnya membatalkan pertunangan pura-pura itu karena yang kubutuhkan adalah hubungan yang sesungguhnya, bukan rekayasa. Lalu, di saat dia pergi, kamu yang kembali Morgan. Kamu masih mau mencintaiku padahal aku sudah menyakitimu," jelasnya lagi.
Morgan menyentuh kedua pundak Jen agar lebih mendekat padanya. Jen menunduk dan memilih menatap jari-jari kakinya yang membentuk pola abstrak pada pasir pantai.
"Aku tidak pantas untukmu, Morgan. Sebaiknya kamu bersama Claire saja. Jangan berharap lebih padaku."
Morgan hanya diam saja. Dia lalu menangkup kedua pipi Jen dan mendongakkan kepala gadis itu sehingga kedua mata mereka bertemu. "Aku tidak peduli kamu pantas atau pun tidak. Karena yang kupedulikan hanyalah aku bisa terus ada di sisimu, Jen. Aku tidak peduli kamu mencintai William atau pun orang lain. Karena yang harus kamu tahu adalah bahwa aku selalu mencintaimu, mencintaimu dengan tulus. Aku tidak peduli pada perjodohan dengan Claire. Karena aku maunya hanya sama kamu, Jennifer Anlikie."
Hati Jen menghangat mendengar Morgan mencintainya sedalam itu. Ternyata penilaiannya tentang Morgan selama ini salah besar. Dia benar-benar menyesal. Andai dulu dia menerima saja perjodohan dengan Morgan dan menolak ide konyol William, pastilah semua ini tidak akan terjadi.
Tetapi, apa daya? Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya sekarang. Dia tidak mungkin menerima cinta Morgan, karena itu sama saja dia mengkhianati cintanya pada William.
Jen mengelus pipi kiri Morgan lembut. "Kita tidak bisa lebih dari sekadar adik dan kakak, Morgan."
Morgan menggeleng. "Kita bisa asal kamu mau membuka hatimu untukku. Belajar mencintaiku, Jen."
Jen menggeleng. "Itu tidak akan membuatku bahagia, Morgan. Apa kamu tidak melihat seberapa bencinya Goldon Johansson padaku? Aku sangat tidak pantas menjadi cucu menantunya."
Morgan menggenggam kedua tangan Jen lalu mengecupnya. "Aku tidak peduli karena grandpa juga tidak peduli pada perasaanku."
Jen menarik kedua tangannya lalu mundur selangkah. "Ini tidak mungkin, Morgan. Aku dan kamu tidak akan bisa menjadi kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
SevenTeen ✅
RomanceCOMPLETED ✅ DON'T COPY MY STORY!!! Mohon maaf sebelumnya apabila ada kesamaan nama tokoh atau tempat. Mungkin hanya kebetulan karena ini murni inspirasi dari Author. ---------------------------------------------------- Siapa yang tidak mengenal Jenn...