"Semakin kau mencoba menyembunyikan perasaan sayangmu, kau akan merasa semakin sakit"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Prill?" Ully membuka pintu kamar Prilly dan mendapati anaknya sedang terbaring membelakanginya.
"Masih marah?" Kini Ully duduk di sebelah Prilly yang masih saja membelakanginya
*Hening
"Maksud Mama bukan itu" Ully mengusap punggung Prilly yang tertutup selimut.
"Mama cuman enggak mau kamu terus-terusan kayak gini"
Ully menarik nafas dan membuangnya sebelum ia melanjutkan pembicaraannya"Ayolah, kamu harus move on dari Ali, toh Ali nya aja sekarang udah ninggalin kamu, dia udah pergi untuk selamanya, dia udah enggak per--"
"CUKUP MAH!" Prilly membalikkan badannya "Cukup buat jelek-jelekkin Ali, dia bukan seperti yang Mama kira, dan satu lagi, Ali pasti akan KEMBALI" Prilly menahan isakkan tangisnya ia tak percaya kalau Mama kandungannya sendiri berani-beraninya menghina laki-laki pilihannya."Memang benar kan? Dia tuh orangnya enggak BERTANGGUNG JAWAB! mana buktinya kalau dia bakalan pulang ke sini, paling-paling dia pulang udah bawa gandengan" Ully masih saja kekeuh dengan pilihannya, Prilly hanya bungkam tak percaya bahwa mamanya sendiri berkata itu pada Ali, walaupun Ali yang di hina tapi entah mengapa Prilly yang merasakan sesak tak terhingga.
Apakah ini yang di namakan cinta pada sahabat sendiri?
Kata-kata itulah yang sering muncul di kepala Prilly, sampai kapan pun itu.
"Prill? Kok diem?" Ully merasakan anaknya-Prilly belakangan ini kurang fokus dan suka melamun sendirian"Percuma juga aku ngomong, toh Mama juga enggak mau mendukung hubungan aku sama Ali" Prilly tersenyum getir, meratapi kehidupan percintaannya yang tak kunjung mendapatkan restu dari sang ibu.
Prilly memang sudah mencintai Ali pada saat mereka masih kelas 2 SMA dan sampai saat ini ia tak kunjung mendapatkan restu dari Mamanya dan Mamanya Ali, Prilly juga sudah geram pada Mamanya dan Tante Resi sampai-sampai pada saat Ali terbang ke Amsterdam ia juga masih bingung harus melakukan apa untuk meluluhkan hati Mamanya dan juga Tante Resi.
⚜⚜⚜
Malam yang sejuk membuat Ali merasakan sesuatu hal, ia merasakan kehangatan dari seorang Prilly Shafa Latuconsina ia sangat merindukannya, 2 Bulan sudah ia meninggalkan seorang Prilly yang tentu saja menjadi sosok inspiratif Ali untuk semangat kuliah dan kembali ke Indonesia, Prilly memang memilih kuliah di Universitas di Indonesia, di banding ia harus kuliah jauh-jauh ke luar negeri, Prilly tidak tega meninggalkan Mamanya.
"Gue kangen lo, gue kangen senyuman manis lo, perhatian hangat dari lo, perlakuan manja lo, semuanya yang ada di diri lo gue kangen, Prill" Ali hanya bisa memikirkan Prilly dari jauh.
"2 Bulan kita enggak ketemu, itu rasanya kayak 2 Tahun gue enggak ketemu lo, I very miss you, my princcess" Ali hanya bisa memandangi ponselnya yang berisikan foto anak perempuan remaja SMA yang sedang tersenyum manis ke arah kamera, iya itulah 'Prilly Shafa Latuconsina' wanita yang berhasil membuat 'Aliando Malik Syarief' tergoda dengan segala kesederhanaan yang Prilly miliki, namun Prilly masih tidak tau.
"Dan maaf gue enggak bisa hubungin lo sekarang" Ali hanya bisa menyalahkan dirinya mengapa ia tidak bisa menghubungi Prilly walau hanya satu kalimat, itu tidak mungkin
"Gue harap lo bisa ngertiin gue sekarang, dan please jangan marah sama gue" Ali masih saja menatap nanar ke foto Prilly, saat ini Ali seperti orang yang kehilangan akal, ia tertawa sendiri, tersenyum sendiri, dan bahkan ia berbicara pada foto yang tak hidup, itu karena cinta
⚜⚜⚜
Pagi pun tiba, matahari menyinari kota di mana Ali berada, namun Ali? Tak sebahagia kemarin, kemarin, dan kemarin. Ali hanya bisa berdecak sebal sambil menyesal mengapa ia bisa menyia-nyiakan orang yang ia sayang selama ini? Dan Ali tak bisa menebus semua kesalahannya karena ia harus menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam.
Ali tak fokus, sampai-sampai ia menabrak seseorang
"Sorry, I dont see you" Ali menundukkan kepalanya "Yes, no problem" Ucap seseorang yang melainkan adalah seorang perempuan berparas bule yang tak kalah cantiknya sama Prilly "What's your name?" Perempuan itu menjulurkan tangannya ke hadapan Ali "Aliando Malik Syarief, you can call me Ali" Ali membalas juluran tangan sang gadis itu "Are you come from Indonesian?" Kini gadis yang kira-kira umurnya sepantar dengan Ali mulai penasaran dari mana asal Ali. "Yes, I come from Indonesian" "Wah kita satu negara" Gadis itu mengucapkan bahasa Indonesia dengan fasih dan membuat Ali terkejut "Kok bisa bahasa Indonesia juga?" Ali penasaran
"Iya, aku juga orang Indonesia" Gadis itu tersenyum "Tapi kok muka kamu enggak kayak orang Indonesia?" Ali mulai mengamati dengan detail wajah gadis itu.
"3 Tahun yang lalu aku sempat tinggal di Indonesia ikut orang tua kerja di sana, tapi sekarang aku balik lagi soalnya pekerjaan orang tua ku sudah selesai, dan di Indonesia aku punya saudara yang asli dari sana jadi aku di ajarin deh ngomong bahasa Indonesia sampai fasih seperti ini" Gadis itu menjelaskan dan Ali hanya mengangguk
"Oh ya, kenalin nama aku Yolanda Xavelia Alexander, panggil aja Yola" Gadis yang bernama Yola itu tersenyum manis di hadapan Ali namun tetap saja yang memiliki senyuman paling manis tetaplah Prilly.
"Nama kamu kok kayak orang Indo ya?" Tanya Ali "Iya, soalnya kedua orang tua ku sangat suka dengan aroma negara Indonesia mereka sangat menghormati negara kamu" Yola menatap lurus ke arah jalanan yang saat ini ramai dengan kendaraan pribadi yang rapih berjejer untuk menunggu lampu merah menjadi lampu hijau.
Ali memang berbicara dengan Yola dengan menggunakan kata 'aku-kamu' karena ia belum berani berkata 'lo-gue' takut tidak sopan, Ali memang sangat sopan terhadap perilaku, maupun pembicaraannya maka dari itu banyak perempuan yang ngantri mau jadi pacarnya bahkan ada yang mau menjadi istrinya namun Ali tak tergoda karena ia tau siapa yang tepat menjadi pendamping hidupnya kelak.
"Li, boleh minta nomor telepon nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You (Aliando & Prilly)
Fanfiction"Tapi sekarang gue cintanya sama lo Prill" "Telat Li! Sekarang gue udah bahagia sama Kak Gilang!" "Maaf Prill gue baru sadar kalo lo punya perasaan lebih buat gue" "Sorry gue gak mau banyak berharap lagi sama lo! Percuma ujung-ujungnya bikin gue sak...