"Aku merindukan senyummu, Ibu."
~~ ~~
Dengan cepat, Sakura berjalan menyusuri koridor-koridor rumah sakit. Ia baru saja mendapat telpon jika denyut jantung ibunya perlahan menurun. Hatinya berdebar 2 kali lebih cepat. ia takut jika ibunya kenapa-napa. Satu orang yang masih ia punya sampai detik ini, ibunya.
Sakura masuk kedalam ruang yang hanya dikhususkan untuk ibunya seorang. Ruang ICU. Ia melihat para perawat sedang mengecek kondisi ibunya, sedangkan dokter yang menangani ibunya itu keluar dan menghampiri Sakura.
Dokter itu menepuk pundak Sakura pelan.
"tadinya kami kira ibumu tidak akan selamat. Tapi, Tuhan masih menyelamatkannya," ucap sang Dokter lembut. Sakura menundukkan kepalanya, berusaha terlihat tegar dan tak menangis dihadapan sang dokter.
"ibumu orang yang hebat. Bahkan ia pasien terlama yang koma sampai 3 tahun ," tambah sang dokter lagi.
"kapan ibu saya akan bangun, dok?" tanya Sakura. Ia butuh kepastian. Ia ingin melihat senyum ibunya lagi.
Sakura bisa merasakan desahan nafas sang dokter.
"entahlah. Tuhan yang mengaturnya," jawab sang dokter sembari menepuk pundak Sakura.
"terima kasih sudah merawat ibu saya," ungkap Sakura sambil membungkukkan badannya.
"sama-sama. Oh ya, jika ibumu orang yang kuat, kau juga pasti orang yang kuat bukan? Jaga ibumu ya. Saya permisi," pamit sang dokter.
Sakura juga mengucapkan terima kasih pada para perawat yang baru saja keluar dari ruang ibunya. Kini, dengan langkah pelan, Sakura masuk kedalam dan mendekati ranjang ibunya.
"Eomma.." panggil Sakura. Percuma saja jika Sakura memanggil ibunya dan mengguncang tubuh wanita paruh baya itu, ibunya tak akan membuka matanya. Kini, gadis itu tak dapat menahan tangisannya lagi. Air matanya keluar dengan deras begitu melihat wajah keriput ibunya. Sakura menggenggam tangan ibunya, berharap Tuhan memberikan mukjizatnya.
Sakura kembali mengingat kejadian 3 tahun lalu. Dimana ia melihat kecelakaan itu dengan mata kepalanya sendiri. Saat itu Sakura sedang menangis karena di bully oleh teman SMP nya. Dan tentu saja, ibunya yang tak terima karena anaknya diejek oleh teman perempuannya yang lebih cantik pun langsung berteriak dari seberang jalan. Namun, bukannya berhenti anak tersebut malah makin menjelek-jelekkan Sakura bahkan sampai menempiling kepala Sakura. Ibunya yang melihat kejadian itupun langsung bergegas untuk menghampiri putrinya. Beliau menyebrang tanpa melihat kanan-kiri dan akhirnya, terjadilah kecelakaan naas tersebut. Kecelakaan yang bahkan hampir menghilangkan nyawa ibunya.
Oh ya, Sakura hampir lupa. Hari ini ia harus mengambil obat ibunya di apotek yang masih berada dirumah sakit ini. Sakura segera mencari resep obat itu dilaci putih dekat ranjang.
"kenapa banyak sekali?" tanya Sakura. Badan ibunya pasti sakit karena harus disuntik dengan obat terus.
"Eomma, aku keluar sebentar. Aku janji, tak akan lama," ucap Sakura kemudian mencium kening ibunya.
~~ ~~
Jimin hendak menemui ayahnya yang sedang bertugas dirumah sakit hari ini. Belakangan ini, ayahnya sibuk dikarenkan banyak pasien yang harus ia tangani. Namun, langkah Jimin terhenti tatkala ia menemukan objek yang menarik perhatiannya. Seorang gadis yang baru saja selesai membeli obat di apotik rumah sakit. Sakura.
Jimin mempercepat langkahnya dan kini, Jimin sudah berjalan beriringan dengan Sakura.
"kau hamil ya?" tanya Jimin blak-blakkan. Sakura terkejut karena Jimin yang sudah ada disampingnya ditambah lagi dengan pertanyaan konyol Jimin.
"aku bukan wanita murahan Jimin-ssi," jawab Sakura. Ia bahkan tak lagi melanjutkan langkahnya.
"itu obat apa?" tanya Jimin sambil melihat kantong plastik yang dibawa Sakura.
"bukan urusanmu," jawab Sakura, lalu ia berjalan pergi meninggalkan Jimin.
"apa dia benar-benar sedang hamil?" Jimin jadi penasaran. Kemudian, karena tak mau ambil pusing, Jimin langsung melangkahkan kakinya menuju ruang kerja ayahnya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
.....
Baru saja Sakura hendak masuk kekamar mandi guna membilas wajahnya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. 'Hayeon'
"Yeobseyo?"
"....."
"Ah, nanti malam akan aku antarkan,"
"......"
"tidak usah. Biar aku saja yang kerumahmu. Sekalian ingin mengantarkan bibi sayuran,"
"......"
"Ne,"
Sakura memutuskan sambungan telpon terlebih dahulu, kemudian ia meletakkan ponselnya diatas nakas sebelah ranjang rumah sakit.
"Eomma, nanti malam aku pergi menemui Hayeon. Eomma tak apa kan kutinggal sendiri?"
Sakura tetap bertanya walaupun ia tahu, tak akan ada jawaban dari mulut sang ibu. Sakura mengulas senyumnya kemudian mengusap kepala sang ibu dengan lembut.
^^^
"Ahjumma... aku bawa sayuran untukmu!" pekik Sakura. Kini, gadis itu sudah berada didalam rumah Hayeon. Kemarin, Sakura meminjam jaket Hayeon tanpa sepengetahuan Hayeon, dan tadi sore Hayeon menelponnya dan menanyakan apakah Sakura yang meminjam jaketnya?
"Aigoo.. kau tak perlu repot-repot," ungkap Ny. Song.
"Ambillah Ahjumma. Buatlah sup yang enak, ara?" kata Sakura.
"baiklah. Nanti, kalian semua makan bersama disini, ya?"
Sakura mengangguk.
Hayeon membawa Sakura menuju kamar kecilnya. Sakura sangat familiar dengan kamar Hayeon. Hampir setiap akhir pekan, ia dan teman-temannya akan bermain di rumah Hayeon walaupun hanya sekedar mengobrol biasa.
"bagaimana keadaan ibumu?" tanya Hayeon. Tentu saja Hayeon tahu perihal ibu Sakura yang kini terbaring dirumah sakit.
"belum ada perkembangan," jawab Sakura pasrah.
"kau yang sabar," ucap Hayeon sembari menepuk punggung Sakura pelan. Sakura hanya bisa mengangguk lemah. Bukankah kehidupannya begitu memprihatinkan?
"jika kau mau menangis, menangis saja. Aku ada untukmu. Aku selalu ada disampingmu. Bukankah itu gunanya teman?"
Setelah mendengar kalimat itu, Sakura mulai menangis. Ia menenggelamkan wajahnya di bahu Hayeon. Bahkan kini, Hayeon juga ikut menangis. Sakura merupakan gadis yang rapuh. Hal inilah yang menjadikannya seperti sekarang. Gadis pemberontak. Namun, semua hanya menilai Sakura dari luarnya saja. Bahkan, gelas saja bisa pecah. Apalagi Sakura?
Tn. Dan Ny. Song mengintip dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Kedua orangtua itu juga ikut sedih. Bahkan, mereka turut simpati dengan Sakura.
"kasihan Sakura," ucap Tn. Song.
Ny. Song membenarkan. Bahkan kini rasanya satu butir air mata sudah berhasil lolos dari pelupuk matanya.
"sudah. Biarkan dia melepaskan kegundahannya dulu. Kau sebaiknya masak makan malam. Ajak Sakura untuk makan bersama," ujar Tn. Song dan langsung mendapat anggukan dari istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )
Fanfiction[ COMPLETED ] ✔ . . "Kami seperti kutub magnet yang berbeda arah. Namun, kami bisa menyatu." Start 6 Agustus 2017 ~ 21 September 2017 End