"Untuk apa aku hidup jika aku tak diharapkan untuk hidup?"
~~ ~~
PLAK!
Suara tamparan itu terdengar keras di ruangan sebesar ini. Paruru memegang wajahnya yang memanas akibat tamparan dari ayahnya.
"Tak bisakah kau bertingkah seperti kakakmu?" Marah ayahnya. Anak keduanya ini sungguh berbeda dari anak pertamanya. Kakaknya sangat rajin dan pintar. Bahkan kakaknya selalu saja menyambet juara saat sekolah dan selalu meraih juara 1 saat mengikuti olimpiade tingkat nasional maupun internasional. Sedangkan anak keduanya, Paruru sangat tempramental. Ia keras kepala dan tak suka diatur. Ia juga tak suka di nasihati. Apa ayahnya salah bila menginginkan Paruru menjadi seperti kakaknya? Setidaknya ia tak ingin Paruru mencoreng nama baik keluarga.
"Aku bisa menjalani hidupku sendiri, ayah!" Bentak Paruru. Ia menahan air matanya yang hampir jatuh. Ia tak mau terlihat lemah di depan ayahnya saat ini.
Ayahnya hampir saja memukul Paruru lagi jika tak ada sang kakak yang menahan tangan ayahnya.
"Ayah! Berhenti memukul Paruru," pekik Ryoka-kakaknya-
"Adikmu ini. Benar-benar adik yang tahu diuntung. Dia anak yang tak tahu balas budi. Aku tak mengharapkan kehadiran anak sepertinya," tutur sang ayah dengan emosi yang sudah meluap.
"Ayah!" Pekik Ryoka lagi.
Paruru langsung berlari pergi keluar rumah. Ia sudah tak tahan lagi. Ia sadar jika dirinya ini berbeda. Ia tak sama dengan kakaknya. Tapi, apakah pantas seorang ayah berkata demikian? Kau tahu, hati Paruru hancur.
Ia tak di harapkan di dunia ini.
~~ ~~
Pukul 07.00 malam. Jalanan di kota Seoul masih cukup ramai. Paruru menghentikan langkahnya di jembatan sungai Han. Ia memosisikan badannya menghadap air sungai. Ia rasa, air matanya menetes dan jatuh ke sungai Han.
Paruru menutup matanya pelan. Merasakan semilir angin yang menerpa wajahnya dan juga menerbangkan rambutnya. Paruru kembali terisak. Mengingat kejadian sore tadi, dimana ayahnya memukulnya.
Paruru menaiki pembatas jembatan. Saat ini yang ia pikirkan adalah mengakhiri hidupnya. Hidupnya juga tak ada gunanya. Jadi, untuk apa dia hidup? Ayahnya saja tak mengharapakannya. Ayahnya hanya memikirkan kakaknya. Tak pernah tahu apa yang dirasakan dirinya.
Paruru sudah membulatkan tekadnya. Ia berharap jika nanti ia bunuh diri, jasadnya tak akan pernah ditemukan oleh siapapun. Biarlah jasadnya tenggelam didasar sungai ataupun habis dimakan ikan-ikan. Dengan begini, ayahnya tak akan pernah malu lagi.
Saat Paruru hendak menjatuhkan dirinya di sungai Han, tiba-tiba saja tangannya di tarik seseorang.
Seseorang itu membawa Paruru kedalam dekapannya.
"Kau gila?" Marah Hoseok.
Tadi Hoseok baru saja pulang dari rumah Yoongi dan melihat Paruru yang berdiri diatas pembatas jembatan. Seketika itu juga, Hoseok menghentikan mobilnya dan segera menarik Paruru.
Paruru memberontak didalam dekapan Hoseok. Minta di lepaskan. Namun, bukannya melepas pelukannya, Hoseok malah semakin mempererat pelukannya.
"Aku mau mati," isak Paruru. Kesabarannya sudah cukup. Dan malam ini ia kehilangan kesabarannya.
"Aku tak mau kau mati," gumam Hoseok.
"Untuk apa aku hidup jika aku tak diharapkan untuk hidup?" Paruru makin terisak. Sedangkan Hosoek makin mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )
Fanfic[ COMPLETED ] ✔ . . "Kami seperti kutub magnet yang berbeda arah. Namun, kami bisa menyatu." Start 6 Agustus 2017 ~ 21 September 2017 End