"Aku akan menjadi matamu saat malam hari."
~~ ~~
Jurina melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Gadis itu punya alasan kenapa ia berjalan dengan penuh kewaspadaan. Karena ini sudah malam. Jurina baru saja berbelanja di Minimarket terdekat karena persediaan makanan yang sudah habis. Jurina juga sebenarnya terpaksa, namun gadis itu tak suka jika perutnya berbunyi terus minta diisi.
Jurina menghentikan langkahnya saat ia merasakan ada seseorang yang memegang lengannya.
Jurina menyipitkan matanya, lalu mendekatkan wajahnya. Berusaha mencari tahu siapa yang menahan langkahnya.
"Yoongi?" Tanya Jurina berusaha memastikan.
Yoongi-Pria itu- tersenyum simpul walaupun ia tak yakin jika gadis itu kini bisa melihat senyumannya. Gadis didepannya ini masih bisa mengenalinya.
"Kau mengenaliku?" Tanya Yoongi.
Jurina mengangguk. Sebenarnya Jurina agak kesusahan tadi dan ia takut salah tebak karena bisa saja orang dihadapannya ini bukan Yoongi. Namun ia hafal aroma parfum Yoongi dan juga ia bisa melihat mata sipit Yoongi.
"Kenapa kau muncul tiba-tiba?" Tanya Jurina heran. Bukannya rumahnya dan Yoongi berbeda arah?
"Mulai sekarang, aku akan menjadi matamu saat malam hari," ucap Yoongi antusias.
Jurina mengernyitkan dahinya heran. Mata?
"Kau terlalu berlebihan," tawa Jurina. Memang saat ini Jurina dan Yoongi tengah dekat semenjak kejadian malam itu di jalan raya.
"Kau tadi hampir saja jatuh ke got. Aku tidak mau kau terluka," kata Yoongi. Jurina terkejut. Got? Jika tak ada Yoongi mungkin sekarang ia sudah berada di dalam got.
"Yoongi-ssi, kita punya kehidupan masing-masing. Kau juga tak mungkin setiap malam selalu ada untukku," jelas Jurina. Tentu saja Jurina punya alasan kenapa ia menolak hal itu.
"Aku tidak terima penolakan," kata Yoongi datar. Semua orang tahu jika Yoongi tak suka jika penawarannya di tolak oleh siapapun. Bahkan teman-temannya pun tak berani menolak apa yang diperintah oleh Yoongi.
Jurina mendesah pelan, "Yoongi, aku-"
Perkataan Jurina langsung di potong oleh ucapan Yoongi.
"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Yoongi sembari menautkan jari-jari tangannya dengan jari tangan Jurina.
...
"Kau belum menjawab pertanyaanku yang waktu itu," kata Yoongi memulai pembicaraan. Ah, Jurina lupa. Saat itu Yoongi menyatakan perasaannya pada Jurina dan ia belum menjawab. Rasanya agak aneh karena mereka dulunya itu adalah musuh yang selalu bertengkar.
"Aku takut," jawab Jurina dan membuat Yoongi mengernyit heran.
"Takut?" Tanya Yoongi.
Jurina mengangguk lalu menjawab, "aku takut jatuh cinta. Karena jatuh cinta itu sakit."
Yoongi tersenyum. Benar, jatuh cinta itu memanglah sakit. Tapi bukankah manusia juga butuh cinta?
"Aku tak akan menyakitimu," kata Yoongi dan membuat Jurina menghentikan langkahnya.
"Bohong. Bahkan dulu kau sering menyakitiku," cibir Jurina.
"Hei, kau masih mengingat itu?" Tanya Yoongi sembari tertawa keras.
Jurina memanyunkan bibirnya kesal. Bagaimana bisa ia melupakan tindakan Yoongi selama 2 tahun belakangan? Yoongi yang selalu mengejeknya, Yoongi yang selalu menamparnya dengan kalimat-kalimat kasar, Yoongi yang selalu menyenggolnya sampai ia terjatuh saat ambil nilai olahraga, dan Yoongi yang selalu membuang sampah sembarangan di lokernya.
"Aku akan terus mengingatnya. Kau tahu, kau manusia yang paling jahat bagiku," kata Jurina. Ia bahkan tak berniat melupakan semua tindakan usil Yoongi.
"Aku tak akan bertingkah konyol lagi," ucap Yoongi serius.
"Janji?" Tanya Jurina sembari menjulurkan jari kelingkingnya pada Yoongi.
"Janji," jawab Yoongi dan kemudian mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Jurina.
~~ ~~
Mereka kini telah sampai didepan rumah Jurina yang kecil. Jurina mengernyitkan dahinya lalu berkata, "kau tidak mau melepaskan kaitan tanganmu?"
"Ah," Yoongi langsung melepaskan tangan Jurina dari genggamannya.
"Mau masuk dulu?" Tawar Jurina.
Yoongi berpikir sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya.
Jurina kemudian masuk kedalam rumahnya dan diikuti oleh Yoongi dibelakangnya.
Sesaat setelah sampai di dalam, Jurina langsung menyalakan lampu rumahnya. Yoongi agak menyipitkan matanya saat Jurina menyalakan lampu ruang tengah. Bola lampu rumah Jurina bisa dibilang bola lampu ukuran besar. Cahayanya bahkan begitu terang dan membuat mata silau.
"Matamu sakit? Maaf," kata Jurina. Kini ia bisa melihat agak jelas sekarang karena pencahayaan lampu yang benar-benar terang.
"Hei, kenapa kau minta maaf?" Tanya Yoongi sembari tersenyum.
"Yak! Min Yoongi, jangan terlalu baik padaku," kata Jurina hampir menangis. Benar, saat ini Yoongi terlalu baik untuknya. Ia takut jika nanti dirinya akan kecewa nantinya.
"Pacarku yang cantik, aku mau teh hangat buatanmu," rengek Yoongi sembari mengusap lembut rambut Jurina.
Jurina agak menjauhkan badannya dari Yoongi.
"Aku belum menjawab tentang itu," kata Jurina. Pria ini selalu saja seenaknya.
"Kalau begitu, apa jawabanmu?" Tanya Yoongi sambil tersenyum manis. Ah, Jurina benar-benar terpesona dengan senyum Yoongi. Benar-benar semanis gula.
"Baiklah. Aku mau," kata Jurina. Yoongi tersenyum menatap Jurina.
Yoongi bergerak maju, memojokkan Jurina ke dinding putih rumah tersebut. Sedangkan kini Jantung Jurina berdegup kencang tak karuan. Yoongi semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Jurina. Hingga kini jarak mereka hanya tinggal 3 cm lagi. Jurina langsung menutup matanya, begitu juga Yoongi. Yoongi mencium bibir Jurina dengan lembut. Bisa Jurina rasakan lembutnya bibir Yoongi. Ia merasa ada jutaan kupu-kupu yang terbang didalam perutnya sekarang.
"Saranghae," ucap Yoongi disela ciumannya. Kemudian Yoongi kembali memperdalam ciumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] ✔ . . "Kami seperti kutub magnet yang berbeda arah. Namun, kami bisa menyatu." Start 6 Agustus 2017 ~ 21 September 2017 End