Chapter 4 ( Princess School )

3K 306 1
                                    

"Gadis pemberontak tak akan pernah bisa menjadi putri sekolah"

~~ ~~

6 wanita cantik itu tak henti-hentinya dipuji oleh kaum lelaki disekolah. Bahkan, hanya dengan keelokannya berjalan saja mereka sudah banyak mendapat pujian. Ya, siapa lagi jika bukan Grup Bubblegum? Mereka bahkan mendapat julukan putri sekolah dari kaum remaja laki-laki. Kepribadian yang bagus, wajah yang kecantikannya diatas rata-rata, prestasi akademik maupun non akademik yang stabil, dan tentu saja mereka cocok disandingkan dengan Pangeran sekolah.

"lihatlah mereka.. sangat anggun,"

"Daebak!! Aku menyukai mereka!"

"bukankah mereka cocok dengan pangeran sekolah?"

"aku sangat ingin menjodohkan mereka dengan 7 pangeran itu,"

"mereka cantik dan tampan, kenapa mereka tak pacaran saja?"

Bisikan-bisikan itu selalu terdengar ditelingan 6 wanita cantik itu. Bahkan, saking seringnya mereka dijodohkan dengan 7 pangeran, mereka hanya bisa senyum-senyum sendiri. Tentu saja, mereka suka jika dijodoh-jodohkan dengan Pangeran sekolah. Siapa yang tak mau bersanding dengan 7 pria tampan? Dan untung saja, selama 3 tahun terakhir mereka bisa berteman dekat dengan 7 pria itu.

Baru saja Umji mau mendudukkan bokongnya di kursi miliknya, kursi tersebut langsung ditarik oleh Soomi.

"yak!" pekik Umji. Untung saja ia tak jatuh kebelakang.

"hmm.. putri sekolah, apa kau sudah mulai pikun? Bukankah kau sudah dipindahkan oleh Kwon Ssaem ke meja paling belakang?" tanya Soomi. Kemarin, Soomi masih ingat dengan detail jika wali kelasnya, Kwon Ssaem memindahkan Putri sekolah yang super rajin-Umji- ke meja paling belakang didekat jendela.

"kau saja yang duduk disana. Aku tak mau bergabung dengan grup kalian yang suka duduk dibangku paling belakang dan lebih memilih untuk tidur daripada belajar!" ledek Umji. Soomi menertawakan Umji pelan. Hei! Soomi juga tak mau jika harus dipindahkan dan duduk diantara murid-murid yang sok rajin. Bagi Soomi, lebih baik ia duduk dibelakang dan menikmati angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela.

"ya..ya, aku dan teman-temanku memang lebih memilih untuk tidur daripada belajar. Daripada kau, yang hanya pura-pura rajin. Oh, apa perlu aku umumkan jika seorang Umji menyewa seorang Sunbae dengan IQ 150 untuk mengerjakan tugas sekolahnya?" Soomi berbicara sangat pelan dan hampir tak terdengar oleh siapapun, kecuali Umji yang sedang melotot kearah Soomi.

PLAK!

Soomi mendapat tamparan keras di pipi kanannya. Bagi Soomi, sebuah tamparan adalah hal biasa, bahkan sangat biasa. Bukannya membalas Soomi malah semakin tersenyum puas.

"tamparanmu bahkan sama sekali tak berasa," gumam Soomi.

Semua siswa memperhatikan Umji dan Soomi yang mulai memasang bendera perang.

"kenapa? Mau membela putri sekolah kalian?" tanya Soomi pada beberapa siswa yang daritadi melihatnya dengan tatapan marah. Pertanyaan Soomi bahkan sukses membuat para siswa laki-laki tadi kembali berbisik-bisik.

"dia bukan manusia,"

"dia manusia berdarah dingin,"

Soomi hanya tersenyum mendengar ocehan-ocehan para laki-laki yang ditujukan padanya. lagi-lagi, itu hal biasa.

"pindah sekarang!!!" pekik Umji sembari menarik pergelangan tangan Soomi. Umji hanyalah seorang putri sekolah yang sangat feminim. Untuk menarik seorang Jeon Soomi merupakan hal yang mustahil baginya.

"kau yang seharusnya pindah!" ucap Soomi sambil menepis kasar tangan Umji hingga membuat gadis itu terjatuh tepat dihadapan Namjoon.

"kau tidak apa-apa, Umji-yaa?" tanya Namjoon sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Umji berdiri. Umji mengangguk pelan sambil membersihkan rok bagian belakangnya yang kotor karena terjatuh dilantai yang bahkan belum disapu oleh petugas piket kelas.

Soomi bahkan tak peduli dengan Umji yang ia tepis hingga jatuh. Salahkan gadis itu yang sangat keras kepala. Sudah jelas-jelas jika Kwon Ssaem sudah memindahkannya. Namjoon mengalihkan pandangannya kearah Soomi, si wanitaa yang tak punya rasa bersalah.

"tsk, gadis berperilaku kasar ini tak mau meminta maaf huh?" sindir Namjoon dan langsung mendapat lirikan mematikan dari Soomi. Namjoon yang mendapat tatapan mematikan itu malah tersenyum menyindir.

"pergilah dari hadapanku, pria sok pintar. Atau, nasibmu akan sama seperti Umji," gumam Soomi dengan kata-kata yang penuh penekanan.

Namjoon memutar bola matanya malas. Bagi Namjoon, itu adalah ancaman kuno yang selalu Soomi keluarkan jika sedang berhadapan dengannya.

"tak bisakah kau minta maaf saja? Apa susahnya bilang maaf pada Umji?" tanya Namjoon. Ia selalu saja kesal jika berada didekat Soomi. Soomi mengepalkan tangannya. Benci. Ia sangat benci dengan semua penghuni sekolah ini. Kenapa dia yang harus minta maaf? Oh ayolah, keadilan... berpihaklah pada Soomi sekali saja.

Soomi memilih untuk mengalah.

Ia menatap Umji dengan tatapan tajamnya lalu berkata, "aku minta maaf."

Sungguh, Soomi tak ikhlas mengucapkannya. Ia berharap, suatu saat kelak orang lain lah yang meminta maaf padanya. ia sudah muak dengan kata maaf yang selalu saja ia lontarkan. Untuk apa ia meminta maaf jika ia tak salah sama sekali?

~~ ~~

"Berilah tepuk tangan kepada mereka. Prestasi mereka benar-benar memuaskan. Bahkan mereka ber 13 memimpin di papan pengumuman," puji Kwon Ssaem. Semua murid bertepuk tangan dengan kencang, kecuali 7 gadis pemberontak yang masih memasang wajah datarnya. Sudah 3 tahun mereka melihat hal serupa. Jadi, untuk apa lagi mereka memberikan tepuk tangan dan seulas senyuman? Cukup sekali mereka melihat 13 orang itu dipuji oleh guru mereka.

Putri sekolah dan pangeran sekolah lagi-lagi menguasai CHART sekolah dengan nilai-nilai yang memuaskan. Mereka semua adalah anak kesayangan para guru. Bahkan mereka dipuji sampai ruang guru.

Kwon Ssaem melirik 7 gadis pemberontak yang masih duduk santai di bangku mereka. Bahkan, sebagian bagi mereka malah memilih untuk tidur daripada memberikan tepuk tangan.

"hei, para gadis dibelakang. Kalian tidak mau memberikan tepuk tangan?" tanya Kwon Ssaem. 7 gadis itu hanya menggeleng lalu melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Kwon Ssaem menggeleng pelan. kebiasaan.

"apa kalian tak malu dengan teman-teman kalian? Nilai kalian selalu rendah, bahkan untuk naik kelas saja kalian susah. Apa urat malu kalian sudah putus?" tanya Kwon Ssaem sarkatis.

Semua murid menolehkan kepala kebelakang, menatap 7 gadis pemberontak itu dengan tatapan kesal. Soomi bahkan sudah kembali ketempat duduknya setelah kalah berdebat dengan Namjoon + Umji. Sedangkan yang dilihat hanya diam dan malah terlihat tak bersalah.

"Ssaem, kami bahkan tak minta untuk dibantu agar naik kelas. Kalian saja yang terlalu baik hati pada kami," sahut Jurina dan tentu saja dibenarkan oleh ke 6 gadis lainnya. Kwon Ssaem sudah biasa mendengar ucapan kasar Jurina. Sebenarnya ia ingin menghukum mereka, namun ia yakin 7 gadis itu sudah kebal akan hukuman yang selalu ia berikan.

"jaga ucapanmu, Nona Matsui," kata Kwon Ssaem dengan penuh penekanan. Jurina hanya memasang wajah tanpa dosa kemudian memasukkan permen karet kemulutnya dan mengunyahnya didepan Kwon Ssaem.

Karena tak mau masalah terebut jadi rumit dan panjang, Kwon Ssaem pun mengalihkan perhatian anak muridnya dengan sebuah materi pembelajaran. Dan, kini pelajaran pertama pun dimulai.

SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang