Desember 2017
Jimin punya alasan tersendiri kenapa ia membenci Sakura.
Dia gadis yang sombong. Selalu berusaha kuat padahal ia sendiri rapuh. Gadis yang selalu berkata "aku tak butuh siapapun."
Jimin juga punya alasan tersendiri kenapa ia berniat melindungi Sakura.
Semenjak ibu Sakura meninggal beberapa waktu lalu, Jimin berniat mengakhiri perangnya dengan Sakura.
Awalnya ia hanya merasa jika perasaan yang tiba-tiba muncul dipikirannya adalah rasa kasihan. Kasihan karena gadis itu kehilangan ibunya disaat masa-masa dimana seorang anak masih memerlukan rengkuhan hangat sang ibu.
Namun, hatinya berkata lain.
Awalnya ia ragu. Takut jika perasaannya salah. Pasalnya, dulu ia sangat tak suka dengan Sakura. Bahkan berkali-kali melemparkan masalah yang ia buat pada Sakura dan berakhir dengan gadis itu yang harus menanggung hukuman seorang diri.
Namun Jimin yakin. Ia tak salah lagi.
Perasaan ini muncul dengan sendirinya. Tanpa ia minta.
Jimin tak bisa menghindari fakta jika ia sudah jatuh dalam pesona gadis sombong seperti Sakura.
~~ ~~
Jimin benar-benar frustasi sekarang. Sudah beberapa hari ini ia tak melihat Sakura dikelas maupun disekolah. Ya, ibunya baru saja meninggal seminggu yang lalu dan agak membuat kondisi mental gadis itu terganggu. Membuatnya harus absen selama beberapa hari. Jimin berharap semoga saja hari ini orang yang ia nantikan itu datang kesekolah dengan senyuman seperti biasanya.
Semua murid menatap kearah pintu. Melihat sosok yang sudah lama tak terlihat. Namun, tak seperti biasanya, gadis itu berjalan sambil menunduk. Berusaha menghindar dari tatapan orang lain.
"Sakura!!! Kami merindukanmu," ucap Soomi. Ia langsung memeluk Sakura erat. Enggan melepaskan pelukan hangatnya.
Tak tahukah Sakura bahwa teman-temannya begitu merindukannya?
Sakura tersenyum simpul.
"Aku juga merindukan kalian," balasnya.
"Kau baik-baik saja bukan?" Tanya Hayeon. Dapat Sakura lihat jika Hayeon sangat cemas dan mengkhawatirkan dirinya.
Lagi. Sakura mengangguk. Men cap dirinya baik-baik saja.
Jimin benar-benar muak sekarang. Tak bisakah gadis itu tak membohongi keadaan? Bahkan Jimin yakin teman-temannya itu tahu jika Sakura tak baik-baik saja. Hanya saja mereka enggan untuk bertanya lebih.
Lihatlah. Jimin bisa melihat perubahan pada diri Sakura.
Tubuhnya yang semakin kurus dan pipinya yang semakin tirus.
Lingkaran hitam dimatanya tak dapat gadis itu sembunyikan.
Dimana letak baik-baik saja nya?
~~ ~~
Jangan menangis
Kau tahu betapa hancurnya aku saat melihatmu menangis?
Aku ingin melindungimu.
Aku ingin merengkuhmu dalam dekapanku.
Aku ingin kau bercerita padaku.
Aku ingin kau bersandar dibahuku dan menangis sepuasnya disana.
Aku ingin kau sadar jika aku mencintaimu.
Jangan sakiti dirimu sendiri
Sakura menghapus air matanya menggunakan tangannya. Berapa kalipun Sakura menangis, ibunya tak akan pernah kembali lagi.
Sakura sengaja tak ikut makan dikantin bersama teman-temannya. Sakura masih ingin sendiri. Meyakinkan dirinya jika ibunya sudah tak ada disisinya.
"Menangis lagi?"
Suara Jimin membuat Sakura menoleh. Sejak kapan Jimin sudah berada didepannya? Bahkan berdiri menatapnya.
"Kenapa cengeng sekali sih?" Jimin jadi kesal sendiri. Kesal karena gadis ini tak mau berbagi cerita.
"Sudah tahu aku cengeng. Kau tak pernah puas mengataiku?" Tanya Sakura.
Jimin bukannya menenangkannya, malah memperburuk kondisi.
Mood nya jadi hilang seketika.
"Sial-"
"Berhenti mengumpat!" Sergah Jimin cepat.
"Wae? Aku muak melihatmu. Melihatmu membuatku ingin mengumpat saja," geram Sakura.
Bodoh! Kau tahu betapa sakitnya hatiku saat kau mengatakan itu?
Batin Jimin bergejolak. Tapi bagaimanapun juga, perasaan itu tidak menghilang sama sekali. Perasaan cinta itu masih ada sekalipun gadis dihadapannya ini berkata kasar.
Jimin menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian, Jimin meletakkan sapu tangannya disebelah tempat Sakura duduk.
Sedangkan Sakura hanya menatap Jimin heran.
"Jangan hapus air matamu dengan tangan. Setidaknya, hapuslah dengan tissu atau sapu tangan," ucap Jimin dan membuat Sakura mengernyitkan dahinya.
Jimin? Berubah jadi perhatian? Padanya?
"Setidaknya jangan terlihat begitu menyedihkan. Seperti tak bisa hidup bersih saja," lanjut Jimin lalu pergi.
Shit!
Nyatanya Jimin kembali menghinanya. Hidup bersih katanya? Jadi selama ini Sakura dianggap kotor? Begitu?
Lain halnya dengan Sakura yang kesal minta ampun, Jimin malah merutuki mulutnya sekarang. Bagaimana bisa ia melontarkan kata-kata pedas pada Sakura?
Bodoh! Benar-benar bodoh.
Tak bisakah ia melontarkan kata-kata manis?
Kalimat itu refleks keluar dari mulutnya.
Jangan menangis. Jangan menangis. Jangan menangis. Hatiku sakit saat tahu kau menderita. Tak bisakah kau membagi bebanmu padaku?
Aku tahu kau rapuh.
Aku tahu kau sedih.
Tak bisakah kau merubah cara pandangmu terhadapku?
Aku ingin kau melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )
Fanfic[ COMPLETED ] ✔ . . "Kami seperti kutub magnet yang berbeda arah. Namun, kami bisa menyatu." Start 6 Agustus 2017 ~ 21 September 2017 End