"Aku ingin jadi pianis terkenal."
~~ ~~
Sudah 2 minggu sejak kejadian kejar-kejaran malam itu, 2 kubu tersebut saling diam. Anggap saja mereka tak pernah saling mengenal. Kelas yang biasanya ramai di karenakan perkelahian 2 kubu tersebut kini menjadi sepi dikarenakan 2 kubu tersebut tak bertegur sapa ataupun saling mengejek.
Entah apa yang mereka pikirkan malam itu. Yang pasti, sampai sekarang mereka masih aman-aman saja. Tak ada perkelahian.
Choi Ssaem, guru musik kelas 3 masuk ke dalam kelas 3-1 memebuat semua murid bersorak. Choi Ssaem baru saja selesai cuti melahirkan anak pertamanya. Bahkan, para gadis pemberontak pun ikut bersorak.
"Ssaem... selamat atas kelahiran anak pertamamu!" Teriak ketua kelas.
Choi Ssaem tersenyum ramah, "terima kasih."
Semua murid mengenal Choi Ssaem. Guru yang ramah dan juga di kenal karena kebaikan hatinya. Choi Ssaem tak pernah membanding-bandingkan muridnya. Baginya, semua murid sama di matanya.
"Ada yang ingin Ssaem sampaikan," ungkapnya semangat.
Semua murid kembali bersorak. Tak sabar dengan apa yang akan diucapkan Choi Ssaem.
"Seharusnya aku salah bilang ini ke kalian. Karena kalian sudah murid tingkat akhir yang harus fokus pada pelajaran utama," kata Choi Ssaem yang membuat semua murid makin penasaran.
"Setelah ujian akhir, akan ada kompetisi piano antar sekolah di korea,"
Semua murid kembali bersorak. Kompetisi yang paling mereka tunggu.
"Jadi, Ssaem di suruh memilih 3 orang yang pandai bermain piano dan mendaftarkannya untuk ikut kompetisi," lanjut Choi Ssaem.
Semua murid sudah tau 2 orang yang pandai bermain piano dan sudah bisa ditebak. Namun, satu orang lagi masih misterius. Mereka belum tahu.
"Kim Eunbi."
"Min Yoongi."
"Dan.."
"Matsui Jurina."
Semua orang kaget mendengar nama terakhir yang disebut Choi Ssaem. Jurina? Dia bisa bermain piano dengan baik?
"Ssaem, kenapa kau memilihku?" Tanya Jurina heran.
"Ssaem tahu kau bisa bermain piano," jawab Choi Ssaem sambil mengembangkan senyum ramahnya.
~~ ~~
Yoongi, Eunbi dan Jurina dibawa oleh Choi Ssaem ke ruang musik. Disana sudah ada sebuah piano coklat. Choi Ssaem menoleh kearah muridnya.
"Eunbi, kau bisa mulai bermain piano. Ssaem ingin mendengarnya," suruh Choi Ssaem.
Eunbi mengangguk lalu duduk di hadapan piano coklat. Kini, lantunan piano terdengar ditelinga Choi Ssaem. Ia mengembangkan senyumnya. Kemampuan Eunbi dalam menguasai permainan piano sudah bagus dan jika ia berlatih, Choi Ssaem tak menutup kemungkinan jika Eunbi akan menang.
Eunbi menyelesaikan permainan piano nya dan langsung mendapatkan tepuk tangan dari Yoongi dan Choi Ssaem.
"Yoongi, giliranmu," suruh Choi Ssaem.
Yoongi mengangguk lalu ia mulai meletakkan jari-jarinya di tuts piano. Alunan piano kembali terdengar. Jari-jari Yoongi menari dengan indah di atas tuts-tuts piano. Alunan piano yang pertama terdengar pelan, kini di ganti Yoongi. Ia memainkan lagu dengan cepat tanpa jeda sedikit pun.
Choi Ssaem dan Eunbi bertepuk tangan setelah Yoongi mengakhiri permainan piano nya. Permainan Yoongi sangat bagus tanpa ada salah sedikitpun.
"Jurina, ayo. Sekarang giliranmu," suruh Choi Ssaem. Awalnya Jurina ragu untuk mendekat kearaha piano itu. Namun, akhirnya dia melangkahkan kakinya juga. Ia duduk di depan piano tersebut. Memandang tuts-tuts piano dihadapannya. Ia sudah lama tak bermain piano.
Suara alunan piano terdengar diseluruh ruang musik. Lagu yang Jurina bawakan juga berbeda dari Eunbi dan Yoongi. Yoongi dan Eunbi berusaha menahan diri agar mereka tak tertawa. Yang benar saja, Jurina memainkan lagu "little star". Lagu yang biasa dimainkan oleh anak kecil.
"Kalian jangan tertawa dulu," kata Choi Ssaem.
Yoongi dan Eunbi sama-sama terdiam. Kemana lagu "little star" tadi? Ya, Jurina masih memainkan lagu anak tersebut, namun ia sedikit memodifikasinya menjadi lebih indah dan enak di dengar. Jurina mengakhiri permainan pianonya dan mendapatkan tepuk tangan dari Choi Ssaem.
"Itu mengangumkan," puji Choi Ssaem.
......
Seorang gadis seperti Jurina juga mempunyai impian. Kalian tahu apa impian Jurina sedari kecil? Ya, menjadi pianis terkenal seperti mendiang kakeknya. Sejak duduk dibangku sekolah dasar, Jurina sudah bisa menaklukan piano. Ia bermain dengan indahnya sampai-sampai guru musik memuji dirinya. Impian Jurina tak berubah saat ia kembali duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bahkan, ia makin mahir dalam memainkan piano. Bahkan ia bisa memodifikasi lagu-lagu agar menjadi lebih hidup dan enak di dengar.
Namun, Jurina harus meninggalkan impiannya itu sejak orangtuanya meninggal. Apalagi semenjak ia tahu, ia memiliki penyakit mata.
Untuk apa ia mempertahankan impiannya jika suatu hari nanti ia tak akan bisa melihat?
~~ ~~
"Wah, kenapa kau tak pernah bercerita pada kami jika kau bisa bermain piano?" Tanya Hayeon. Ia memasang wajah senang.
"Lagipula aku juga jarang bermain piano semenjak aku pindah ke korea," jawab Jurina.
"Ah, kau tahu kami tadi mengintip permainan piano mu. Dan wow, itu keren," puji Hara.
Jurina tersenyum. Teman-temannya ini tak pernah berhenti memujinya.
"Aku bercita-cita ingin menjadi pianis seperti mendiang kakekku,"
"Kami akan mendukungmu saat kompetisi," sahut Sakura.
Jurina menarik nafas dalam, lalu membuangnya.
"Aku tak akan ikut kompetisi itu," imbuh Jurina dan langsung mendapat tatapan kaget dari ke 6 temannya.
"Kenapa? Kau hebat Ju," kata Paruru dan langsung mendapat anggukan dari yang lain.
"Untuk apa aku melanjutkan mimpiku jika suatu saat nanti kedua mataku tak berfungsi lagi?" Gumam Jurina.
Teman-temannya diam. Benar. Mereka sudah tahu jika Jurina mengalami penyakit mata. Itulah yang membuat sakura khawatir beberapa hari lalu. Dimana saat ia melihat kaki Jurina yang terluka.
"Setidaknya, pergunakan kesempatan ini selama kau masih bisa melihat," kata Soomi.
"Aku takut saat kompetisi nanti permainanku akan kacau," lirih Jurina. Paruru memeluk Jurina erat.
"Aku yakin kau bisa mengatasinya nanti saat tampil," tambah Hara.
"Kami akan mendukungmu," ucap Paruru.
"Jadi, kau mau kan ikut kompetisi itu? Lagipula kompetisi itu berlangsung setelah ujian akhir," kata Hayeon. Ia sungguh ingin melihat temannya ini tampil memukau didepan ribuan orang penonton.
Jurina mengangguk lalu berkata, "aku akan ikut dan membuat kalian bangga padaku."
![](https://img.wattpad.com/cover/118101474-288-k39769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SKOOL LUV AFFAIR ( 1 )
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] ✔ . . "Kami seperti kutub magnet yang berbeda arah. Namun, kami bisa menyatu." Start 6 Agustus 2017 ~ 21 September 2017 End