Acara makan bekal bersama kali ini berlangsung dengan formasi lengkap. Ada Mara dan Manda yang kembali duduk di sampingnya setelah urusan lombanya selesai, membuat Gendis bisa bernapas lega karena Rikza tak akan mengganggunya lagi.
"Mar! Dicariin Pak Joni!" teriak Alfian yang berdiri di ambang pintu.
Mara menoleh. Wajahnya seketika keruh. Sambil menutup bekalnya ia berteriak.
"Iya!"
"Kenapa Mar?" tanya Sekar yang dari tadi menatap penasaran.
Mara mengedikkan bahu lantas bangkit dan meninggalkan mereka dengan rasa penasaran.
"Urusan Rohis palingan. Apa lagi."
Gendis mengerutkan dahinya. "Lo lihat nggak sih, gimana muka dia tadi?"
Sekar langsung mengangguk. "Iya, makanya gue nanya tadi, eh dia cuma gitu doang."
"Positiv thinking aja," ujar Manda menyaut botol minumnya.
"Dari kemaren dia udah aneh, Man, lo nggak tau sih."
"Kenapa?"
Sekar mengedik pada Gendis. Memberi kode untuk menjelaskan sedangkan dirinya ingin melanjutkan kegiatan makannya yang tertunda.
"Udah semingguan ini Mara nggak nangkring di mushola mulu. Pokoknya di kelas terus."
Manda terdiam sesaat. Hal yang sama juga dilakukan Gendis. Sedangkan Sekar menekuni ayam gorengnya.
"Mungkin ada masalah?" ucap Manda ragu disertai tanya.
Gendis melirik pada Sekar. "Tanyain gih."
Sekar menoleh dengan tatapan aneh. "Kok gue?"
"Lo kan semeja sama dia, pasti lebih gampang nanyanya," jawab Manda.
"Kenapa nggak lo atau Gendis?"
"Tau, lo aja coba Man, lo kan bisa pura-pura nggak tau," seloroh Gendis yang langsung mendapat delikan dari Manda.
"Ck, cuma nanya doang, nggak bakal disikat sama Mara."
"Yaudah lo aja."
Kata Sekar dan Gendis berbarengan. Manda mengerang kesal.
"Yaudah gue yang nanya!"
"Nah gitu."
"Bagus, lo kan nggak kalah galak sama dia."
"Rese!"
•
"Gendis!"
Yang dipanggil itu langsung berhenti berjalan. Ia menoleh dengan tangan memeluk blocknotenya. Wajahnya mendadak jutek saat tau siapa yang memanggilnya.
"Apa?"
"Jutek banget sih lo sama gue."
Gendis mendengus. "Lo ngeselin."
Rikza malah terkekeh. Cewek di depannya ini rupanya dendam padanya. "Gue udah nggak numpang duduk lagi padahal."
"Iya lah, ada Manda. Kalo nggak juga lo masih duduk di situ, gangguin gue mulu. Nyanyi lah, mainan lah, nanya lah, heran lo tuh cewek yang tersesat di badan cowok ya?"
Rikza makin terbahak. Kedua matanya menyipit dan sedikit membungkuk.
"Sumpah, senista itu apa gue di mata lo?"
"Iya!" balas Gendis getas.
"Udah gue kasih coklat juga masih dendam aja nih."
"Nggak ikhlas ngasihnya?" Gendis menatap sinis cowok di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blocknote
Teen FictionA wise man once said : "Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart." An amazing cover by @shadriella Blocknote Elok Puspa | Oktober 2017