#18

865 123 3
                                    

Rikza N
Ge

Gendis D
apa?

Rikza N
lo lagi belajar?

Gendis D
menurut ngana?

Rikza N
ehe
yaudah

Gendis mendecak menatap ponselnya yang berdampingan dengan buku paket bahasa inggris.

"Tuh orang absurd emang."

Gendis memutuskan mengabaikan Rikza dan kembali fokus pada bukunya. Minggu ini ulangan kenaikan kelas tengah berlangsung. Nggak terasa waktunya di Persada Nusantara akan segera berakhir. Ada perasaan nggak rela meninggalkan masa putih abu-abu ini tapi Gendis lebih bersemangat menyongsong masa depannya nanti.

Pikiran liarnya bahkan sudah membayangkan dirinya sendiri di masa depan, menjadi seorang penulis besar yang karyanya selalu dinantikan para pembaca dan juga sebagai influencer.

Senyum Gendis mengembang lebar. Namun secepat kilat senyuman itu terhapus oleh kenyataan.

"Belajar, Ge! Ngayal mulu! Masih jauh!"

Ponselnya kembali berdenting. Kali ini pop up aplikasi chatting muncul di layar ponselnya. Pesan yang tertulis itu membuat Gendis mengembangkan senyumnya.

Eh, gula gula
Abis lo UAS ketemuan kuy, gabut gue.

Hari terakhir UAS di SMA Persada Nusantara terasa begitu santai, jauh berbeda saat hari pertama. Di tiap sudut sekolah banyak siswa-siswi bergerombol, bukan lagi membahas tentang materi yang akan jadi bahan ujian tapi mengenai rencana liburan.

Begitu pula dengan Gendis dan ketiga temannya. Gendis dan Manda dengan wajah semangat, Mara dengan wajah datarnya, serta Sekar yang masih saja lesu sejak hari pertama.

Sekar jadi mengikuti pertandingan taekwondo itu walaupun tanpa restu sang mama. Sekar bahkan kembali juara dan mendapat medali emas. Tapi, Gendis tau Sekar sama sekali nggak bangga atau pun merasa puas. Lihat saja wajahnya yang selalu lesu dan tiap Gendis tanya jawabannya selalu sama.

"Ya gitu, udah ah nggak usah dibahas."

Jawaban khas Sekar yang membuat Gendis kesal dan akhirnya berhenti bertanya sejak kemarin.

"Jadi, mending kita main trampoline aja atau jalan ke tempat wisata?" tanya Manda sambil melirik jam di ponsel.

Mara mengedikkan bahu. Bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu tapi Manda keburu memotongnya.

"Jangan bilang terserah. Gue nggak nerima terserah kali ini."

Mara mendengus. "Trampoline aja. Gue butuh lompat setinggi-tingginya. Biar otak gue lurus lagi."

"Setuju!" sahut Gendis dengan cengiran.

Manda menatap Sekar, meminta pendapat cewek itu yang dari tadi bersendang dagu.

"Gue ikut aja. Trampolinenya jebol nggak kalo gue yang lompat?"

Gendis tertawa. "Lebay! Lo kira lo segede apa!"

"Gue nambah gede tau abis tanding."

"Makan mulu lo, balas dendam gara-gara sebelum tanding harus diet," seloroh Mara menjitak pelan kepala Sekar.

"Nginep di rumah gue aja sebelum main trampoline besoknya, gimana?" usul Manda tiba-tiba.

Ketiga orang itu terdiam sejenak. Saling berpandangan lalu mengangguk bersamaan.

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang