#1

6.8K 375 131
                                    

Pernah ngerasa ditinggal?

Bukan. Bukan ditinggal dalam arti yang sebenernya. Ditinggal ke alam lain atau ditinggal karena jarak. Bukan itu.

Tapi, ditinggal, eh, atau lebih tepatnya tertinggal. Tertinggal karena kamu masih jauh dari sesuatu yang bisa dibanggakan.

Semua orang di sekeliling rasanya udah maju dua langkah sedangkan kamu masih diem di tempat yang sama dengan rutinitas yang ngebosenin.

Ketika yang lain udah cerita banyak tentang pencapaian mereka, kamu masih sibuk dengan hobi.
Ketika yang lain ngurus berbagai hal untuk impian-impiannya, kamu cuma bisa diem ngelihatin aja.
Ketika yang lain udah mulai ceklis daftar bucketlists-nya, kamu masih bingung sama apa yang dipengenin.

Pernah ngerasain hal itu?

Kamu nggak sendiri. Percayalah, Gendis juga ngerasain hal yang sama. Sekarang ini, eh, bukan cuma sekarang tapi sejak beberapa tahun lalu, atau mungkin dari kecil dulu. Entah lah, Gendis lupa.

Gendis nggak tau harus menyebut ini keberuntungan atau kesialan. Setiap kali ia punya beberapa teman dekat, mereka itu pasti orang-orang yang sibuk. Aktif dalam berbagai kegiatan.

Ada yang sibuk ikut lomba ini itu, ada yang sibuk ekskul, ada juga yang sibuk sama organisasi sosial. Macem-macem sampe Gendis lupa.

Sedangkan dirinya sendiri nggak aktif dimana pun. Nggak ekskul, nggak organisasi sosial apalagi ikut lomba. Tapi bukan berarti Gendis nggak pernah berkegiatan.

Pas SMP Gendis ikut ekskul PMR dan beberapa kali ikut lomba, di rumah dia juga pernah ikut Karang Taruna walaupun cuma beberapa bulan aktif dan setelahnya cuma dateng kalau acaranya penting banget.

Gendis merasa kegiatan itu nggak ada yang cocok buatnya. Dia cenderung cepat bosan, makanya ia cuma bertahan beberapa bulan di PMR. Sedangkan Karang Taruna itu kebanyakan jadi ajang pamer dan bergosip, yang kaum laki-laki malah sengaja tebar pesona buat menarik perhatian para cewek-cewek. Gendis nggak betah di lingkungan seperti itu.

Baginya, mending dia tidur di rumah dan memikirkan plot untuk ceritanya atau sekedar tiduran sambil buka wattpad.

Gendis bukan cewek pendiem yang nggak suka bergaul. Dia emang cenderung pemalu dan cuek sama orang yang baru dikenalnya, tapi kalo udah kenal lama dan deket, sifat gilanya akan keluar juga.

Kayak sekarang ini. Gendis melempar senyumnya pada seorang cewek bertubuh agak berisi yang berpapasan dengannya di depan tangga koridor ekskul.

"Eh, Gendis, apa kabar? Lama nggak lihat!"

"Yaampun Sekar! Gue juga udah lama banget nggak ketemu, lo makin kurus aja!" pekik Gendis nggak kalah heboh.

Itu sebuah kebohongan! Kebohongan besar yang terjadi pagi ini. Sekar itu teman dekat Gendis di kelas dan dia juga belum lupa kalo di gerbang belakang tadi mereka baru aja ketemu dan saling sapa.

Tapi, mereka berdua emang biasa bertingkah seperti itu. Mereka berdua itu partner in crime paling solid! Apa pun yang berkaitan dengan hal yang menyenangkan pasti Gendis dan Sekar ada di sana.

Keduanya kemudian menaiki anak tangga itu bersisian.

"Lo udah ngerjain sejarah, Ge?"

"Udah, dari hari minggu kayaknya."

"Lihat dong gue, ada yang belum nih. Males banget bacanya."

Gendis menampakan cengirannya. "Sip, eh iya, gimana persiapan lomba lo?"

"Masih belum tau, gue jadi ikut atau nggak." Mendadak wajah Sekar berubah murung.

Pasti ada sesuatu. Batin Gendis.

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang