Gendis menatap ponselnya yang sedang menampakan aplikasi instagram dengan postingan terbaru Mara di posisi teratas timeline.
Ini pertama kalinya Mara memposting foto mereka berempat. Tapi, bukan postingan Mara yang membuat Gendis termenung di depan meja belajarnya.
Gendis malah mengingat obrolannya dengan Sekar melalui aplikasi chatting semalam. Tentang Mara dan Yoga.
Gendis benar-benar terkejut mengetahui jika Mara dan Yoga pernah dekat. Benar-benar dekat yang sampai membuat orang berasumsi mereka berdua memiliki hubungan khusus. Tapi, sungguh Gendis nggak tau sama sekali tentang hal itu atau lebih parahnya ia sama sekali nggak peduli.
Menurut info dari Sekar, Mara dan Yoga dekat sejak SMP lalu berlanjut sampai SMA. Namun di tengah semester hubungan itu merenggang entah karena apa dan mereka jadi saling menjauh. Persis seperti dirinya dan Giza, bahkan kata Sekar itu terjadi dalam waktu yang berdekatan.
Mungkin saat itu ia cuma terfokus pada Giza dan mengabaikan urusan Mara. Gendis jadi penasaran apa yang terjadi dengan dua orang itu. Jika, disandingkan mereka berdua mungkin sangat cocok. Sama-sama sempurna dan dingin serta irit bicara.
Ngomong-ngomong soal Yoga, Gendis nggak pernah lagi ketemu sama cowok kulkas itu. Tapi, itu jauh lebih baik. Gendis selalu nggak bisa menahan emosinya tiap lihat muka datar serta tatapan dinginnya, rasanya pengen nyekek dan lempar ke kawah gunung.
Gendis terkekeh sendiri memikirkan ide gilanya yang jelas nggak akan terealisasi. Jempolnya sudah menekan tombol pencarian, ia berniat stalking akun instagram Yoga. Tapi, kemudian ada satu chat masuk yang muncul di pop up ponselnya.
Jantung Gendis berhenti berdetak sekian detik seusai membaca pesan itu.
Rikza N
Ge, jalan yuk sama gue.•
Sore hari setelah Gendis memasak dan membersihkan rumah, ia memutuskan untuk menyiram tanaman di taman sepetak depan rumahnya terlebih dahulu sebelum mandi dan kembali berkutik dengan wattpad.
Hari libur seperti ini Gendis yang menangani semua masalah rumah. Apalagi sekarang mamanya sering lembur dan pulang malam.
Selang biru yang tersambung dengan keran sudah berada dalam genggamannya. Sambil mengarahkan air ke tanaman di halaman, Gendis memikirkan isi chat Rikza yang sampai sekarang belum ia balas. Bukan apa-apa, Gendis cuma terlalu terkejut.
Masalahnya yang ngajak ini Rikza. Iya, Rikza Nouvel yang rese dengan segala sikap absurdnya itu. Rikza yang akhir-akhir ini jadi kelihatan lebih ganteng di matanya. Gendis masih nggak ngerti ada apa sama dirinya sendiri. Ia yakin seratus persen hatinya masih untuk Giza yang sayangnya malah menyia-nyiakannya. Sakit memang tapi itulah kenyataan.
Rikza bercanda doang pasti, dasar cowok absurd.
Gendis menggeser arah selang lebih ke depan dekat pagar. Tatapannya menyapu ke jalanan depan rumahnya dan berhenti pada satu titik.
Wajahnya langsung berubah terkejut. Matanya membulat dengan mulut yang terbuka. Selang di genggamannya bahkan sudah terjatuh ke kon blok dan membasahi kakinya sendiri.
Gendis nggak mempercayai apa yang dilihatnya. Rikza duduk di atas motornya dengan helm yang masih terpasang di kepala. Cowok itu melambai padanya dengan cengiran lebar.
"Halo, Sugar Lady!"
"Rikza?!"
Rikza turun dari motornya, melepas helm dan menaruhnya di spion. Cowok itu melangkah mendekat dan baru berhenti di depan pagar setinggi dada. "Halo!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Blocknote
Ficção AdolescenteA wise man once said : "Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart." An amazing cover by @shadriella Blocknote Elok Puspa | Oktober 2017