"Dia temen sekelas lo kak? Apa dia cuma ngibulin gue?" tanya Rizka lagi begitu melihat reaksi Gendis yang cuma menatap datar ke arah kakaknya.
Gendis mengangguk. "Iya sekelas."
"Bentar ya kak, gue ke sana dulu."
Gendis mengangguk lagi, pandangannya mengikuti kepergian Rizka.
"Tadinya gue udah nyiapin berbagai macam umpatan sampe makian buat lo kalo sampe lo nggak dateng."
Gendis tersentak. Namun dengan cepat berganti dengan senyum dibibir.
"Congrats, Zee-Zee!" Gendis beralih memeluk Zeva yang berdiri di sampingnya.
"Makasih! Berkat lo juga gue sampe di sini. Makasih banyak!" balas Zeva penuh senyum.
"Gue punya sesuatu buat lo." Gendis melepaskan pelukannya lalu membuka canvas bag yang terselempang di bahu.
"Apaan nih?" Zeva mengernyit menerima sebuah buku dengan sampul motif geometri.
"Blocknote. Lo kan pelupa nah itu pake buat nyatet apa aja, entah ide atau password sosial media lo sekalian."
Zeva tertawa. "Iya, gue suka lupa sama password sendiri."
"Makasih ya, Gula-gula," ujar Zeva memeluk blocknote itu erat.
"Iya, sama-sama. Makasih mulu."
"Biarin sih, lagian kan gue-."
Kata-kata Zeva terputus karena Rizka muncul dengan senyum sumringah.
"Kak foto dong bertiga!""Ah, iya, yuk."
"Kak sini buruan! Fotoin gue!" teriak Rizka pada sang kakak yang kemudian mendekat ke arah mereka.
Gendis merasa tubuhnya mendadak lemas. Tatapan mata cowok itu yang tertuju padanya benar-benar melemahkannya.
"Dia kakak aku namanya Rikza, dia temen sekelasnya kak Gendis," Rizka memperkenalkan Rikza tanpa diminta pada Zeva.
Zeva mengerutkan keningnya. Tatapannya kemudian beralih pada Gendis. "Dia yang waktu itu lo bilang kan?"
Gendis mendelik. "Apaan sih!"
"Yang waktu itu lo bil- akhh sakit!" Zeva mengusap punggung tangannya yang dicubit Gendis.
"Berisik lo sumpah! Ngomong mulu mau foto nih," Gendis menampakan sorot mata penuh ancaman pada Zeva.
Rizka menatap penuh curiga. Gendis yang menyadari hal itu langsung menarik Rizka ke arahnya.
"Yuk katanya mau foto."
Rizka berdiri di antara Gendis dan Zeva.
"Agak bawahan dikit biar gue nggak kelihatan pendek!" titah Rizka pada sang kakak.
Rikza cuma menatap datar lalu kembali fokus pada ponsel ditangan. Memberi aba-aba dan mengambil beberapa foto.
Rikza mendekat ke arah mereka. "Udah nih."
"Bagus nggak?" Rizka mengambil alih ponsel dari tangan Rikza.
Gendis yang sedang memberi kode penuh ancaman pada Zeva untuk tutup mulut terkejut bukan main saat tiba-tiba pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang.
"Minjem Gendis bentar," ujar Rikza singkat saat Rizka dan Zeva melotot melihat tindakannya barusan.
Gendis berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rikza tapi percuma karena cowok itu lebih kuat menariknya keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blocknote
Teen FictionA wise man once said : "Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart." An amazing cover by @shadriella Blocknote Elok Puspa | Oktober 2017