Gendis dan Giza pernah menjadi dua orang yang dekat dalam tanda kutip.
Dekat dalam berbagai macam definisi. Jarak rumah yang terbilang dekat karena cuma beda kompleks. Hari ulang tahun yang dekat karena cuma berjarak 28 hari walaupun beda bulan. Nomor absen yang berdekatan walaupun kelas mereka berbeda. Letak kelas yang bersebelahan walaupun beda lantai bahkan beda jurusan dan banyak kedekatan lagi yang mereka pernah lakukan bersama. Pulang sekolah bareng dengan motor Giza misalnya. Atau saat mereka makan di kantin berdua. Atau saat mereka menonton film horor bersama.
Gendis lupa atau tepatnya pura-pura lupa. Lupa kenyataan bahwa selama ini Giza tak pernah benar-benar dekat dengannya. Lupa bahwa selama ini mereka tak hanya berdua. Gendis sibuk merangkai angan dan kebahagiaan semu, melupakan fakta jika fokus Giza nggak pernah benar-benar tertuju padanya, mengabaikan pertanda-pertanda kecil sampai pada akhirnya cowok itu mengatakannya dengan cara paling menyakitkan.
"Berhenti terus-terusan nyari gue, Ge. Berhenti terus-terusan bertingkah caper di depan gue. Karena gue nggak pernah tertarik sama lo."
Gendis masih ingat kata-kata itu. Kata-kata yang diucapkan Giza di koridor depan ruang tari saat Gendis menunggu cowok itu selesai kerja kelompok bersama teman-temannya.
Hari dimana Gendis memutuskan untuk memberanikan diri bertanya langsung pada Giza perihal mengapa cowok itu tiba-tiba menjauhinya.
Gendis terus dihantui perasaan bersalah dengan banyak pertanyaan di kepala. Apa ada kata-kata yang diucapkannya menyakiti Giza? Atau tingkahnya yang membuat Giza ilfiil lantas menjauhinya? Atau apa? Gendis butuh kejelasan.
Tapi, yang ia dapatkan lebih dari itu. Luka hati yang terus ada bahkan sampai sekarang, setelah setahun lebih sejak hari itu terjadi.
•
"Giza!"
Punggung tegap Giza berhenti di depan ruang tari. Semua teman-teman cowok itu telah lebih dulu menuruni tangga untuk pulang. Sekolah sudah lumayan sepi, seenggaknya di koridor MIA sepuluh ini cuma ada mereka berdua.
Gendis berlari kecil menghampiri Giza dan berhenti tepat di belakang cowok itu.
"Lo kenapa tiba-tiba ngejauh, Za? Apa salah gue?"
"Berhenti terus-terusan nyari gue, Ge. Berhenti terus-terusan bertingkah caper di depan gue. Karena gue nggak pernah tertarik sama lo," jawab Giza seiring dengan tubuh cowok itu yang berbalik menghadap Gendis.
Jawaban Giza serta bagaimana cowok itu mengatakannya dengan tegas dalam satu tarikan napas berhasil menghentikan detakan jantung Gendis sekian detik. Yang kemudian berlanjut dengan patahan-patahan kasat mata dalam diri Gendis.
"Kenapa? Perasaan selama ini kita-."
"Cewek sih, pake perasaan mulu, nggak pake logika."
Bibir Gendis terkatup rapat. Air matanya menggenang di kedua pelupuk. Jika tadi hatinya patah menjadi beberapa bagian. Kali ini bagian-bagian itu hancur menjadi serpihan yang lebih kecil.
"Lupain semua hal yang pernah terjadi di antara lo sama gue. Kedekatan kita selama ini cuma upaya gue buat bikin Manda seneng. Cuma itu."
Manda. Manda. Manda.
Mata Gendis sedikit membesar. Tubuhnya gemetar dengan tatapan tanya yang begitu jelas menembus lapisan air mata bening yang menghalangi pengelihatannya.
"Cuma Manda yang selama ini di hati gue."
Pernyataan itu meremukkan Gendis. Sampai pada titik Gendis merasa tubuhnya melayang dengan jantung yang berdetak melambat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blocknote
Teen FictionA wise man once said : "Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart." An amazing cover by @shadriella Blocknote Elok Puspa | Oktober 2017