#35

907 133 65
                                    

Minggu siang Gendis yang tenang mendadak gempar saat ia mendapat telepon dari Mara.

"Apa?! Manda kecelakaan?! Kok bisa?!"

Mamanya yang duduk di sofa nggak jauh dari Gendis menaikkan alisnya.

"Terus sekarang di mana?!"

Kini gantian Galang yang baru keluar dari kamar dengan menenteng laptop menatap kakaknya itu dengan pandangan aneh.

"Yaudah, abis ini gue ke sana."

"Manda kenapa?" tanya sang mama saat sambungan telepon Mara terputus.

"Manda kecelakaan pas naik motor. Lagian tuh anak naik motor belum lancar aja banyak gaya," gerutu Gendis bangkit dari duduknya.

"Kecelakaan gimana?" tanya mama lagi.

"Nabrak tukang sayur terus motornya kebanting kena tiang listrik," jawab Gendis mengingat info yang baru saja diberi tau Mara beberapa saat lalu.

"Terus sekarang mau ke rumah sakit?"

"Nggak. Manda di rumah katanya." Tatapan Gendis beralih pada Galang yang dari tadi menyimak.

"Anterin gue ke rumah Manda sekarang."

Galang mendengus. "Dikira gue tukang ojek."

"Emang! Lo kan tukang ojeknya gue sama mama, ya kan, Ma?" Gendis meminta persetujuan sang mama.

Mamanya mengangguk dengan senyum geli. "Iya."

"Tuh kan! Udah sana ganti baju buruan!" titah Gendis sebelum ia memutar tubuhnya untuk berjalan ke arah kamar.

"Untung cewek, coba cowok udah gue sleding dari kemarin," gerutu Galang.

Gendis mengabaikan Galang dan buru-buru mengganti bajunya. Perasaan khawatir itu ada, apalagi Mara bilang orang tua Manda sedang bepergian. Gendis sama sekali nggak mau membayangkan kondisi Manda, ia cuma berharap Manda baik-baik saja.

Motor matic hitam milik Galang berhenti di depan gerbang rumah Manda. Gendis turun dari boncengan dan melepas helmnya.

"Ntar jemput gue lagi."

Galang cuma mengangguk. Matanya menatap ke dalam rumah Manda seperti seorang detektif.

"Jangan ngebut. Ntar bonyok juga gue yang repot."

"Iya, bawel lo kayak dori."

Gendis mendengus dan menggeplak helm yang dipakai adiknya itu sebelum berjalan cepat memasuki rumah Manda.

Galang menatap punggung kakaknya yang menghilang dibalik pagar. Matanya kembali menatap dua kendaraan yang terparkir di halaman rumah.

"Nggak bisa ditinggal tuh orang."

Gendis berjalan cepat menuju pintu rumah Manda yang terbuka lebar. Sekar dan Mara pasti belum datang karena jarak rumah mereka yang lumayan jauh dari sini.

Kata Mara, salah satu pembantu Manda meneleponnya untuk memberi tau keadaan Manda dan bisa dipastikan cewek itu di rumah bersama para pembantunya.

Tubuh Gendis mematung di ambang pintu. Jantungnya berhenti berdetak sekian detik dan perlahan remuk menjadi kepingan terkecil di detik berikutnya.

Apa yang dilihatnya sekarang terasa jauh lebih menyakitkan dari sebelum-sebelumnya. Melempar Gendis sampai ke titik terendah kepercayaan dirinya.

Giza dan Rikza duduk di ruang tamu rumah Manda. Keduanya menunjukkan kepedulian begitu besar pada Manda, mungkin juga menunjukan perasaan mereka.

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang