#2

2.4K 244 154
                                    

Gendis ini anak malam. Bukan. Bukan anak yang hobi keluyuran terus baru pulang pas satpam mulai keliling kompleks yang berarti itu udah tengah malam.

Dia tipe pemikir dan malam adalah saat yang paling sering otaknya bekerja keras. Semua ide, adegan-adegan dan juga kata-kata itu melayang-layang di kepala Gendis saat dia naik ke tempat tidur.

Pengennya sih, ditulis besok pagi aja, tapi Gendis nggak bisa tidur dengan kepala yang terus memutar adegan para tokoh dalam ceritanya. Gendis nggak bisa!

Akhirnya dia kembali bangkit dari posisi telentangnya. Pantatnya ia taruh di kursi putar yang busanya sudah tipis karena sudah terlalu lama ia pakai -for your information aja kursi ini Gendis pakai dari jaman kelas lima SD-.

Tangannya dengan cekatan mengambil ponsel pintarnya. Tak butuh waktu lama layar ponsel didominasi warna jingga yang menyilaukan mata.

Wattpad, si sahabat baiknya.

Jempolnya menekan tab profil. Matanya mengamati dua cerita yang sedang on going

"Ck, ah, bukannya naik malah turun! ranking dua ratus itu ranking apaan!?" decak Gendis gemas melihat ceritanya tertulis #201 dalam teenfiction.

"Kapan coba masuk top rank? Haduh!"

Gendis melupakan tujuan awalnya. Jempolnya malah menekan tab kategori teenfiction.

"Ini covernya Manu Rios sama Cameron Dallas semua, judulnya pake badboy. Dasar cewek labil, sukanya bad boy, nggak tau aja bad boy yang sesungguhnya senyeremin apa," keluhnya lagi.

Sebersit ide muncul di otaknya. "Ck, gue beneran harus nulis bad boy juga deh kayaknya."

Matanya membaca blurb beberapa cerita yang ada di daftar top rank.

"Tipikal bad boy, punya segalanya tapi keluarga nggak bahagia, ngejar cewek biasa tapi ceweknya nggak mau, giliran dapet eh disakitin. Terus endingnya bahagia. Ah! Semuanya sama ini sih."

Punggung Gendis disandarkan pada sandaran kursi. Matanya masih mengamati top rank kategori teenfiction itu.

"Gue mau bikin bad boy yang beda!" ujarnya dengan senyuman lebar.

Tangannya menyaut blocknote dan pulpen dari atas meja. Jarinya menuliskan sebaris kriteria bad boy dan apa saja yang harus diamatinya besok di sekolah.

Gendis lumayan bersyukur, bisa bersekolah di salah satu SMA favorit. Sekolahnya itu gudang cogan!

Dia nggak bohong. Serius! Artis macem Javier sama Jazmine aja sekolah di sana. Nggak sulit lah, untuk mengamati tingkah cowok-cowok dengan kriteria bad boy kayak cowok idaman di wattpad.

Senyuman lebar bertengger di wajah. Gendis berdiri dari duduknya, ia jadi bersemangat untuk bersekolah besok.

Dalam hitungan detik tubuhnya sudah berada di atas kasur. Memeluk guling kesayangannya dengan senyum kecil.

Sekarang di jam istirahat pertama Gendis udah nongkrong di kursi panjang yang terletak di antara tiang-tiang di depan koridor aula.

Ini tempat favorit Gendis. Dengan bekal sebotol air mineral dan blocknotenya, ia akan betah duduk di sini sampai bel masuk kembali berbunyi.

Dari sini semua sudut sekolah akan terlihat. Lapangan tengah selalu dipenuhi cowok-cowok yang hobi main voli walaupun matahari rasanya membakar apa pun yang terkena sinarnya. Koridor ekskul yang ramai oleh siswa-siswi dari arah kantin dua belas dan koridor utama yang dilalui para guru.

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang