#38

801 131 20
                                    

"Sakit kan lo akhirnya."

"Ck."

"Pelit sih, minum Nyoklat sampe dua cup gue nggak dibagi."

Gendis melemparkan tatapan jengah pada Galang yang duduk di sofa tak jauh darinya.

"Ngomel mulu. Ntar gue bagi kalo gue beli." Gendis merapatkan selimut yang menyelubungi tubuhnya, lalu kembali fokus pada laptop.

"Nggak usah beli es mulu, udah tau tenggorokan sensitif gitu."

Tatapan mata Gendis kembali ke arah Galang. Diberikannya satu senyum simpul yang dibalas Galang dengan alis terangkat tinggi-tinggi.

"Iya, dek. Makasih, so sweet banget ya kamu."

Respon Galang selanjutnya membuat Gendis terbahak.

"Nggak usah sok manis manggil dek segala, jijik tau nggak?" Galang bergidik geli menatap nanar pada sang kakak.

"I love you!"

"Ish!"

Gendis tersenyum puas melihat reaksi semua teman-teman sekelasnya begitu ia mengumumkan tentang naskah drama kelas mereka.

Sebagian protes karena mendapatkan peran, sebagian lainnya bersorak karena hanya jadi tim produksi dan sang ketua kelas sudah berdiri di depannya dengan tatapan tersiksa.

"Lo dendam sama gue ya, Ge?"

Gendis menggelengkan kepala dengan senyum terkulum.

"Kenapa?" tanya Sandy lagi dengan wajah super melas, Manda yang duduk disampingnya tertawa.

"Lebay lo."

"Ck! Harusnya gue tuh duduk manis aja ngawasin lo pada, kenapa gue malah jadi pemeran utama?"

"Kan lo ganteng pasti yang nonton banyak," ujar Gendis berusaha keras untuk nggak tertawa.

Wajah Sandy sedikit berubah cerah saat mendengar pujian Gendis. "Iya juga sih. Ck. Yaudah lah, mau diapain lagi."

Sandy memutar badan hendak kembali ke tempat duduknya, namun cowok itu menatap Gendis lagi.

"Makasih ya gula-gula, lo emang paling bisa diandelin! I love you!"

Manda terbahak keras sedangkan Gendis terperangah mendengar kata-kata Sandy, bahkan sampai ketua kelasnya itu pergi sambil tertawa geli, Gendis masih melongo.

"Sableng tuh anak! Gila! Lo sampe shock gitu, Ge!" ujar Manda di sela-sela tawanya yang belum reda.

"Gila! Tuh anak gila beneran!" imbuh Gendis dengan kekehan geli. Bukan pertama kalinya Sandy mengatakan hal itu dan bukan hanya pada dirinya, seisi kelas -iya termasuk para cowok- mungkin pernah mendapatkan ucapan istimewa itu dari Sandy.

"Lo nggak nyampe begadang kan ngerjain naskah?" tanya Manda tiba-tiba.

"Nggak. Kemarin minggu bikinnya seharian ditemenin Galang juga jadi nggak berasa."

"Tumben akur."

Gendis tertawa. "Iya, gue juga heran tuh anak tiba-tiba jadi nggak ngeselin."

"Sekar sama Mara kemana sih?"

"Nongkrong di ruang rohis."

"Ngapain?" Manda mengerutkan dahinya keheranan.

Gendis mengedikkan bahu. "Mara kayaknya udah baikan sama anak-anak rohis, terus Sekar tobat kali mau UN, tuh anak kan hobinya ngibulin orang mulu."

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang