#42

1K 171 38
                                    

Setelah kejadian Yoga datang ke rumahnya waktu itu membuat hubungan mereka jadi lebih dekat.

Entah dari mana awalnya Yoga jadi sering mengiriminya pesan singkat dan Gendis juga nggak keberatan untuk membalasnya. Cowok itu seperti tau kapan waktu yang tepat untuk mengirimnya chat, bukan tiap saat namun di saat-saat yang tepat.

Gendis seolah melupakan pertemuan awal mereka dan betapa kesalnya ia pada cowok bernama Andika Yoga Prasetya itu. Sekarang Yoga benar-benar jadi Yoga yang berbeda, Yoga yang cukup baik di mata Gendis.

Yoga
lagi dimana?

Gendis D
Otw pulang, knp?

Yoga
Ok take care

Gendis tersenyum tipis dan memasukkan ponselnya ke dalam tas sebelum menaiki angkot yang baru saja berhenti di depannya.

Satu semester sudah terlewati. Waktu benar-benar berlalu begitu cepat. Kadang Gendis merasa rindu pada teman-temannya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Jarak yang memisahkan makin lama membuat kedekatan mereka juga berjarak.

Yang bisa dilakukannya hanya stalking instagram kelasnya. Di sana Gendis mengingat momen-momen dari tiap foto. Semua canda tawa juga tangis yang dibagi bersama. Teman-teman kelasnya yang sableng itu kini sudah berjalan di jalan yang dipilih, berusaha untuk mencapai cita-cita.

Dan satu hal yang sulit untuk dilupakan ketika mengingat kenangan tentang kelas, Rikza.

Nggak ada kabar terbaru tentang Rikza. Terakhir kali Gendis dengar Rikza kuliah di Singapura setelah cowok itu nggak lolos ujian mandiri, mungkin itu yang pernah dikatakan Rikza sebelumnya tentang dia yang akan dibuang jika nggak lolos.

Rikza yang emang nggak punya sosial media itu pun benar-benar hilang tanpa kabar. Satu-satunya akun LINE milik cowok itu sudah lama nggak aktif. Gendis bisa saja bertanya pada Rizka tapi Gendis merasa itu nggak perlu walaupun ia penasaran dan jujur saja ia rindu pada cowok absurd itu. Gendis nggak mau Rizka berpikir macam-macam.

Satu-satunya pengobat rindunya pada cowok itu cuma blocknote hitam yang sudah setengah terisi dengan segala curahan hatinya pada Rikza. Gendis memang nggak berusaha melupakan Rikza atau menghapusnya dari hatinya, Gendis membiarkan waktu menjalankan tugasnya. Sekarang ia hanya fokus pada pendidikan dan cita-citanya. Gendis cuma berharap dimana pun Rikza berada, semoga cowok itu baik-baik saja dan bahagia.

"Lo kerja hari ini?"

Gendis melirik Galang yang selonjoran dengan rambut acak-acakan di sofa depan ruang tengah.

"Iya lah. Lo nggak ekskul?"

Sabtu di Persada Nusantara biasanya untuk ekskul.

"Jaman ekskul?"

Gendis mendesis. Ia mengambil backpack dari kamar dan kembali lagi ke ruang tengah.

Liburan semester ini Gendis menerima tawaran pekerjaan dari salah satu teman mamanya yang mempunyai usaha percetakan. Memang nggak berpenghasilan besar tapi lumayan untuk bekal semester depan. Walaupun hari sabtu seperti ini harus masuk.

"Anterin gue deh kalo gitu."

"Yahilah, ujungnya minta anter. Males. Belum mandi."

"Nggak usah mandi sih."

"Nggak ah."

"Galang ih!"

"Apaan sih!"

"Bilangin mama nih!"

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang