#34

862 140 62
                                    

Manda kira saat Rizka mengatakan bahwa cowok itu sudah berbicara pada Gendis, semuanya akan jauh lebih baik. Tapi nyatanya sama aja bahkan Gendis makin dingin.

Teman sebangkunya itu nggak pernah lagi bawa bekal. Selalu pulang berbarengan dengan guru dan selalu bilang 'nggak pa-pa' dengan tawa sumbang.

"Tanya Rikza coba dia ngomong apa. Bukannya bener malah makin-makin."

"Tau, tuh anak kan ngeselin. Yang ada Gendis dibikin kesel kali."

Manda menggaruk kepalanya yang emang gatal. Ia jadi ikut pusing padahal sebelumnya ia selalu mensugesti dirinya sendiri jika Gendis mungkin butuh waktu sendiri.

"Lo udah tanya Giza?" Mara kembali bertanya.

"Udah. Dia jawab cuma minta maaf aja tapi Gendis udah nggak mau mikirin hal itu lagi."

"Lagian temen lo jahat sih," seloroh Mara.

Manda cuma geleng-geleng kepala. Bingung juga harus membela Giza atau nggak. "Iya jahat tapi kan perasaan nggak bisa dipaksa, kalo dia emang suka sama temen sekelasnya ya bisa apa gue."

"Ini pertama kalinya Gendis kayak gini nih. Sebelumnya pas dijahatin Giza kita malah nggak tau sama sekali kan?"

Mara langsung menganggukkan kepala menyetujui Sekar. "Iya. Apa mungkin waktu itu kita sibuk? Jadi nggak sempet mikirin Gendis?"

Manda mendecak. "Gue ngerasa jahat tau nggak sih ke Gendis."

"Jahat kenapa?" tanya Sekar nggak paham.

"Pas gue patah hati atau kenapa-kenapa dia selalu ada buat gue, tapi giliran dia patah hati gara-gara Giza aja gue nggak tau dan baru tau waktu itu. Terus sekarang dia kayak gini gue juga nggak bisa bantu apa-apa."

"Tanya Galang, Kar."

"Ck, dia aja nanya ke gue, lah gue bingung jawab gimana kan gue juga nggak tau."

Manda mengedikkan bahu lalu bangkit. "Gue nyari Rikza."

"Nitip aqua, Man."

"Iya sip."

"Rikza!"

"Apa sih, beb? Gue lagi makan."

Manda mendengus mendengar panggilan Rikza barusan lalu menjitaknya. "Beb, beb, lo kira gue bebek."

"Lah emang itu kan kependekan nama panggilan gue ke lo, bebek jadi beb. Emang lo kira apaan?" Rikza menaikkan alisnya dengan cengiran menggoda.

Manda mendengus lagi tapi bibirnya tak kuasa menahan senyum melihat ekspresi Rikza. "Buruan abisin gue mau ngomong penting!"

Rikza mengangguk dan memakan sisa soto ayamnya dengan cepat lalu meminum es teh sampai tandas.

"Udah. Mau ngomong apa, beb-ek?"

Manda lagi-lagi dibuat tertawa oleh tingkah Rikza. "Udah ih. Serius!"

"Iya, iya, apa?" Rikza memutar tubuhnya menatap Manda sepenuhnya.

"Lo ngomong apa aja sama Gendis?"

Senyum di wajah Rikza langsung lenyap. Cowok itu terdiam sesaat sebelum kemudian berdeham. "Setelah gue pikir-pikir, kayaknya gue salah ngomong."

"Maksud lo?"

"Iya, makanya dia jadi tambah jauh gara-gara gue." Rikza meringis dan itu makin membuat Manda penasaran.

"Ceritain buruan!"

BlocknoteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang