Manda menoleh sekali lagi pada Gendis. Teman sebangkunya itu menatap kosong pada buku di depannya sedangkan wajahnya benar-benar kusut.
Semua itu terjadi karena-.
"Blocknote gue di mana ya?" tanya Gendis dengan suara pelan yang terdengar frustasi.
Blocknote Gendis hilang. Iya, blocknote pink kesayangan teman sebangkunya itu hilang. Entah di mana.
Sudah sejak bel masuk tadi sampai sekarang, Gendis tak henti-hentinya menggerutu. Terus bertanya di mana blocknote-nya. Lalu mengoceh panjang lebar tentang nasib buruk yang bisa saja terjadi pada blocknote pinknya.
Manda sendiri nggak tau harus membantu Gendis dengan apa. Karena cewek itu tadi ingin pergi ke kantin dan saat masuk kelas malah bersama Rikza. Tanpa blocknote di tangan.
"Blocknote lo pasti di kantin, Ge. Percaya deh sama gue, aman semuanya," ujar Manda menenangkan Gendis entah yang ke berapa kalinya.
"Iya di kantin, tapi kalo ke buang gimana? Kalo diambil orang gimana? Ah, Manda, blocknote gue!"
Manda menggelengkan kepala sekali lagi. Gendis dan keoverthingkingannya memang menyebalkan.
"Nanti gue bantu nyari."
Gendis meresponnya dengan decakan frustasi. Bel berbunyi tak lama setelahnya.
"Dari tadi kek, tuh bel nggak ada pengertiannya sama sekali!" omel Gendis sambil memasukkan buku-buku dan peralatan tulis ke dalam tas warna coklat miliknya.
Manda yang menyaksikan itu hanya bisa mengedikkan bahu. Guru pengajar keluar tak lama kemudian.
"Man, gue duluan!"
Manda hanya mengangguk singkat. Saat Gendis sudah berjalan cepat keluar kelas.
"Gendis masih nyariin bukunya?" pertanyaan itu keluar dari mulut Sekar.
"Iya, ribet deh tuh anak. Bukunya pasti masih di kantin."
"Emang dia lupa ninggalnya di mana?"
Manda menatap Mara. Gadis berjilbab itu mencebikkan bibir saat menatap ponselnya. Ia mendadak teringat harus menanyai Mara tentang masalahnya.
"Iya, katanya pas beli minum dia udah lupa."
"Ck, parah emang."
Ketiganya kompak berjalan menuju pintu kelas beriringan. Manda sedang menyiapkan pertanyaan untuk ditanyakan pada Mara.
Bukannya takut atau apa, cuma Manda nggak mau membuat Mara tersinggung. Teman dekatnya satu itu memang terlihat seperti malaikat baik hati, serba bisa dan terlihat sempurna. Tapi, mulutnya itu sama pedesnya kayak cabe merah!
Salah-salah omong, bisa-bisa ia disemprot Mara dengan kata-kata sadisnya.
"Mar."
"Apaan?"
Manda menelan ludahnya. Bersiap melontarkan pertanyaan.
"Lah, lo ngapain masih di sini, Ge?" tanya Sekar tiba-tiba yang langsung membuat fokusnya teralih.
Gendis ada di depan kelas. Koridor begitu ramai dipenuhi murid-murid kelas sebelas jurusan Ilmu-Ilmu Sosial itu.
"Nih, temen lo ngeselin!" tunjuk Gendis pada sesosok cowok di sampingnya.
"Nggak! Gue cuma mau bantuin nyariin notesnya dia, eh gue malah diomelin," adu Rikza tak terima disalahkan oleh Gendis.
Senyum Manda terbit. Ditatapnya cowok yang berdiri bersandar di birai pembatas itu dengan tatapan geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blocknote
Teen FictionA wise man once said : "Magic happens when you don't give up, even though you want to. The universe always falls in love with a stubborn heart." An amazing cover by @shadriella Blocknote Elok Puspa | Oktober 2017