Undangan

354 23 0
                                    

Hari biasa. Namun cuacanya yang gak biasa, gerimis dari pagi. Tapi itu bukan alasan untuk tidak jalan - jalan hari ini kata Anya. Pasalnya kemaren gue emang sempat janji mau ngajak dia keliling kota. Sebuah rutinitas gak jelas gue dan Anya yang entah kenapa malah menjadi sebuah kebiasaan. Anya malah selalu senang ketika di ajak ginian, buat gue sih gak masalah, lumayan kan pacaran cukup modal bensin. Menghemat pengeluaran, hehe. Waktu gue tanya kenapa sih doi malah senang keliling kota gini? Katanya senang aja, sambil keliling dia bisa mikirin sesuatu. Gue kagum, ternyata Anya bisa mikir juga, hehe.

Entah sudah berapa jam gue bonceng Anya. Gue merasa ada yang bergetar di kantung celana, ternyata ada yang nelpon, teman gue, Bernard. Gue tepikan motor agar Anya gak ngoceh tentang "kealiman gue". Untung Bernard yang telpon, kalo teman gue yang lain sih gak bakal gue angkat. Alias gue cuekin. Pasalnya kalo teman gue yang lain paling mau nagih hutang, atau mau pinjam uang, atau telpon iseng nanya 'jam berapa sekarang?'. Kalo Bernard mah beda, pasti selalu ada yang penting, pengen traktiran misalnya?

Bernard minta gue kerumah nya, segera. Gue bilang gak bisa kesana, karena gue sama Anya. Dia bilang gakpapa, ajak aja sekalian. Mumpung memang gak ada tujuan, gue meluncur. Penasaran, ada apa ya...

Dirumah Bernard ternyata ada Bintang, pacarnya. Bernard memberi tahu kabar gembira kalo dalam waktu dekat mereka akan menikah. Makanya mereka minta gue kemari untuk dimintai tolong nganterin undangan ke teman - teman lainnya yang gue kenal. Otomatis gue setuju buat bantu. Bukan karena gue baik, tapi lebih karena uang bensin yang Bernard kasih menggiurkan, hehe.

"Berd..." ujar Anya agak malu-malu.
"Ya?" balas Bernard penuh perhatian.
"Kita dapat undangan juga kan?"
Ups, apa Anya takut gak di kasih undangan? Gue tersenyum dalam hati liat keluguan pacar gue. (bayangin aja gimana senyum dalam hati).
"Oh, iya dong... masa gak di kasih..." Bernard menenangkan. Sambil ngambil undangan yang memang sudah dia siapkan buat gue dan Anya.
"Tapi Berd, boleh minta undangannya dua?" kata Anya lagi, bikin Bernard nautkan alis, "Anu Berd, supaya Anya dan Say bisa makan dua kali aja sih... tapi tenang aja, ntar amplopnya dua juga kok! Ya kan Say?"

Gue natap Anya agak gelagapan, gak siap untuk mendengar kekumatannya barusan. Gue jadi mikir buat melakban mulutnya kalo berikutnya dia ikut ketempat teman gue biar gak asal ngomong lagi! Astaga...

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang