Sesuatu Dari Masa Lalu II

228 15 4
                                    

"Jadi... bisa jelasin siapa orang aneh itu?"
"Dia... dia... emm, sesuatu dari masa lalu Anya."
Gue micingin mata, "Sesuatu? Bukan seseorang?" dan berusaha meralat sapa tau Anya salah sebut.
"Dia gak pantes menjadi seseorang. Sifatnya aja gak bisa menghargai orang lain, terutama perasaan. Say liat sendiri kan? Makanya aslinya dia gak pernah Anya anggap dalam kehidupan Anya. Aneh juga kenapa dulu Anya bisa jadian sama dia."

Menurut gue gak aneh sih, kamu sekarang aja sudah ajaib banget gini, gimana dulu?

"Artinya, pengakuan kamu sebelumnya karena kamu tau dia ada disini lalu kamu sembunyi-sembunyi takut ketemu dia lagi, begitu kah Anya?"
"Iya... pas kita nyampe, Anya liat mobil dia di parkiran, jadi..."

Yah, sudahlah. Buat gue yang penting Anya sudah jujur. Tinggal ngambil tindakan selanjutnya.

"Apa Anya perlu ceritain semua kejelekannya?" tawar Anya.
"Oh, gak usah, dan gak perlu, gak penting. Kesan pertama ketemu dia tadi udah cukup."
"Jingga sepupu Anya cantik lho Say..." hampir gue bilang 'HAH?' atas perubahan cerita mendadak dari Anya kalo gak ngerti ini pengalihan pembicaraan sebab Radith telah menepati janjinya. Bener, dia kembali kehadapan gue dan Anya bersama pasukan power rangers, hehe, becanda.

Inilah yang gak gue ngerti dari Anya. Kalo sudah angot, bikin stress. Tetapi kalo mendadak pintar ya kayak sekarang ini. Asli bikin bingung. Seolah dalam diri Anya ada kepribadian lain, bukan cuma dua, mungkin malah tiga! Mungkin gue bakal mikir selama ini dia cuma akting pasal sifat ajaibnya andai Mamanya gak menceritakan tentang kelainan Anya.

Kayaknya ini akan menjadi hari teraneh dan tercape dalam hidup gue. Pertama, gue harus nunggu Anya nyari undangan yang gak perlu di cari dan berakhir ditempat fotocopy. Kedua, datang kenikahan ala selebriti yang gue rasa gak mungkin bisa berada disini kalo gak di undang (yaiyalah). Ketiga, Anya cerita tentang 'sesuatu' yang aslinya gak mungkin dia ceritakan kalo dia gak tau si 'sesuatu' ada disini. Apa lagi si 'sesuatu'  memiliki kualitas menghormati orang lain yang sangat buruk.

"Nya, sebenarnya gue gak mau balik kesini..." Radith ngelirik gue dibarengi tatapan jijik seperti liat gumpalan kotoran kebo di tempat sampah.
Anya diam, gak ngegubris.

"Nya, kita bisa bicara berdua aja? Tapi gak disini, bau..." lanjut Radith, lengkap dengan aksi tutup hidung yang gue ngerti banget sebagai sindiran.

"Gak bisa Dith, gak liat Anya lagi makan?"  tolak Anya dengan nada masih sopan. Habis nyuap, Anya megang tangan gue, mungkin takut kesabaran gue habis. Buat apa gue jadi pacar dia kalo kesabaran gue cepat habis? Lagian, kesabaran itu aslinya gak ada batasnya.

"Oh, yaudah, gue tunggu." putus Radith ngambil posisi duduk di sebelah Anya. Tentu masih tetap tutup hidung.

Astaga... salah makan apa gue kemaren? Sampai kapan gue harus melewati waktu bersama mahluk aneh ini? Apa dia pikir gue diam berarti takut? Apa dia pikir mentang-mentang kaya lantas bebas mengatai orang sesukanya? Gini - gini gue masih tau etika, lah dia?

ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHH.

Rasanya gue malah pengen teriak dan meledak-ledakan amarah disini.

Sabar Say...
Sabar...
Ingat, sabar gak ada batasnya.

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang