Radith Membuatku (Hampir) Gila III

147 15 0
                                    

Sepulang Radith, gue siap-siap berangkat kerja. Rumah gue kunci. Mampus, gitu balik dia gak bisa masuk karena gak ada orang. Trus Radith akan nelpon gue nanya kunci, namun HP bakal gue matikan. Double mampus!

Gue kerja dengan senang hati. Rasanya legaaaaaaaah, apa lagi kalo bayangin pulang kerja gue bisa tidur tenang tanpa pikiran kesal, marah, dan jengkel.

Jam satu malam, ketika gue sudah di rumah. Baru aktifkan HP. Namun ternyata gak ada yang ngubungin, entah itu dari WA, line, atau pun media lain. Gue kegeeran bakal di hubungin Radith. Ah, ya sudahlah yang penting malam ini gue tenang. Gue baring dan merentangkan tangan lebar. Benar-benar merasa kayak terbebas dari beban berat. Sehari sama Radith sudah bikin gue hampir gila. Gue gak berani bayangin gimana kalo sebulan? Paling akhirnya gue kunci dia dalam rumah, kemudian gue bakar rumahnya biar hangus bersama mayat Radith!

Nyaman banget rasanya istirahat malam ini. Bahkan suara jangkrik di sebelah rumah terdengar begitu indah. Gue dengarkan juga suara cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap, datang seekor nyamuk... eh, kenapa malah nyanyi lagu cicak di dinding? Mungkin ini efek terlalu senang, efek terlalu senang ini berlanjut sampai gue gak ngerasa sudah tertidur pulas...

Sebuah dengkuran di dekat kuping pelan-pelan membuat gue bangun dari tidur yang nyaman... sebentar, dengkuran? Gue berbalik ke arah dengkuran di belakang... RADITH!?

KENAPA DIA ADA DI DALAM KAMAR GUE? KAPAN DIA MASUK? GIMANA CARANYA?

Rasanya gue pengen ngangkat TV dan jatuhin ke atas tubuhnya, biar hancur remuk! Lagi-lagi gue harus bersabar. Gue tarik nafas dalam-dalam, hembuskan. Tarik dalam-dalam, hembuskan... sampai oksigen di otak cukup bikin gue tenang. Gue bangunin Radith. Ingat, jangan keburu emosi Say...

"Dith, bangun Dith..." sebentar, ini tidak terdengar seperti seorang istri yang bangunin suaminya untuk makan sahur kan? atau seorang istri yang takut ada pencuri dirumahnya karena mendengar gelas pecah di dapur, takut, dan membangunkan suami kayak di sinetron.

"Nanti..." gumam Radith antara sadar dan gak persis anak yang malas bangun ketika disuruh sekolah pagi.
"Nanti apanya? Loe harus bangun, sekarang!" kali ini nada bicara agak gue tinggikan sedikit.
"Gue udah bilang nanti kan..."
"Woi, ini bukan soal 'nanti' atau apa, ini soal gimana cara loe masuk rumah gue sementara rumah terkunci." Gue goyang-goyangin badan Radith. Dia ngucek-ngucek mata, lalu merogoh saku celana.

"Nih." Katanya sambil ngeluarin sebuah kunci.
"Apaan?" Gue belum ngeh.
"Kemaren pas loe jalan sama Anya, gue keluar sebentar bikin kunci duplikat rumah loe. Biar gue bebas keluar-masuk."

TAPI KENAPA LOE GAK BILANG GUE DULU KUTU KUPRET!?

Radith makin ngelunjak! Gue remas bantal supaya gak mukulin dia habis-habisan.

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang