Cewek Cantik Di Rumah Anya I

253 16 9
                                    

Seperti biasa, gue kerumah pacar tercinta, namanya juga masih status pacaran. Dan seperti biasa juga, gue pergi tanpa buat janji dulu sebelumnya atau nanya posisi dia dimana sekarang. Karena gue yakin, Anya gak akan kemana-mana alias pasti dirumah. Kalo pun dia jalan, pasti ngabarin dulu.

Gue pikir hari ini gak akan ada yang special terjadi dalam hidup gue. Ternyata gue salah. Sebuah kejutan berwujud cewek cantik berambut panjang menyambut kedatangan gue di depan pintu rumah Anya sambil memamerkan senyum yang bikin cewek ini kelihatan makin cantik dan menarik. Padahal pakaiannya biasa aja, kaos merah santai yang tampak serasi dengan kulit putihnya. Intinya kesan pertama gue ngeliat cewek cantik ini adalah... MENGAGUMKAN. Dan gue yakin, cowok lain pasti akan berpikir sama kayak gue, kecuali kalo cowok itu gak normal.

Seperti kata 'miskin' yang mungkin diciptakan buat gue (kata Radith), gue yakin kata 'cantik'  juga diciptakan untuk cewek satu ini. Walo pun kayaknya doi tomboy dari jins robek-robek yang dikenakanannya. Namun buat gue itu gak mempengaruhi nilai cantiknya, dan juga gak mengurangi kekaguman gue.

"Say ya?" tanyanya dengan suara lembut mempesona. Gue memang gak pernah dengar suara bidadari, tapi gue yakin pasti kalah sama suara cewek satu ini. Dengan modal suara merdu tersebut, gue yakin dia mampu menjadi pecatur profesional. Hehehe.

"Iya, kok tau? Anya..."
"Ada." balasnya cepat memotong pertanyaan gue, "Ayo masuk kalo berani." lanjutnya.

Gue terkesiap dengar kata-katanya yang tidak terdengar seperti mempersilahkan tamu masuk, melainkan ngajak berantem. Tapi namanya juga cewek cantik, biar ngomongnya gitu tetap aja gak terasa nyinggung perasaan. Perasaan gue tetap damai. Gue masuk dan duduk ditempat favorit. Si cewek cantik yang gue belum tau namanya masuk ke dalam, mungkin mau manggil Anya.

Gak berapa lama dia balik, gak sama Anya. Tetapi sama seperangkat alat minum dan minumannya. Yah, gakpapa deh, kebetulan gue haus.

"Kamu..."
"Oiya, Jingga, pembantu Anya..."
Oh, ini yang namanya Jingga... gue manggut-manggut.
"Tunggu, kamu pembantu?"
"Sepupu."
"Oh, kirain beneran pembantu."
"Masa? Salah ngomong berarti." ralat Jingga cuek. "Silahkan diminun kalo kamu gak tau malu, sambil nunggu Anya, dia lagi pergi." lanjutnya tetap sama gaya cueknya dan kata anehnya yang sudah mulai bikin gue bingung.

"Kok, perasaan di depan pintu tadi kamu bilang ada..." gue menatap penuh curiga. Dan gue sudah sadar dikit kalo sepertinya ketemu orang aneh lagi, padahal berharap dia normal.

"Masa aku bilang ada?" eh... kok malah nanya balik? Ok, manusia memang pelupa, tapi masa secepat ini? Aduh... apa memang cantik bukan jaminan otaknya juga cantik ya? Jadi dapat jawaban nih kenapa beberapa perusahaan banyak yang gak bisa maju atau mengalami kemunduran karena memilih karyawan asal cantik diterima tanpa memikirkan urusan kepintaran atau kemampuan nya.

"Ok, kita lupakan soal itu. Sekarang aku mau tanya, dari mana kamu tau namaku?"
"Oh... kalo aku bilang nebak, pasti kamu gak percaya kan? Yah, aku tau karena tadi pagi Anya cerita kalo pacsrnya, Say, mau kesini."
"Masa sih? Padahal aku gak ada bilang sama Anya..." gue semakin bingung dengan ucapan mahluk cantik satu ini. Seolah apa yang dia katakan gak bisa di pegang. Gak tau mana yang jujur dan bohong. Gue bahkan kehabisan kata mau ngomong apa lagi karena merasa percuma. Gue diam. Jingga menatap tajam. Gue nunduk.

"Say, kita pacaran yuk?"

JREEEEENG!

Ya amsyiong... cobaan macam apa lagi  ini? Kok mendadak di ajak pacaran? Kan dia tau gue pacar sepupunya? Aduh... siapa pun, tolong gue...

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang