Aku Dan Anya II

186 12 0
                                    

Kalo dipikir-pikir, kok gue malah terlihat seperti stalker ya? Biarlah! Yang penting gue harus mencari celah buat kenalan sama itu cewek. Kemudian PDKT, tembak, jadian... pengennya sih gitu, hehe. Namun sebelum itu gue harus berhasil dulu di langkah pertama ini, ngajak kenalan. Tapi apa mungkin? Ah, untuk sementara sepertinya pikiran-pikiran negative harus disingkirkan sejauh mungkin dari kepala. Gue harus optimis. Walo memang harus di akui, gue beneran kayak penjahat pengen nyulik buruannya. Tapi gak sepenuhnya salah, gue memang pengen nyulik, buat kenalan. Kalo dilihat, perjuangan buat kenalan aja kok segini banget ya. Kayaknya mudah, namun menjadi sulit karena ada Ibu si cewek yang gak pernah jauh dari anak tercintanya, gimana gue mau nyulik?

Terserah deh ibu-nya mau jaga anaknya gimana, yang penting semangat gue gak boleh kendur. Gue yakin, pasti akan ada sedikit celah nantinya. Aha! Gue ada akal, gimana pas mereka berada di Foodmart, gue tukar anaknya dengan mie instan? Gue baru ingat, gue belum pernah belajar jurus ninja.

Beberapa kali gue bolak-balik di depan si cewek, pura-pura berpapasan gak sengaja. Tujuannya agar si cewek hapal muka gue dulu. Sesekali gue kasih senyum, kemudian gue kasih botol kecap dan minta tolong bayarin sekalian di kasir. Ya gak lah!

Ngomong-ngomong soal bayar. Akhirnya kesempatan yang gue nantikan datang ketika si Ibu ngantri di kasir dengan belanjaan lumayan banyak. Sementara cewek yang bikin gue penasaran itu nunggu di pintu keluar. Semangat dalam hati gue meluap. Ini kesempatan langka yang harus gue manfaatkan sebaik-baiknya. Gue tarik nafas dalam-dalam, dan nyamperin secara normal...

"Emmm... lagi nunggu?"

Dia ngelirik, nautin alis. Dan menjawab dengan anggukan.

"Sama, aku juga."
"Nunggu apa?"
"Nunggu kesempatan ini buat kenalan sama kamu..." Gue senyum tipis, entah cara kenalan gue ini bisa menggerakan hatinya sekalian atau gak.

Ternyata malah bikin dia makin nautin alis, dan menjawab, "Oh..."

Gue garuk kepala, gak mempan dirayu ya cewek ini?

"Kok 'oh' aja, boleh kenalan gak?"
"Boleh, siapa takut!" Dia nyodorin tangan.

Giliran gue nautin alis atas jawabannya yang terasa ganjil di pendengaran.

"Say." Gue duluan nyebut nama.
"Say? Sayur?" tanyanya heran dengan nama gue.
"Bukan, Say aja." Gue senyum lagi, nunjukin betapa mempesonanya senyum gue.
"Oh... aku Anya." Sambutnya sambil melepas tangannya. Gue baru sadar, dari tadi pegangan tangan lama sama dia.

Selanjutnya gue asik ngobrol sama Anya, sampai tidak menyadari Ibu-nya sudah di belakang!

JREEEEENG.

"Siapa Nya?"

Gue terdiam kaku seperti paku. Gue takut dilaporin sebagai orang mencurigakan.

"Ini Mi, teman baru kenal. Namanya lucu."
"Oh ya?" Ibu-nya antusias sambil ngelirik gue, gue balas dengan senyum yang tidak alami.
"Iya, masa namanya Say aja?"
"Bukan Say aja, tapi cuma Say." Ralat gue.
Anya mandang gue, "Tadi katanya 'Say aja'  kok, bukan 'cuma Say'. Cepat banget ganti namanya, kapan tasmiyahan?"
"Bukan gitu Anya. Namaku 'Say'. Tanpa embel-embel 'aja' atau 'cuma'.

Anya tampak mikir lagi, "Emmm, ya sudahlah. Jadi panggilnya apa?"
"Say."

Entah ini nasib baik atau gimana. Mendadak gue jadi akrab sama Anya. Dan Ibu-nya gak marah.

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang