Radith Return II

186 13 0
                                    

Entah ini kutukan atau memang garis tangan gue yang buruk. Sampai dalam theater pun gue harus bertemu Radith. Gue gak ngerti ini ada unsur kesengajaan dari dia atau apa. Kok bisa-bisanya dia nonton film yang sama, bahkan pilih nomer kursi tepat di sebelah gue. Salut banget gue, Radith memang berbakat untuk memperparah suasana yang sudah kacau. Buktinya Anya kian menekuk muka, kayaknya Anya gak bisa maafin kesalahan Radith di masalalu. Ditambah kesalahan sekarang yang mengacaukan perasaan Anya, bukan tidak mungkin, sampai tujuh turunan kesalahan Radith gak akan luntur dari hati pacar gue itu.

Bayangin, Anya sudah mengharapkan hari ini melewati hari bahagia bersama gue, lah kok bisa-bisanya mahluk pengganggu itu muncul?

Yang menjadi pertanyaan di kepala gue sekarang, ada apa dengan sifat Radith yang malah terlihat seperti pengen nempelin gue? ini berbanding terbalik dari sifat sebelumnya. Sangat aneh rasanya melihat manusia satu ini mendadak dekatin gue hanya karena satu hal pasal peminjaman atau pemberian uang tiket. Padahal itu biasa aja menurut gue. Bahkan gue gak berharap dia balikin. Seperti gak berharapnya gue bertemu dia lagi. Tapi kenapa, kenapa ini yang terjadi? ok, Tuhan memang selalu punya rencana rahasia. Yang terjadi terjadilah. Baik-buruk gue terima. Dan menghadapi setahan-tahannya jika hanya itu kuasa yang gue punya.

Sayangnya Anya gak mungkin ngerti tentang itu. Tanpa mampu nyembunyikan atau menahan rasa penasarannya, ia menanyakan sambil berbisik kesal apa Radith sengaja milih tempat duduk dekat gue? Gue tau Anya kesal dari geraham yang seolah mengisaratkan kemarahannya sudah berada di titik tertinggi.

"Kayaknya..." jawab gue sambil berbisik juga.
"Boleh ikut?" e'eh... Dith, loe beneran gak bisa baca sikon? loe liat kita berbisik, bukan berarti loe boleh ikut! Dengan penuh kesabaran gue tanya, "Ikut apa?"
"Itu, bisik-bisik, kayaknya asik." Hey, ada gitu bisik-bisik asik hingga perlu di ikutin?
"Gak!!" tegas gue seraya nunjuk layar bioskop yang artinya 'liat itu aja'. Gitu juga intruksi yang gue berikan pada Anya biar adil sambil menjanjikan tentang ini kita bicarakan berdua saja ditempat makan seusai film. Dengan embel-embel, tanpa Radith.

Namun memang entah ini hari sial gue, atau mungkin kesabaran gue sedang di uji. Ketika film selesai dan hendak menuju KFC. Tanpa di ajak dan bahkan sudah dicuekin, mahluk paling ngeselin di dunia itu ngekorin dibelakang gue dan Anya. Dan itu diperparah dengan tanpa merasa malu sedikitpun, Radith ikut mesan paket makan yang sudah tentu gue yang bayar! Anjir gak sih? alasannya kali ini, dia lupa di seluruh kantung pakaiannya tidak ada uang. Rasanya gue pengen ngucapin selamat. Selain gak ada uang, Radith juga gak punya malu.

Anya megangin kepala dengan dua tangan, strees berat. Naga-naganya bahkan sepertinya Anya telah kehilangan nafsu makan. Gue ngusulin gimana kalo dibawa pulang aja, namun Anya diam seribu bahasa.

Gue menghela nafas. Perasaan Anya sekarang mungkin gak beda jauh dari gue yang merasa cape dan gak tahan dengan keadaan ini. Bedanya, sejauh ini gue masih nahan diri. Gue lah orang normal yang harus memutuskan langkah apa yang tepat agar semua ini berakhir. Dan pilihan yang tepat adalah memang pergi dari sini, sebab gak mungkin lagi minta pendapat Anya yang hanya ada dendam serta kemarahan dimatanya. Biarlah makanan itu ditinggal, yang penting gue dan Anya lepas dari cengkraman mahluk mengjengkelkan yang entah dari mana asal-usulnya.

Bukannya gue niat jahat ninggalin Radith sendiri, tapi bila di suruh memilih, karena gue normal. Tentu gue memilih menjaga perasaan Anya, cewek yang gue sayang. Bukan perasaan Radith, cowok yang perlu gue tendang.

Yah, walo sepertinya hari ini gue gagal melakukannya... tetapi bukan kah gak ada kata terlambat untuk memperbaiki?

"Eh, miskin! mau kemana?" teriak Radith dengan tetap tidak melupakan kata 'miskin' untuk gue ketika gue Dan Anya bergegas. Gue memberi kode kalo mau pulang. Tapi tentu saja gak pulang beneran, gue pengen mesan Pizza aja dengan niat menikmatinya bersama Anya disuatu tempat. Ini misi gue, membuat perasaan Anya kembali nyaman.

Radith nyamperin gue, karena gak mungkin gue yang kesana lagi. Gue sudah dag-dig-dug, takut Radith ikut. Namun ternyata... "Emm... boleh minta sepuluh ribu lagi, buat bayar parkir."

JREEEEENG.

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang