Semua Belum Berakhir

416 27 10
                                    

Gue baru tau Radith yang nganter Anya ke jembatan Mahakam ketika cowok itu datang berhamburan bersama Jingga. Anehnya, dari mana Anya tau gue ada di jembatan? Apa ikatan bathin? Haha, kayaknya gak mungkin. Kayaknya kebetulan aja. Walau gue gak percaya kebetulan sih, pasti ada jawaban yang lebih tepat.

Kami gotong royong mengangkut Anya yang pingsan kemobil Radith yang di parkir dekat pos polisi di ujung jembatan. Para polisi yang liat mengira Anya korban tabrak lari, meski gak berdarah sih. Gue jelasin kalo hanya pingsan.

Setelah dibawa kerumah dan membaringkan Anya di kamarnya. Kedua orang tua Anya menasehati gue agar hal ini tidak boleh terjadi lagi. Gue diancam dilarang berhubungan dengan Anya kalo sampai terjadi hal seperti ini lagi pada anak mereka.

Yah... baiklah, lagian gue juga gak yakin bakal sama-sama terus dengan Anya dilihat dari status sosial kami yang berbeda jauh. Gue cuman pengen liat, sampai mana hubungan ini mampu bertahan.

*** *** *** *** *** *** ***

Dua minggu kemudian, ketika hubungan gue dan Anya kembali normal. Gue dikagetkan dengan kedatangan si biang masalah kerumah gue. Bukan, bukan Radith. Tapi yang satunya, Cicil.

Cicil mampir bersama Anya dan Jingga. Tidak ketinggalan ternyata Radith juga ikut yang mana kesalahannya sudah Anya maafkan yang artinya kini semua menjadi teman baik.

"Hai kak Say... apa kabar?" Cicil senyum, kemudian merengut ketika gue hanya terpaku, diam tanpa kata.

"Kak Say gak senang ya ngeliat Cicil lagi..."
"Hahahhhhh, bukan gak senang Cil, cuman..."
"Takut Cicil repotin gitu?"
"Bukan..."
"Cicil tau kok, Cicil merepotkan." Cicil tertunduk sedih.
"Iya, Cicil kan memang selalu merepotkan." Eeh, malah Jingga yang jawab.
"Tuh kan, kak Jingga aja bilang gitu. Apa lagi kak Say ya kan..."
"Enggak Cil... enggak..."
"Yaudah, Cicil mau ngasih tau aja. Cicil akan tinggal dirumah Kak Anya, karena Cicil mau sekolah disini."
"HAH?" Kaget gue. Berarti... berarti masalah gue akan bertambah dengan kehadiran Cicil, begitu? Dulu aja baru beberapa hari nginap dirumah Anya, anak satu ini sudah bikin gue pusing. Sekarang malah akan tinggal disana, setiap hari.

"Kenapa kaget kak Say? Berarti bener kan kak Say gak suka Cicil ada..."

Buset, tau aja apa yang gue pikirkan.

"Yaudah, gini aja, Cicil kasih saran boleh?"
"Saran apa?"
"Kayaknya kak Say harus rajin sholat..."

Tunggu, ini lagi bahas apa kok bawa-bawa gue harus sholat segala?

"Kok harus rajin sholat Cil, buat apa?"
"Kan kak Say kayaknya merasa sial terus atau gimana gitu kalo bareng kita. Nah, makanya mending kak Say rajin sholat. Karena butuh banyak doa dan keberuntungan untuk menghalau kesialan kak Say..."

Sontak Radith, Anya, dan Jingga tertawa berjamaah. Dan gue hanya bisa berteriak, "TIDAKKKKKKKKKKKKKK."

TAMAT.

Yah, akhirnya karya saya yang satu ini berakhir. Buat yang sudah baca sampai sini, terima kasih banyak ya. Maaf jika ada kesalahan selama saya menulis. Kalo berkenan, boleh komen gimana perasaan kalian ketika membaca Aku dan Anya ini.

Sekali lagi, terima kasih ya...

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang