Smartphone Berbunyi, Gue Dituduh Mencuri

174 13 0
                                    

Demi mengusir kekesalan atas kebodohan gue menerima Radith tinggal di rumah yang berakhir dengan kemarahan Anya. Gue pergi ke Mal Lembuswana dalam rangka menjernihkan pikiran kusut. Daripada tetap di rumah dan meledakan kemarahan yang tak tertahankan pada Radith?

Entah bagaimana jadinya hubungan gue dan Anya setelah ini. Dilihat dari kemarahannya, sangat mungkin dia akan minta putus, yang jelas gak mungkin dia minta belikan ice cream. Kepala gue mau pecah mikirin ini. Yah... mau gimana lagi, sejak awal kesalahan memang ada di gue. Andai saja gue tegaan, gue gak bakal ngijinin Radith nginap dirumah.

Sepanjang perjalanan gue kebanyakan melamun, sampai hampir gak sadar motor sudah memasuki wilayah parkiran Mall.

Bayangkan bila harimu penuh warna.
Itulah yang saat ini kurasakan.

Kok mendadak kayak ada backsound lagu Armada yang disukai Anya ya? Apa kah gue sedang berhalusinasi? Tapi kayaknya suaranya ada di dekat sini. Gue celingak-celinguk sampai akhirnya ngeliat sebuah benda yang gue kenali sebagai smartphone masih berbunyi di dekat ban mobil yang sedang parkir. Cepat gue parkirin dulu motor sebelum memungutnya. Namun terlambat, sebelum sempat gue terima bunyinya keburu berhenti. Gue cek, sudah beberapa panggilan tak terjawab. Berarti kemungkinan terbesar yang nelpon adalah si pemilik smartphone. Kemungkinan terbesarnya lagi pasti akan nelpon lagi.

Sambil nunggu di telpon, gue masuk Mall. Baru beberapa langkah dari pintu masuk akhirnya ada panggilan di smartphone.

"Haluuu." Sapa gue sok gaul.
"Ini siapa?" tanya suara yang terdengar seperti Ibu-ibu.
"Saya... saya yang nemu smartphone ini. Ibu siapa ya?" Gue balik nanya, sapa tau beliau bukan si pemilik alias hanya temannya.

"ITU PUNYA SAYA!" teriaknya kemudian.
"Yah... santai aja dong Bu, Ibu dimana?" Gue berbaik hati nanya si Ibu dimana sambil ke pojokan, biar lebih enak nelponnya.

"Gak usah nanya-nanya saya dimana, kamu yang dimana!?"

Waduh... kayaknya si Ibu tambah marah. Salah gue apa ya?

"Sabar Bu... saya di mall Lembuswana."
"Nah, pas. Saya juga di Lembuswana. Kamu dimananya?" potongnya cepat.
"Baru masuk ini Bu." Gue mencari sosok Ibu-ibu yang nelpon, sapa tau ada di dekat sini.
"Saya di atas! Dekat ekskalator, kamu kesini aja."

Gue jalan agak cepat sambil garuk kepala, naik ekskalator... sampai ketemu sesosok Ibu-ibu berjilbab yang sedang nunggu gue, lebih tepatnya nunggu smartphone miliknya.

Gue lihat sekali lagi wallpaper di smartphone buat yakinin bahwa si Ibu memang pemiliknya. Untung aja kebetulan dia pasang wallpaper fotonya, kalo gak ya dia harus berusaha dulu yakinin gue apa betul dia pemiliknya.

"Ngapain kamu liat-liat? Punya saya ini." Si Ibu merampas paksa smartphone dari tangan gue.
"Bukan gitu Bu, saya..."
"Halah! Gak usah banyak ngomong, untung gak saya laporin security." Potongnya lagi dengan tatapan tajam menuduh seolah gue telah mencuri miliknya.
"Santai aja dong Bu, gak usah nge-gas."
"Santai apanya? Jangan macam-macam kamu ya. Saya laporin beneran ke security baru tahu."

Ini Ibu kesambet apa ya? Apa beliau juga sedang di ambang putus kayak gue hingga membuat beliau sentimentil begitu? Bedanya gue di ambang putus cinta, beliau di ambang putus pernikahan alias cerai. Habisnya, gue lho gak melakukan apa-apa. Maksudnya, gue gak nyuri punya dia. Gue nemu dan dengan baik hati mengembalikan pada si Ibu. Tapi kenapa malah dapat perlakuan seperti ini? Kayak gue nyuri aja. Kalo gue mau ngambil dan meng-hak-miliki. Waktu nemu tadi langsung aja gue lepas kartunya. Tapi susah juga ya kalo smartphone. Rasanya kalo yang canggih ada sesuatu yang bisa mendeteksi keberadaannya dimana. Ah, sudah lah. Intinya gue harus bersabar lagi.

Gue berikan senyum termanis demi nyembunyikan marah, "Yaudah, sekarang kan smartphone Ibu sudah balik, saya pergi ya..."

Fiuh... nyesek banget rasanya...
Bukannya dapat ucapan terima kasih. Malah dapat bentakan dan tuduhan seolah-olah gue mencuri. Ingat aja, gue bersumpah. Kalo ketemu yang ginian lagi, smartphone-nya langsung gue buang ketempat sampah! Atau kalo perlu gue cemplungin ke sungai.

Aku dan Anya [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang