Jam 12 tengah malam sebuah benda angkasa berbentuk piring terbang melayang di atas rumah Anya. Sepasang alien turun disinari cahaya UFO. Mereka menjemput anaknya, Cicil.
Itulah mimpi gue samalam. Dan benar, mimpi itu menjadi kenyataan ketika gue jemput Anya buat pergi kenikahan Bernard dan Bintang. Cicil sudah tidak ada!! Kata Anya dia di jemput orang tuanya, beberapa hari kemaren Cicil dititipin sementara aja selama ortunya liburan keluar negeri buat rayain ulang tahun pernikahan ke-8. Sayang sekali, padahal gue mulai terbiasa dengan Cicil, dan gue juga sudah lumayan suka, dalam artian sebagai seorang kakak. Hiks, gue pasti akan merindukannya... gimana dengan pembaca?
Gue diruang tamu, nunggu Anya bongkar - bongkar barang mencari sesuatu. Risih liat dia hilir-mudik gak jelas, gue menanyainya sedang nyari apa? Ternyata Anya mencari undangan Bernard! Dia pikir kita gak boleh datang ke undangan tanpa bawa undangannya sebagai bukti. Tadinya mau gue luruskan pemikirannya itu. Tapi merasa bakal percuma, gue biarin aja dia mencari - cari lagi. Sampai akhirnya satu undangan ketemu di dalam kulkas. Sungguh tempat ajaib buat nyimpan selembar undangan. Mungkin Anya takut undangannya basi atau kadaluarsa, makanya dia awetkan di kulkas.
Gue ngajak langsung pergi. Namun Anya gak perduli, dia keukeh pengen menemukan sisa satu undangan lagi. Anya takut gak bisa makan dua kali. Seperti yang kita liat di cerita sebelum nya (Undangan). Padahal kalo mau makan lagi, beli di warung juga bisa. Dan apa yang Anya bilang waktu gue bilang gitu?
"Memang diwarung bisa makan sepuasnya, tapi nikahan Bernard cuma sekali. Semoga, karena Anya gak mau liat teman yang baik cerai atau nikah lagi. Dan lagi tetap ada perbedaan antara makan di nikahan dan di warung makan, di nikahan ada hiburan elektone nya."
Ah, sudahlah, gue gak berani jawab lagi kalo Anya sudah ngomong panjang-lebar gitu. Takut ujung-ujungnya ngaco.Setelah tambahan waktu 30 menit mencari dan gak ketemu, Anya nyerah. Dia ikhlas makan sekali aja nanti. Kayaknya Anya gak ngerti kalo mau makan berapa kali aja di nikahan gak masalah, asal gak punya malu aja, hehe.
Anya naik di boncengan dengan muka di tekuk sepuluh, hancur! Katanya ikhlas, tapi mukanya gak bisa menipu kalo dia belum bisa merelakannya. Aura disekitar terasa berat buat gue, mau ngajak dia ngomong aja susah. Kayaknya otak ajaibnya masih mikir, dimana menyimpan undangan satunya.
"Say." mendadak suara Anya ceria, lengkap dengan atsmosfir di sekitar, "bodoh nya Anya kenapa gak kepikiran dari tadi..." lanjutnya.
"Sudah ingat dimana nyimpan nya Nya? Jadi kita balik nih?" usul gue, mumpung belum jauh dari rumah Anya.
"Bukan, itu mah gak penting lagi."
"Lah, trus?"
"Kita fotocopy aja undangan yang ada ini biar jadi dua, eh, lima sekalian! Pinter kan Anya." ujarnya tertawa kecil.
"Hahahah... iye, pinter... hahah..." lagi-lagi gue ketawa maksa. Biarlah, yang penting Anya kembali ceria, walo gue semakin tersiksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Anya [TAMAT]
HumorRank #64 [09-09-2017] [Comedy - Slice of Life - Psycological - Romance]. Cerita tentang Saya, dan pacar saya yang entah error entah gimana ya, hehe. Disini nanti ada juga mantan pacarnya yang sombong dan gak bisa menghargai orang lain. Ada juga kep...