Sudah sekitar enam jam Arlina menonton drama korea nya. Duduk di kursi meja belajar dan berhadapan dengan layar laptop yang berada di atas meja belajarnya.
Matanya sembab, karena ada salah satu episode yang membuatnya begitu melow.
Notif Line Arlina bunyi. Tangannya langsung menekan tombol enter di laptopnya.
Nadila : p
Nadila : p
Nadila : Lin, ini gue. Add back dong!ArlinaGPtr : Udah Dil.
ArlinaGPtr : Ada apa nih? :DNadila : Mau ngasih tau aja sih. Besok ada PJOK, tadi gue lupa kasih tau kalo lo jangan lupa bawa seragam olahraga yups!
Nadila : nih jadwal pelajaran yang lain gue send pict ke lo ya!
Nadila : *send picture*
ArlinaGPtr : Oke siap! Thanks ya Dil.
Nadila : Sip! Udah dulu ya. Kebelet gue!
Nadila : Udah nahan sambil jongkok dari tadi nih! Aduhh Ar..!
ArlinaGPtr : Yaudah buruan, ntar keburu kepicirit lagi! 😂😂
ArlinaGPtr : Wkwk. Canda!
ArlinaGPtr : Malah curhat lagi lo nya!:v
Tidak ada balasan lagi.
Arlina langsung membenahi laptopnya dan mencari seragam olahraga di Lemarinya, segera membenahi seragam olahraga dan buku-buku ke dalam kantong pink nya.
********************
"Absen lo nomer duabelas Ar! Bentar lagi giliran lo!" seru Dila menggenggam tangan Arlin.
Tangan Dila dari tadi sudah mengeluarkan keringat dingin. Pasalnya di sangat takut di test basket, karena dia tidak jago seperti Azka dan Kila.
" Arlina Giani" panggil Pak Asep.
"Semangat Ar Ar kuuh!" teriak Azka yang berada di gerombolan siswa putra, sambil mengepalkan kedua tangannya dan menaik turunkan tangannya, seperti sedang melakukan senam.
Arlina membalasnya dengan tersenyum.
Priit!
Arlina dengan lincahnya melakukan teknik drible sambil berlari kecil, dan memasukan ke ring basket.
"Gila bro! Cewe tuh?" tanya Abran yang sedang berjalan di koridor bersama Adi.
Adi yang masih menahan sakit di tangannya, karena membawa buku paket duapuluh buah yang di bawanya sendiri. Abran banyak alasan untuk membantunya.
"Heh! Lo denger gak?" tanya Abran lagi dengan sedikit meninggikan suara.
"Naon atuh? Berat nih! Lo.." Ucapan Adi terhenti ketika matanya tidak sengaja melihat ke arah lapangan basket.
"Gila! cewe cantik banget, main basketnya keren! Gak kaya lo!" Adi masih terpukau melihat kelincahan Arlina bermain basket.
"Bacot lo!" sambil menoyor kepala Adi yang masih tidak berpaling dari melihat Arlina.
Dalam waktu tiga menit Arlina mampu memasukan bola sebanyak sepuluh kali. Dia memang sudah jago dalam hal basket.
Melihat Adi tidak bisa di alihkan. Akhirnya Abran pergi meninggalkan Adi.
"Oke Bye!"
"Wey tungguin bro! Ini buku gimana?" teriak Adi, langkahnya mencoba mengejar Abran yang agak jauh dari dirinya.
Abran hanya menjawab dengan mengedikkan bahu, tanda tidak peduli.
Adi Dan Abran kembali ke kelas dengan buku di tangan Adi.
*******************
"Bisa kan Ar? Gue berharap banget sama lo." rayu abran dengan senyuman yang terukir, sambil hatinya berharap agar permintaan mereka di setujui Arkan.
"Lo harus mau. Titik!" perintah Adi pada Arkan.
"Rugi kalo sampe kagak dapet Ar!" tambah Juna sambil menepuk pundak Arkan.
"Lo ko ngatur?! Gue gak mau!" Arkan meninggikan nada suaranya, dia masih memasang wajah dinginnya.
"Ini demi sekolah bro! Lo jang.."
Braag!
Arkan memukul mejanya, dan berhasil membuat seisi kelas melihat kepadanya.
Bu Devi seharusnya mengajar di kelas XI IPA 2 pada jam ini jika tidak sakit. Kelas menjadi gaduh, tugas yang di berikan pun hanya di kerjakan oleh beberapa siswa.
Tanpa ada yang berani berbicara lagi, Abran, Adi, dan Juna hanya pasrah melihat Arkan yang keluar dari kelasnya.
*******************
"Lo harus coba bro!"
"Sekolah udah percaya sama kita!"
"Dia bisa! Gue yakin!"
Arghh!
Arkan terus mengingat kata-kata sahabatnya tadi, masih kesal karena ulah mereka yang memaksanya.
Ini salah gue! Gue emang salah! Tapi gue gak bisa maksain!
Batin Arkan masih tidak tenang. Meskipun sekarang dia sedang melentangkan tubuhnya di kursi rooftop sekolah, dan memejamkan matanya dengan tenang namun tidak dengan hatinya yang masih emosi.Arkan bangun dari kursi, dan segera pergi ke kelas.
"Arkan!" panggil seseorang dari belakang.
Arkan yang sedang berjalan di koridor dekat kelasnya segera memutarkan badannya.
Juna dari tadi mencari keberadaan sahabatnya itu, dan syukur dia sudah menemukannya.
"Astagfirullah Aladziim! Arkan tangan lo!" Juna yang sudah di hadapan Arkan dan melihat tangan Arkan merah langsung dia genggam.
Merasa risih, Arkan seketika menarik tangannya yang tadi di genggam Juna.
"Arkan!"
-LoveAr-Arkan kenapa yang reders? Jadi khawatir nih 😰
Doain yaa supaya Arkan Ga kenapa-kenapa. Aamiin...
✨Jangan lupa vote and Coment yaa!✨ biar makin semangat nulisnya. Hehe
Makasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
LoveAr
Teen FictionArkan seorang ketua OSIS yang famous bukan hanya di sekolahnya saja,bahkan banyak siswi SMA lain yang menginginkan untuk jadi pacarnya. Hatinya selalu semu akan perasaan di hatinya, ragu dengan rasa cinta. Hatinya selalu salah menfsirkan perasaan...