37. Akibat?

5.2K 278 40
                                    

Sampai kapan kamu akan aku sayangi? Sekarang aku akan pergi. Mungkin kau tak menginginkan aku kembali.
-Arlina Giani Putri Chandratama-

"Kalo kamu menyesal atas perasaan kamu ke aku, aku siap Ar. Sekarang kita.."

"Kita bisa putus aja. Anggap aja kamu yang putusin aku." ucap Arkan.

Deg!

Arlina menangis sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dia masih membelakangi Arkan. Rasanya sakit, benar-benar tidak sesuai dugaan. Arkan menyerah begitu saja. Arlina mulai lemas kali ini.

Arlina segera berbalik dan menghembuskan nafasnya. Matanya menatap Arkan pasrah, apapun jawaban Arkan yang akan Arlina tanyakan nanti dia akan menerimanya.

"Ar.." Arlina berusaha mengatakan sesuatu.

"Ka-ka-kalo a-ak-akuu-u.." ucapnya sesenggukan.

Arkan melihatnya tidak tega, akhirnya dia mencoba menenagkan Arlina lebih dulu dengan membawanya ke kelas XI IPA 2.

Setelah mereka berdua duduk di bangku paling depan, Arkan memposisikan duduknya supaya menghadap ke arah Arlina. Arkan mengusap air mata dari pipi Arlina dengan lembut.

Arlina masih menunduk, tangannya tiba-tiba memegang tangan Arkan yang masih berada di pipinya.

Arlina menarik nafasnya dalam, kemudian menatap mata Arkan.

"Kalo aku kasih kesempatan buat kamu memperbaiki semuanya-" ucapan Arlina terpotong.

"Aku takut kamu kecewa lagi Arlina." potong Arkan.

Arlina memejamkan matanya sebentar.

"Aku yakin kamu bisa memeperbaiki semuanya." pinta Arlina yakin.

"Ar, aku sayang sama kamu selama ini tulus. Aku juga gak bisa liat kamu nangis terus karena aku. Aku masih jadi cowo dingin, aku gak tau apa yang harus aku lakuin lagi untuk memperbaiki semuanya. " jawab Arkan.

Arlina melepaskan genggamannya sambil melepaskan tangan Arkan dari pipinya.

Arlina mengangguk paham. Dia merasa sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Gadis itu kini berdiri dan meninggalkan Arkan.

"Aku tunggu kamu di kantin pas istirahat. " ucap Arkan sebelum Arlina keluar.

Setelah gadis itu benar-benar meninggalkan kelasnya, Arkan menyandarkan tubuhnya di kursi kayu yang dia duduki. Pikirannya sekarang campur aduk.

"Assalamualaikum!" sapa Adi yang baru masuk bersama Abran dan Juna.

Arkan masih memejamkan matanya tanpa menyadari mereka datang.

"Woy!" tegur Abran sambil membukakan mata Arkan dengan paksa.

"Apaan si!" ketus Arkan sambil mendorong pundak Abran pelan.

Arkan lalu berdiri dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan kelas.

"Mau kemana Ar?" tanya Adi.

"Basket." jawabnya singkat.

"Gue temenin ke sana dulu ya." bisik Juna pada kedua sahabatnya yang tengah kebingungan itu.

Kini di kelas hanya ada Abran dan Adi saja. Siswa yang lainnya masih belum datang.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang