19. Pernyataan.

6.9K 358 6
                                    

Hanya harapan agar kamu tetap pada pendirian yang tidak mengecewakan.
-LoveAr-

Saat cairan kental dan berwarna hijau dengan bau yang khas terasa berada diatas kepalanya, dingin dan lengket. Lama-lama jus alpukat itu turun ke kemeja Arlina

"Jasmine!" panggil Arkan.

Arkan segera mengejar Jasmine tanpa mempedulikan Arlina yang tengah menangis dengan jus dingin mengotori rambut dan bajunya.

"Jasmine tunggu." cegah Arkan sambil menarik tangan Jasmine saat mereka berdua sudah di luar caffe.

"Kenapa? mau marah sama aku?" tanya Jasmine pasrah.

Disisi lain, Arlina sangat malu sekarang saat semua pengunjung memperhatikannya. Dengan keadaan seperti itu dia tidak bisa berkutik. Hatinya hancur. Ditambah lagi saat gadis itu melihat jendela, terlihat jelas Arkan yang berbincang dengan Jasmine dan setelah itu, Arkan memeluk Jasmine.

Jasmine menangis dalam pelukan Arkan, sama halnya seperti kejadian Arlina dengan cowo itu di lapangan basket tadi siang.

"Mba maaf, di bersihin dulu." ucap seorang pelayan yang menyodorkan handuk kecil.

"Makasih mba. Toiletnya dimana ya?" tanya Arlina dengan suara paraunya.

Saat pelayan itu menunjukkan letak toilet itu, Arlina segera menuju kesana.

   
                            **************

"Udah?" tanya Arkan yang langsung berdiri dari duduknya saat melihat Arlina sudah dihadapannya.

Arlina tidak menjawab.

"Yaudah, sekarang kita mau kemana?" tanya Arkan.

Arlina masih diam dengan tatapan kosongnya.

"Kita pulang aja yu? Udah mendung." tambah Arkan sambil menarik tangan Arlina.

Arkan memakaikan helm pada Arlina dengan perlahan, seperti yang dia lakukan pada Jasmine waktu itu. Arkan mencoba menetralisir keadaan. Dia berusaha untuk tidak membahas masalah tadi terlebih dahulu. Melihat gadis yang sekarang dia bonceng masih belum bisa diajak bicara, Arkan juga tidak mengajaknya bicara lagi.

Jalanan tidak macet seperti biasanya, mungkin karena hari lembur atau cuaca mendung.

Arlina sekarang tidak bisa berfikir. Dia sekarang hanya membutuhkan bunda dan ketiga sahabatnya. Dia tidak tau harus mengatakan apa lagi pada Arkan. Dia sekarang merasa sangat kecewa dengan kepercayaannya pada Arkan.

Arkan tiba-tiba menghentikan laju motornya. Dia memarkirkan motor ninja merah di depan halte bis.

Baguslah. Gue bisa pulang sendiri ko naik bis. Oke. Batin Arlina.

Sebelum Arkan suruh, Arlina segera membuka helm dan turun dari motor Arkan. Arlina segera duduk di kursi yang sudah tersedia di halte tersebut. Disusul Arkan yang duduk disampingnya.

"Sebelum hujan, kita neduh." ucap Arkan sambil melihat langit yang mendung. Pikirnya, dari pada kehujanan di jalan, Arlina bisa kedinginan bahkan sakit.

"Ar. Lo masih gak mau ngomong sama gue?" tanya Arkan yang tengah memperhatikan Arlina.

Arlina tidak menjawab.

"Gak akan lama ko." tambah Arkan mengalihkan pandangannya ke langit lagi.

"Gue gak ngerti apa mau lo. Gue belum bisa ngertiin lo. Bahkan gak peduli soal perasaan lo. Tapi gue khawatirin keadaan lo." Arkan tiba-tiba mengatakan hal itu.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang