39. Resah

2.9K 211 20
                                    

Hal lain membuatku goyah.
Meraga karena aku lemah. Bahkan bila saatnya tiba, mungkin sulit kuputuskan jika rasa ini tetap untukmu.
-LoveAr-

Jendela itu terbuka, entah sejak kapan cahaya menembus kamar sejuknya. Waktu menunjukan pukul 08.45 dan gadis itu masih nyaman dengan selimutnya.

"Sayang, sarapan dulu yah." ucap wanita paruh baya yang tengah menyimpan nampan berisi makanan di atas meja samping kasur Arlina.

"Bangun Arlina! Kamu sarapan dulu." ucap Amanda lembut sambil mengelus rambut putri kesayangannya.

Arlina terusik dan membuka matanya. Gadis itu segera bangun dari tidurnya dan melihat jam. Matanya membulat saat dia menyadari bahwa dia kesiangan.

"Bundaaaa.. Arlin telat!" teriak Arlina sambil menjatuhkan bahunya.

"Bunda sengaja gak bangunin kamu. Sekarang kamu sarapan dulu ya. Udah bunda kirim surat izinnya." ucap Amanda sambil menggenggam tangan Arlina.

Arlina mengangguk lalu memakan sarapan yang sudah bundanya siapkan.

"Nanti sore kamu check up ya dianter ka Rio." ucap Amanda lalu meninggalkan kamar Arlina.


Gadis itu duduk di meja belajarnya sambil menikmati sarapan. Dengan mata yang masih berat. Setelah suapan ketiga, gadis itu menghentikan suapan selanjutnya. Arlina tiba-tiba mengingat kejadian semalam.

Gadis itu masih merasa ada yang tidak beres dengan hatinya. Awalnya dia senang saat Arkan bilang bahwa mereka belum putus. Tapi disisi lain, Arkan masih ragu untuk menjelaskan semua yang dia sembunyikan. Arlina merasa ragu akan perasaan Arkan saat ini. Seandainya Arkan memang menyayanginya, dan mulai menjadi Arkan yang ceria, tapi tidak dengan hatinya yang selalu tertutup.

Gadis itu tiba-tiba meneteskan air matanya. Hatinya sesak, pertama kalinya dia merasakan cinta dan orang pertama yang membuat dia menangis karena rasa cintanya. Dia memegangi dadanya yang semakin terasa sakit, dan air mata yang mulai deras.

Apakah cuma gue yang ngerasain sakitnya di bohongin pacar? Arkan, gue yakin kalo dia sayang sama gue.
Batinnya meyakinkan.

Seandainya gue lupain lo. Tapi rasa ini gak akan berubah. Gue yakin, mustahil buat gue lupain perasaan secepat itu.
Arlina menarik nafasnya, lalu mengusap air matanya.

Gadis itu tidak menghabiskan makanannya dan minum. Lalu dia langkahkan kakinya ke balkon kamarnya.
Arlina berdiri sambil menutupi wajahnya yang sudah basah dengan air mata.

Gadis itu kini melepaskan tangannya dan merasakan cuaca yang sejuk dengan pohon dan tumbuhan yang menghiasi pekarangan rumahnya. Dia membiarkan angin merasuk ke tubuhnya, bahkan jika boleh, hingga terbawa semua beban yang ada dihatinya.

Tiba-tiba Arlina mengingat benda pipih canggihnya. Dia segera mencari ponselnya, setelah ditemukan gadis itu duduk di kasurnya sambil membaca pesan yang masuk.

My Argan : Assalamualaikum
My Argan: Hai pacar!
My Argan : Tidur mulu!
My Argan : GWS!
My Argan : Udah sarapan?
My Argan : Gini rasanya dicuekin.

Gadis itu gemas melihat pacar dinginnya tidak normal. Arlina menjerit dan tersenyum tak habis-habisnya. Dipeluknya boneka Teddy Bear putih dengan erat.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang