33. Benci tapi Rindu

5.7K 305 17
                                    

Seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah mobil itu mempercepat langkah kakinya. Gerbang sekolah sudah ditutup oleh penjaga sejak dua jam yang lalu, gadis itu akhirnya terpaksa merayu Mang Ujang yang berjaga di sana. Tidak lama, karena alasan siswi itu yang membuat Mang Ujang merasa kasihan. Ditambah lagi, ada surat izinnya untuk diberikan ke meja piket.

Siswi itu sekarang tengah berjalan di koridor dengan tempo cepatnya. Hatinya belum tenang, karena belum juga bertemu seseorang yang dicarinya.

Kata Mang Ujang sekarang ada turnamen, berarti gak akan belajar. Tenang,, gak akan dihukum guru.
Batinnya.

Disisi lain, turnamen sebentar lagi akan segera berakhir. Waktu turnamen hanya diperkenankan sampai jam istirahat, yaitu jam setengah sepuluh.

Kini tim Arkan memimpin point, siswi kelas dua belas, sebelas, dan sepuluh pun ikut bersorak akan kemenangan tim kuarted cogan itu. Meskipun kelas dua belas kalah skor, tapi para pendukung kelas dua belas tetap berpihak pada Tim Arkan.

"Arkaaann!!"

"Ka Arkaan ayoo!"

"Ka Junaa!"

"Ayoo kalian pasti menang!"

"Waaa! Arkan keringetan!"

"Huaaaaa!"

Jeritan dan teriakan semua siswi terus bersautan, tapi kedua tim masih fokus pada pertandingan.

Cowo ganteng dengan rambut sedikit berjambul itu terus mengeluarkan keringat. Meski tangannya lincah pada bola, tapi setiap kali dia memegang bola basket selalu mengingat senyuman Arlina. Pikiran dan hatinya terus pada Arlina yang sangat disayanginya.

Seperti biasanya Arkan dan Juna yang paling banyak memasukkan bola pada ring basket. Meskipun banyak yang menyangatinya, mereka berdua tidak mempedulikan itu semua, tapi malah Adi yang sibuk tebar pesona kepada siswi yang menonton.

Ada satu siswa yang sudah duduk di sebuah kursi penonton dengan sebuah kardus botol air mineral. Tampaknya siswi itu sangat antusias melihat pertandingan itu. Suaranya juga tak henti dia keluarkan untuk menyemangati tim Arkan.

***********

Gadis tadi masih melangkahkan kakinya dengan deru nafas yang tidak teratur. Kakinya dia langkahkan ke kantin, dan membeli sebotol air mineral dan sebuah tisu. Setelah membayarnya, gadis itu tidak hendak duduk, tapi langsung berjalan lagi.

Tidak ada guru sepanjang jalannya, karena sedang ada rapat. Semua siswa pun hanya beberapa yang terlihat berlalu lalang.

Saat sudah sampai di lapangan basket, Arlina menjatuhkan bahunya. Semua siswi sudah memenuhi lapangan basket, dan bersorak. Sepertinya pertandingan sudah berakhir. Kuarted cogan saat itu sudah digandrungi banyak siswi untuk memberi mereka air minum. Tapi mereka menolaknya dan memilih untuk berjalan keluar kerumunan itu, mereka sekarang menuju salah satu kursi penonton.

Arlina melihatnya senang, gadis itu sangat merindukan sosok Arkan. Dengan yakin, gadis itu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Arkan.

Baru satu langkah, Arlina menghentikan langkahnya. Kuarted cogan itu menghampiri seorang siswi yang tengah memegang botol air mineral dengan kardus di sampingnya.

Mereka segera mengambil air itu, Arkan mengambil airnya paling terakhir. Ketiga sahabatnya malah pergi duluan meninggalkan Arkan. Arlina tersenyum, dia merasa lega karena Arkan bisa minum sebelum dia datang. Tapi seketika, senyumannya memudar saat gadis itu memberikan Arkan sebuah handuk kecil dan menaruhnya di salah satu pundak Arkan. Arkan juga ikut tersenyum dan menagguk, Arkan memberikan kembali botolnya yang airnya sudah setengahnya lagi pada gadis itu. Arkan mulai mengelap keringatnya dengan handuk itu, mereka berhadapan. Hanya ada mereka berdua di kursi penonton paling pojok itu.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang