18. peduli (lanjutannya)

6.4K 248 8
                                    


Arlina menuruni anak tangga, gadis itu memakai kaos putih polos dengan kardigan hitamnya dan jeans hitam. Rambut lebatnya tergerai, menambah kesan manis pada gadis itu.

Gadis itu tidak sabar ingin melihat temannya, hatinya sangat senang bisa bertemu dengan ketiga teman-temannya itu. Arlina mempercepat langkahnya

"Noh temuin." sewot Kak Rio yang entah sejak kapan ada di sampingnya.

Kak Rio menyodorkan nampan yang di atasnya terdapat segelas teh hangat dan martabak rasa coklat dan keju kesukaannya.

"Buat aku?" tanya gadis itu sembari mengambil nampan tadi.

"Buat tamu adikku sayang." ucap kak Rio sambil mengacak pelan rambut Arlina dan kembali ke dapur.

Arlina merasa heran saat melihat seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tamu. Tidak mungkin jika itu Azka, karena kulitnya tidak seputih itu.

"Diminum dulu." ucap Arlina saat sudah berada di ruang tamu lalu menyajikan segelas teh dan martabak tadi.

Laki-laki itu tidak menjawab, dia malah memperhatikan Arlina yang tengah sibuk merapihkan meja.

"Udah lama?" tanya Arlina sambil duduk.

Tamu itu masih diam.

"Ayo dimak--" ucapan Arlina terpotong saat dia melihat seseorang yang berada di depannya.

Seorang yang tampan dengan kesan karismatiknya dan rambut berjambul khas nya menambah sosok itu terlihat lebih tampan dan keren. Kaos abu-abu polos dengan tambahan jaket hitam tanpa topi, jeans hitam dengan sepatu sport hitam. Wangi yang khas dan tatapan matanya yang membuat hati semua perempuan tidak karuan. Sekarang dia berada di depan Arlina.

Arkan tersenyum. Senyumnya berbeda kali ini, terlihat sangat manis. Bahkan orang yang melihatnya bisa diabetes.

Dia senyum? Ya Allah ganteng, manis banget.. Ada maunya nih. Batin Arlina.

"Bener." ucap Arkan tiba-tiba.

Arlina membulatkan matanya. Secepat kilat dia memalingkan wajahnya dan menunduk.

Dia bisa baca pikiran orang? Aduhh, jangan-ja-- Arlina mengerjapkan matanya sambil menggelengkan wajahnya.

"Bener kata orang. Gue ganteng, sampe lo aja gak ngedip." ucapnya sambil terkekeh.

Kirain. Arkan tertawa, hey.. Arkan kemasukan apa baik banget? Dia seperti seseorang yang tidak mempunyai pengalaman menjadi seorang yang jahat sebelumnya.

"Mau apa?" tanya Arlina tanpa memandang wajah Arkan.

"Mau jemput lo." jawab Arkan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Hemm he- ha- ha- ha.." tawa Arlina terpaksa sambil menyipitkan matanya.

"Martabak anget ya?" Arkan mengalihkan pembicaraan.

"Idih." guman Arlina.

"Enak kayanya." ucap Arkan.

"Makan aja kali. Emang enak, coklat sama kejunya meleleh, masih anget.. Belinya di langganan gue lagi." papar Arlina sambil menunjukkan martabak di atas meja.

"Lo suka?" tanya Arkan.

"Lo mau makan atau mau wawancara? Kalo gak mau, gue abisin semuanya." jawabnya Kesal sambil mengambil sepotong martabak dan melahapnya.

"Lo suka karena gue yang beliin kan?" tanya Arkan.

Mata Arlina melotot dan terasa ada yang mengganjal di tenggorokkannya.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang