42. Pria Misterius

2K 91 13
                                    


"Assalamualaikum." suara seorang siswi yang berdiri di depan pintu, sepertinya sudah dia buka.

"Sini Ar!" panggil Adi sembari menyimpan kursi lipatnya di dekat tempat duduk Adi.

Arlina menghampirinya dan duduk.

**********

Wajah Arkan sedari tadi datar, tidak hentinya dia menatap Arlina yang memperhatikan Abran selekan itu.

Sebenarnya Arkan tidak cemburu, hanya saja dia tidak suka saat Arlina memperhatikan seseorang seperti itu. Arkan berfikiran, bahwa Arlina pasti bisa memperhatikan semua orang seperti itu.

"Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Sebelum ditutup, " Ucapan Abran terpotong.

"Ar, mau nambahin gak?" bisik Abran pada Arkan.

Arkan menggeleng.

"Bila ada yang mau ditanyakan, boleh. Saya serahkan terlebih dahulu pada Arkan," tambah Abran dan membuat seisi ruangan lega, rapat selesai.

"Terimakasih Ran, ada yang mau ditanyakan?" tanya Arkan dengan datar.

Banyak siswa yang mengangkat tangannya, termasuk Arlina.

Arkan lalu menunjuk salah seorang yang mengangkat tangannya di sebrang sana.

Sampai pertanyaan kesekian, acungan tangan Arlina tidak pernah terbalas jawaban oleh Arkan.

"Baik, jika hanya itu pertanyaannya, saya cukupkan sampai disini." tutur Arkan.

Arlina yang sudah pegal ditambah rasa malu yang kini menyelimuti hatinya. Arkan benar-benar menghiraukan Arlina.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Suara itu terdengar nyaring.

Pintu ruang OSIS yang kini sudah terbuka dan tengah berdiri Mang Ujang di sana.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab seisi ruangan.

"Ada apa mang?" tanya Abran.

"Itu, ada yang nyariin Arlina di pos satpam." jawab Mang Ujang dengan santun.

Gadis yang masih cemberut itu kini membulatkan matanya. Dia lalu berdiri dan lekas izin pada Abran saat itu, bukan Arkan.

Bahkan Arkan tidak berniat menengok kearah Arlina sedikitpun.

Arlina akhirnya pergi, setelah mendapatkan izin pada Abran. Gadis itu kini berjalan cepat beriringan dengan Mang Ujang disampingnya.

"Maaf Mang, siapa ya?" tanya Arlina penasaran.

"Kurang tau neng, laki-laki da. Pake motor tadi lihat mah," jawab Mang Ujang dengan logat Sundanya.

Arlina hanya membentuk mulutnya 'Oh' dan mengangguk.

Gadis itu penasaran siapa yang mencarinya, semoga saja orang ini bisa mengobati rasa malu yang tadi mampir karena Arkan.

Dia tidak mengikuti penutupan rapatnya, dan mungkin beberapa menit lagi rapat usai.

"Neng, Mang Ujang mau ke gudang dulu ya." suara Mang Ujang tiba-tiba menyadarkan lamunan Arlina.

"Eh, iya mang, silahkan. Makasih ya mang," jawab Arlina sambil tersenyum.

Kini Arlina hanya berjalan sendiri, sebentar lagi sampai di perempatan koridor menuju luar gedung.

Gadis itu mempercepat langkahnya, rasanya tidak sabar ingin bertemu dengan orang itu. Meskipun dia tidak bisa menebak siapa dia.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang