Aku bukan penikmat cinta tulus, tapi aku sang pencipta ketulusan cinta dan itu hanya untukmu.
-Arkan Raid Darmawan-Arkan menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruang OSIS. Cowo itu mencoba menarik gagang pintu, tapi tetap pada posisinya.
"Buka." Ucap Arlina.
"Susah." jawab Arkan singkat.
"Banci!" ketus Arlina, dengan gaya paling bisa.
Gadis itu melepaskan genggaman tangan Arkan dan mencoba membuka pintunya. Cowo itu malah meninggalkan Arlina duduk di salah satu kursi. Gadis itu terus berusaha membukanya, tapi saat satu kata yang terlintas di pikiran Arlina muncul 'terkunci' dia segera memutar badannya dengan wajah pucat.
Gadis itu menghampiri Arkan yang tengah duduk dan membaca berkas yang dia cari tadi.
"Banci teriak banci ya?" gumam Arkan sambil terus memperhatikan kertas yang banyak tulisannya itu.
"Cowo aneh, tukang ngambek das-" ucapan Arlina menggantung saat Arkan tiba-tiba membulatkan matanya dan mengarah ke jendela.
Arlina langsung melompat dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Gue belum ngerjain tugas." ucap Arkan datar.
Arlina membukakan matanya dan langsung memukul bahu Arkan.
"Bukain pintunya!" rengek Arlina pada Arkan.
"Gue gak punya kuncinya. Penjaga yang kunciin kita!" jawab Arkan datar.
"Usaha! Kita mau disini sampai malem apa?" Tanya Arlina kesal.
"Lo takut?" rayu Arkan.
"Apaan si!" kesal Arlina.
Arkan tertawa melihat Arlina yang tengah parno itu. Cowo itu tertawa namun tampak berfikir, kemudian dia menarik nafasnya.
"Lo mau lewat jendela?" tanya Arkan.
Arlina melirik jendela yang tampak menyeramkan itu.
"Gue sendiri." tambah Arkan.
"Oke! Tembusnya kemana?" tanya Arlina.
Arkan tidak menjawab, dia segera berjalan menuju jendela dan segera melompat keluar.
"Bagus!" ucap Arlina kesal.
"Sorry sorry. Sini gue bantu." jawab Arkan sambil menyodorkan kedua tangannya pada Arlina.
Brugh!
Arlina menabrak tubuh tegap Arkan di depannya. Gadis itu merasa ada yang menarik jaketnya di belakang, sehingga sulit untuk bergerak lebih.
"Jaket gue?" Arlina berbisik pada Arkan yang kini sedang berhadapan dengannya dengan wajah yang terpaut sangat dekat.
Arkan mengerutkan dahinya, kemudian melihat kebelakang Arlina sambil memegangi tubuh Arlina yang masih di depannya.
"Lariii!!!" teriak Arkan dengan suara histerisnya setelah melepaskan jaket Arlina yang tertarik oleh sesuatu tadi.
"Cepetan Ar!" teriak Arkan sambil menarik tangan Arlina.
Mereka berdua berlari dengan cepat, Arlina yang sudah merasa tubuhnya panas dan detak jantung yang tak karuan. Ingin sekali gadis itu berteriak, tapi rasanya sulit sehingga dia hanya menangis sambil berlari.
Arkan tidak mungkin berbohong, cowo sedingin dan secuek itu tidak terlihat seorang pembohong. Anehnya, dari sikap acuhnya bisa-bisanya takut dengan hal-hal mistis, seperti hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LoveAr
Teen FictionArkan seorang ketua OSIS yang famous bukan hanya di sekolahnya saja,bahkan banyak siswi SMA lain yang menginginkan untuk jadi pacarnya. Hatinya selalu semu akan perasaan di hatinya, ragu dengan rasa cinta. Hatinya selalu salah menfsirkan perasaan...