16. Rasa ini

6.4K 369 4
                                    

Arlina sekarang sudah berada di depan pintu rumah Arkan, angin malam membuatnya semakin pilu. Gadis itu berjongkok dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Air matanya terus jatuh, sesekali isakkan dari hidungnya terdengar.

"Arlina!" panggil Arkan setelah berada di luar bersama Arlina.

Arkan menghembuskan nafasnya kasar. Cowo itu berjongkok dan berusaha mengangkat wajah Arlina yang tertunduk menangis.

"Ar, lo jang-" mata Arkan membulat saat melihat jidat Arlina berdarah dengan mata yang sembab.

"Arlina. Jidat lo kenapa?" tanya Arkan khawatir.

Arlina hanya mengadah dan masih dengan tangisannya. Dia ingin menjawab, tapi pasti suaranya terpotong-potong.

"Jidat lo kenapa Ar?" tanya Arkan lagi sambil mengelus jidat gadis itu.

"Gu-g-gu-u-e-e..." jawab Arlina sesenggukan.

Tiba-tiba Arkan menarik tangan Arlina dan mengajaknya menuju ruang tamu. Arlina sekarang sudah duduk di shofa ruang tamu. Arkan meninggalkannya sendiri untuk membawa kotak P3K di dapur.

"Minum dulu nih." Arkan menyodorkan segelas air putih pada Arlina. Gadis itu mengangguk.

Arlina meneguk air itu sampai habis dalam waktu cepat. Arkan tersenyum saat melihat tingkah gadis itu.

"Tangan lo." Arkan mengulurkan tangannya pada Arlina.

Arlina meletakkan gelas tadi, lalu mengulurkan tangannya yang tadi terluka pecahan gelas.

Arkan dengan cekatan membersihkan darah yang ada di jari dan jidat Arlina.

"Jidat lo gak luka." guman Arkan.

"Hmm?" tanya Arlina karena kurang jelas mendengar kata Arkan. Arkan tidak menjawab.

Arkan kini sedang meneliti, apakah ada kaca yang tertinggal di jarinya atau tidak.

Arkan terlalu peduli untuk mengobati seorang wanita yang mungkin dia benci. Mata Arlina menatap tangannya yang di genggam Arkan, lalu beralih pada mata teduh Arkan. Rambut cowo itu terlihat berantakan namun masih cool. Arlina jadi senyum-senyum sendiri.

"Tahan." Saat cowo itu akan meneteskan dan menempelkan obat  pada lukanya.

Shhh! Arlina memcoba menahan sakitnya.

"Sorry." ucap Arkan saat sudah selesai mengobati jari Arlina.

"Iya maaf udah repotin lo, makasih ya." ucap Arlina sambil menarik tangannya kembali.

"Bukan." jawab Arkan sambil membereskan kotak obatnya. Arlina diam tidak peduli.

"Sorry, gue gak bermaksud permainin lo. Sorry juga tentang-" ucap Arkan.

"Gue gak peduli." jawab Arlina yakin.

"Gak mungkin lo nangis." jawab Arkan.

Eh. Ko gue nangis, bego-bego! Ucap Arlina dalam hati.

"Emm.. Gu-gue nangis karena sakit." Arlina melihat jarinya.

"Sesakit itukah hati lo?" Arkan menatap gadis itu intens.

"Apaan si lo?" Arlina mengerutkan dahinya dan duduk menjauh.
Arkan tersenyum sekarang, tertawa kecil tepatnya.

"Kenapa ketawa?" tanya Arlina.

"Lo lucu." ucap Arkan masih dengan senyumannya.

"Bodo." jawab Arlina berusaha biasa saja.

"Emm. Sekarang lo mau jadi gue ya?" tanya Arkan sambil mendekatkan wajahnya pada Arlina yang wajahnya sudah merah.

Arlina tidak bisa menjawab. Gadis itu membulatkan matanya saat wajah mereka terpaut sangat dekat, hatinya bergerak dua kali lebih cepat.

Arkan menjauhkan lagi wajahnya dan menarik tangan Arlina yang tidak luka.

"Ar. Sorry bangetya, kalo perlakuan gue ke lo bikin lo sakit hati. Gue gak maksud permainin lo. Soal tantangan itu gue emang salah. Jadi, maafin gue ya." ucap Arkan dengan suara lembutnya.

Arlina yang diajak ngobrol malah diam saja dan menatap Arkan sambil senyum-senyum.

"Gue mau nanya sama lo, boleh?" tanya Arkan.

Arlina masih diam menatap Arkan.

"Arlina? Gue boleh nanya sama lo?" tanya Arkan sekali lagi.

"Eh. Iya boleh ko." jawab Arlina tersadar.

"Lo beneran-" tanya Arkan ragu.

Mati mati! Dia pasti nanya perasaan gue. Batin Arlina.

"Lo beneran marah sama gue? Lo mau 'kan maafin gue?" tanya Arkan penuh harap.

"Lo Arkan? Lo kemasukkan? Gue cuma bola basket yang ilang." jawab Arlina tidak percaya sambil tersenyum miring.

"Iya ini gue. Justru karena lo bola basket gue yang lama gue cari." jawab Arkan sambil mengulas senyuman.

"Maksud lo?" tanya Arlina tidak mengerti.

"Lo maafin gue gak?" Arkan mengalihkan pertanyaan.

"Iya, gue maafin lo. Lagian siapa gue yang gak maafin lo." jawab Arlina sambil tertunduk.

"Gue udah bilang, lo bola basket gue yang udah lama gue cari." jawabnya simpel.

"Maksud lo?" tanya Arlina heran.

"Lo mau pulang kan? Ayo gue anter." ajak Arkan.

                   **********

"Makasih ya Ar." ucap Arlina saat mobil Arkan sudah berada di depan gerbang rumah Arlina.

Arkan mengangguk.

"Ohiya, salam buat tante Rahma ya." tambah Arlina sambil memegang sabuk pengamannya.

"Gue mau tanya." ucap Arkan sambil memegang tangan Arlina.

Arlina menghembuskan nafasnya dan melihat ke arah Arkan.

"Iya, gue udah maafin lo ko." jawab Arlina meyakinkan.

"Lo beneran suka sama gue?" tanya Arkan to the point.

"Hm?" Arlina membulatkan matanya, lalu menunduk.

-LoveAr-

Halo.. Langsung publis dua nih. Gimana? Masih penasaran dengan perasaan Arlina?

Arkan lagi baik atau emang udah sadar ya?

✨Jangan lupa voment ya! Makasih.✨

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang