1.Ge-Er

12.4K 736 2
                                    

'Panggilang kepada ketua OSIS di mohon mengahadap ke ruang kepala sekolah'
Suara speaker dari meja piket.

"Bro di panggil tuh!" seru Abran, salah satu sahabatnya yang tidak kalah tampannya dari ketua OSIS itu, seraya menepuk pundak sahabatnya.

"Baru nyampe sekolah padahal Bu" keluh Arkan, seakan menjawab suara guru dari meja piket itu. Namun kakinya masih tidak bergerak.

"Heh..listen gak lo? Suruh menghadap kepala sekolah?" teriak Adi di telinga ketua osis yang juga sahabatnya, bahkan terdengar ke telinga yang lain, membuat semua yang ada di kantin tertawa karena ulahnya. Juna yang tengah fokus mengerjakan tugas pun sampai ikut terkekeh.

"Lo jangan sarapan speaker lagi besok-besok!" ucap ketua osis dengan wajah yang kesal, sambil mengorek-ngorek telinganya yang pengang.

Langsung melangkah menuju ruang kepala sekolah.

********************

Tok tok tok

"Assalamualaikum." suara dari luar ruangan
"Waalaikumussalam." jawab dua orang di dalam bersamaan.

"Silahkan masuk!" tambah
Ibu Hj. Endah Puspita yang menjabat kepala sekolah SMA Garuda.

Membuka pintu dan segera masuk ke ruangan itu dengan senyum terukir di wajah cowo tampan itu. Langsung mencium tangan Ibu Endah yang sudah berdiri dari duduknya, dan di balas dengan senyuman oleh beliau.

"Maaf bu, ada apa?" tanya ketua osis itu dengan kedua alis yang mengangkat.
"Ini loh Arkan, ibu ada tugas buat kamu. Tolong data anak basket yang akan mengikuti turnamen lomba dua bulan yang akan datang, secepatnya di berikan ke saya." papar beliau.
"Baik bu, InsyaAllah secepatnya saya berikan datanya ke Ibu." jelas Arkan dengan senyum yang masih terukir.
"Sama satu lagi, tolong antarkan siswi baru ini ke kelas XI IPA 3 bisa kan? Sambil kamu kenalkan lingkungan sekitar sekolah kita ini. " dengan senyum penuh harap ibu Endah sambil melihat gadis yang sedang duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

Arkan melihat kebelakang, gadis itu sedang duduk manis tengah menggesekan sepatu yang ia kenakan ke lantai. Tiba-tiba mata Arkan membulat melihat mata gadis itu yang sudah menatapnya sekarang. Mereka saling pandang. Ibu Endah yang dari tadi heran, langsung menepuk pundak Arkan.
"Bagaimana?" tanya beliau lagi.
Arkan tersadar dari diamnya "Ehm, siap baik bu." yakin Arkan.

Gadis itu berdiri dan melihat ke arah dua orang yang selesai berbincang itu.

"Baik nak, Arkan yang akan mengantarmu ke Kelasmu." dengan senyum manis beliau.

Deg

Ya Allah kenapa harus dia? Batinnya panik, pasalnya dia sudah merasa malu tadi pagi karena cowo itu.

Flashback On

"Na! Naa! Woy!"

"Cowo? Ganteng.. D d dia manggil gue?" pekik Arlina pelan.

Wajah gadis itu sudah merah, dan hatinya berbunga-bunga.

Cowo itu semakin berjalan mendekat dengan tatapan lurus ke depan. Tampak gagah dengan seragam rapih, rambut berwarna coklat yang tertata, tinggi berkulit putih, dan kantong yang dia gantung sebelah di bahu kanannya saja, menambah sosok cowo itu yang semakin Cool.

Semakin mendekat, dan melewatinya, tanpa menyadari gadis yang menatapnya.
Loh ko? Dia? Arlin cukup! Mengedipkan matanya sambil mengusap dadanya tak percaya, dia memang sangat ke Ge-Er an.

"Bro! Gue panggil dari tadi juga!"
Langkahnya terhenti di depan orang yang di panggilnya itu.

"Jun lo udah ngerjain tugas kimia yang di tugasin minggu lalu?"

"Lah yang mana? Gue liat dong"
Rayunya sambil memegang kedua tangan cowo dihadapannya.

"Dihh, lepasin gak?" sentak cowo yang di pegang tangannya itu.
"Di kantin aja kuy?" ajaknya.

Mereka langsung menuju ke kantin, tangannya sudah tidak berpegangan lagi.

Di sisi lain, gadis yang masih melihat kedua cowo yang baru pergi itu malah terkekeh dengan sikapnya yang 'baperan' itu. Langsung melanjutkan perjalanannya.

Flashback Off

Keduanya mencium tangan Bu Endah bergantian, dan langsung meninggalkan ruangan itu.

Keduanya masih canggung untuk memulai pembicaraan,sampai

"Nama gue Arkan Raid Darmawan" ucapnya masih menatap kedepan, tanpa berniat melihat lawan bicaranya ke samping.

"Oh!" jawabnya singkat.

Arkan tampak biasa saja, meskipun jawaban gadis itu singkat.

Kembali hening, namun tidak dengan jantung gadis itu yang tidak mau diam.

Merasa bertanggung jawab dengan tugasnya dan berusaha tetap ramah sesama siswa. Sekali lagi..

"Gue ketua OSIS di sini, jadi lo.."
Ucapannya terpotong.

"Udah tau." balasnya singkat lagi.

Aduh Arlin lo kenapa sih? Jutek gak harus sama cowo ganteng kaya dia juga dong!
Alin kikuk dengan jawabannya sendiri.

Langkah kaki Arkan berhenti, dan menatap Arlin yang masih kikuk dan menundukan wajahnya.

Arlin kaget melihat kaki Arkan yang sudah berhenti, dia tidak tau harus berkata apa jika ketua osis itu marah karena Arlin selalu menjawab singkat.

"Kelas XI IPA 3" cowo itu masih menatap Arlina.

"Hah?"

"Udah nyampe" menunjuk kelas yang ada di sebelah kanannya.

Kirain mau nyentak gue. Hatinya tenang.

"Oh, makasih ya.." mencoba menatapnya sambil memberi senyuman.

Cowo itu langsung pergi tanpa pamit, Arlin masih menatapnya dengan mata menyipit.

Aneh.

-LoveAr-


Alhamdulillah

Makasih reders yang udah baca chapter ke 2 ini.

Gak nyangka bisa lanjutin ceritanya,meskipun baru dua. Hehe😀😀

Jangan lupa voment ya kawan-kawan.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang