11. Bencinta

8.6K 436 0
                                    

Tatapanmu itu membuatku bingung untuk membenci atau menyukaimu.
-Arlina Giani Putri Chandratama-

Keempat orang itu sekarang sedang mengobrol ria, seperti biasa setiap pagi selalu saja ada hal yang bisa di gosipkan mereka. Seperti sekarang, Azka yang heboh menggembor-gembor soal Arlina yang menang saat melawan Juna cowo yang ganteng dan jago main basket itu, hingga bisa memasukan empat bola ke ring basket dengan Juna yang hanya memasukkan dua bola saja.

"B aja kali, lo juga jago Ka." sanggah Arlina yang jadi malu akan pujiannya.

"Gak baik nutupin kebaikan Ar." bela Azka sambil menyenggol bahu Arlina.

Tidak lama Pak Bono datang dengan penggaris panjangnya, yang menjadi senjata ampuh pemukul meja saat ada murid yang ribut di kelas di jam pelajarannya.

"Selamat pagi semuanya! Berapa banyak rumus yang sudah kalian cintai? " seperti biasa itu yang selalu Pak Bono katakan saat menyapa muridnya. Menanyakan itu dengan maksud apa rumusnya sudah di hafalkan karena akan ada ulangan dadakan.

"Lebih cinta dia dung!"

"Yang beep yuhuu!"

"Yang jomblo merapat!"

Seketika kelas menjadi riuh dengan tanggapan dan suara tawa mereka. Seperti itulah kelas XI IPA 3, jika menyangkut dengan cinta, hebohnya bukan main.

"Kurbel lo ah!" sewot Azka.
(Kurang belayan)

Bruk bruk! Suara pukulan penggaris Pak Bono terdengar nyaring.

"Sudah-sudah! Ini rumus fisika bukan rumus wanita!" kata-kata Pak Bono bukannya menghentikan kegaduhan, tapi menambah sorak dari seluruh siswa. Pak Bono adalah guru paling romantis diantara guru yang lain, tapi jika sudah nenyangkut kedisiplinan dan pelajaran beliau akan sangat tegas, bisa di bilang killer.

"Tutup semua buku! Masukkan kedalam tas! Sekarang kalian ulangan, bahagia bukan?" perintahnya saat kelas sudah mulai tenang, dan perintahnya tidak di sambut bahagia tentunya oleh para siswa. Ulangan dadakan!


*************************

"Jantung gue kayanya udah lelah deh gaes!" Azka tampak kelelahan setelah mengisi soal ulangan mendadak tadi.

"Pelajaran pertama fisika! Ulangan dadakan lagi! Untung gue rajin" umpat Dila.

"Bapa mah kaya permen karet! Manis diawal, pahit di akhir!" kata-kata Kila saat itu membuat ketiga temannya tertawa geli.

Keempatnya sedang menyantap makanannya di kantin, dan seperti biasa Kila menghabiskan sambal di mangkuk itu karena merasa strees.

Tidak sengaja arah mata Arlina menangkap sosok yang sangat dia sukai sekaligus dia benci. Hatinya masih menggebu-gebu ingin menghajarnya dengan bola basket. Kata-kata Arkan kemarin memang biasa saja, tapi rasanya hati gadis itu jengkel sekali.

Arkan kini hanya di temani oleh Abran dan Juna saja, Adi entah kemana. Mereka berjalan semakin dekat dengan kursi Arlina, mata mereka menatap Arlina sekilas kecuali Arkan, dia langsung berlalu tanpa berniat melihat Arlina. Sekarang ketiga cowo tampan itu duduk bersama di salah satu meja yang kosong, tepat disamping meja yang ditempati Arlina dkk.

"Ar!" panggilan dari seseorang itu terdengar tidak asing.

Arlina masih mengunyah siomaynya tanpa berniat menoleh.

"Lin!" panggilnya sekali lagi.

"Na!" panggil Dila sambil menyikut tangan Arlina disampingnya yang sedang memegangi sendok.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang