12. Cogan Aneh

8.3K 396 1
                                    

Kejahatan tidak bisa menaklukan apapun. Tapi apapun bisa menaklukan kejahatan, terutama  menaklukan hatimu.
-LoveAr-

Arlina masih terus meniupi dan mengelus tangannya yang merah. Untungnya, semalam Nanda sempat mengompres dan mengoleskan obat pada tangan putrinya itu. Arkan memang seorang laki-laki yang kejam, berkepala batu dan berhati dingin. Tamparan yang kuat dari tangan Arkan mampu membuat Arlina sulit melakukan kegiatan sehari-harinya. Seperti tadi pagi ketika sarapan, dia hanya minum susu dan itupun dibantu tangan kirinya untuk menopang gelas. Arlina masih berbaik hati untuk mencari alasan kepada bundanya bahwa tangannya merah karena terjatuh.

Gadis itu tergesa-gesa berjalan menyusuri lorong, dia berharap pagi ini tidak bertemu dengan cowo aneh itu.

Disisi lain, cowo berparas tampan itu sedang menggantung tas di bahunya, tapi hanya sebelah kanannya saja dan membuatnya semakin terlihat keren. Dia baru keluar dari ruang basket untuk sekedar mengobrol dengan teman-temannya. Arkan melihat gadis itu tergesa-gesa sembari mengibas-ngibaskan tangan kanannya. Tapi dia tetap biasa saja, hanya saja ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya. Sebelumnnya dia tidak pernah merespon seseorang dengan perasaan. Tapi, kali ini berbeda.

"Ar!" teriak seseorang yang baru saja keluar dari ruang basket.

Arkan masih memperhatikan Arlina, dan tanpa sadar Arlina berbalik dan memperhatikan Arkan yang kini sedang melihatnnya juga. Mata Arkan akhirnya berkedip dan memalingkan ke arah lain.

"Lo pang-" tanya Arlina agak berteriak pada Arkan.

"Arkan! Budeg lo ya?" teriakan Adi sekarang semakin kencang. Arlina yang sadar ternyata bukan dia yang di panggil, segera berbalik badan bersamaan dengan Arkan yang membalikkan badannya mencari keberadaan Adi.

Adi sekarang mensejajarkan posisinya dengan Arkan.

"Gimana bro?" Tanya Adi.

Arkan mengangkat sebelah alisnya.

"Arlina udah mau masuk tim basket?" lanjut Adi.

"Tau ah." jawab Arkan ketus.

"Gimana sih? Enam minggu lagi. Gak tau ah gak tau Arkaaan.." rengek Adi macam bayi yang minta dibelikkan mainan.

"Amasa?" tanya Arkan.

"Yee! Lo kagak ngitung apa? Lo kan pinter, ketos pula. Masa kaya gini doang lo gak tau? Dan bulan depan turnamennya, lo lupa sama tugas lo?" jelas Adi panjang lebar, tangannya bergerak-gerak mengisyaratkan, mulutnya sampai berbusa.

"Bodo!" jawab Arkan singkat lagi sambil tersenyum miring. Dia langsung pergi meninggalkan Adi membatin.

                 **************

Di kantin, Arkan memperhatikam sekelilingnya. Ramai dan bising, tapi dia tidak menemukan gadis itu. Hatinya jadi tidak tenang, makanan yang baru saja tiba di mejanya itu sudah dingin karena Arkan yang sama sekali tidak menyentuhnya. Tiba-tiba mata Arkan menemukkan ketiga teman Arlina yang tengah duduk bersama sambil mengobrol tanpa Arlina.

"Kemana ya?" gumamnya.

"Siapa?" tanya Juna yang melihat Arkan tidak bisa diam.

"Gak." jawabnya singkat. Arkan kini sudah berdiri dari duduknya, meninggalkan meja dan menghiraukan panggilan-panggilan teman yang berada satu meja tadi dengannya.

Kaki Arkan berjalan sangat cepat, hampir seperti berlari. Kemana kakinya akan pergi, pasti sudah Arkan rencanakan.

Kelas XII IPA 3

Arkan sudah berdiri di depan kelas itu, untuk bertemu gadis itu. Arkan melihat Arlina yang kini sedang meringis dan terlihat menahan tangisnya. Arlina hanya memperhatikan kotak makan yang ada di mejanya saja, tanpa segera memakannya.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang