38. Hukuman

3.8K 243 15
                                    

Saat rasa masih ada, dan kamu tetap untukku. Tapi hati sakit saat terbelenggu oleh kejelasan yang masih ragu.
-LoveAr-

"Aaaaaa!"

Seseorang itu tiba-tiba keluar dari toilet dan menghampiri bilik sebelahnya. Dengan hati-hati, dia membukakan pintunya tapi nihil, pintu itu tidak bisa dibuka.

"Tolooong!" teriak seseorang itu dari dalam toilet.

Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dengan tempo cepat.

Semakin dekat dengan cahaya yang menutupi sosok yang berlari tadi.

Seseorang yang dari tadi masih meminta tolong itu mulai menajamkan matanya seiring orang itu menghampirinya.

"Arkann! Tolongin!" teriak seseorang tadi saat sosok pria tampan itu mulai tetlihat jelas.

"Ada apa?" tanyanya datar.

"Ituuu." seseorang itu lalu menunjuk bilik yang terkunci.

Alina!
Tiba-tiba nama itu yang terlintas di pikiran Arkan.

Siswa itu dengan cepat memasuki toilet wanita itu dan mencoba membuka pintu biliknya. Tetap saja tidak bisa.

Meskipun didobrak, dia hanya akan menabrak tubuh Arlina yang berada di dalam. Arkan mulai mencari cara untuk mengeluarkan gadis itu.

Bagaimanapun caranya, Arkan harus menyelamatkan dia. Siapapun itu, dia harus menolongnya. Cowo itu siap bila harus menerima kemungkinan, jika yang tengah kesakitan di dalam sana adalah Arlina.

"Syif, lo masuk ke sini!" pinta Arkan yang tengah berjalan masuk ke bilik sebelahnya.

Syifa mengerutkan keningnya. Arkan mengajaknya berdua dalam satu toilet.

"Apaan si Ar?" tanya Syifa menghindar.

"Buru bantuin gue nopang tu cewe!" jawabnya sedikit membentak.

Syifa mengangguk dan akhirnya menghampiri Arkan masuk ke dalam.

Setelah itu, Arkan mulai menaiki kloset dan loncat ke bilik sebelahnya dengan cepat.

"Hati-hati Ar!" pinta Syifa lembut.

Arkan tidak mendengarnya, dia segera memposisikan tubuhnya untu turun lalu mengangkat gadis itu.

Mata Arkan membulat saat yang dia temukan memang benar Arlina. Arkan mulai lemas saat ini, terlebih lagi saat cowo itu memegang tangan dan pipi Arlina yang dingin.

"Ar cepetan!" suara Syifa agak berteriak.

"Arlina! Banguuun." bisik Arkan sambil menepuk pundak Arlina yang masih pingsan.

**********

"Lo gak akan pulang?" tanya Arkan sambil meneguk botol air mineral.

Tubuhnya dia sandarkan di dinding samping kursi tunggu.

"Gue ingin tau keadaan dia." jawab Syifa lembut sambil menundukan kepala.

Arkan lalu pergi untuk duduk di kursi depan ruangan Arlina. Seperti enggan di ganggu oleh siapapun, Arkan akhirnya memejamkan matanya sambil mendongakkan kepalanya.

"Ar! Lo harusnya pulang juga." ucap Syifa sambil duduk mendekati Arkan.

Arkan tidak menjawab.

"Lo bisa bawa mobil gue kan? Gue mau pulang." tambah Syifa dengan nada cemas ingin pulang.

Arkan tidak bergeming. Seakan telinganya disumpal tisu tebal.

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang