34. Selalu diam

5.8K 337 29
                                    

Sekarang mereka sudah berada di atas motor ninja milik Arkan. Sebentar lagi mereka sampai di rumah Arlina. Sepanjang jalan Arlina enggan untuk memeluk Arkan, gadis itu ingin memberi sedikit pelajaran pada pacarnya.

"Ar, mau beli makanan dulu gak?" tanya Arkan.

Arlina menggeleng.

Arkan lalu mengangguk. Cowo ini merasa pacarnya sedang marah, jadi lebih baik Arkan yang mengalah dulu.

Motor Arkan kini sudah berhenti di pekarangan rumah Arlina dan memarkirkannya di sana. Arlina turun lebih dulu dan membuka helmnya, lalu disusul Arkan.

Saat sudah menyimpan helmnya, Arkan tiba-tiba menyentil jidat Arlina hingga pacarnya meringis.

"Apaan sih?" tanya Arlina jutek.

"Lain kali gue bawa motor ngebut pas bonceng lo." jawab Arkan datar, dia kesal karena Arlina tidak memeluknya saat dibonceng tadi, masalahnya dia bisa saja terjatuh.

Arlina tidak peduli dengan jawaban Arkan kali ini, dia malah langsung pergi ke kamarnya dan meninggalkan Arkan.

**********


Tuk tuk tuk!

Arkan mengetuk pintu Arlina tak henti-hentinya.

"Arlina, buka!" teriaknya.

"Ar! Gue masuk ya." tambahnya, lalu membuka pintu kamar Arlina.

Arkan kaget ketika mendapati pacarnya sedang duduk manis di kasurnya dan laptop dipangkuannya dengan earphone yang menyumbat kedua telinganya.

Arkan segera menghampiri Arlina, lalu dia lepaskan earphone tersebut.

Arlina melihatnya sekilas, lalu kembali pada pada laptopnya.

"Liat apa sih?" tanya Arkan sambil menarik laptop dari pangkuan Arlina.

Tiba-tiba Arkan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Arlina.

Arlina membulatkan matanya, sepertinya pahanya sekarang jadi gemetar. Hatinya kembali berdetak kencang.

"Kenapa gak makan?" tanya Arkan.

Arlina terdiam.

Arkan juga ikut diam.

Arlina masih memalingkan wajahnya ke depan dan Arkan masih memperhatikan Arlina dari bawah.

*satu menit.

Arlina mencoba berdiri dan menurunkan kepala Arkan dan sekarang mereka duduk bersebelahan.

Arkan bertanya-tanya dalam hati. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya, sehingga pacarnya bisa bungkam seperti ini.

Arkan menarik nafasnya panjang, dia ingin memulai obrolan lagi.

Arlina berdecak.

*dua menit.

Arlina sudah tidak tahan dengan semua ini. Tapi malu jika harus bertanya lebih dulu.

Harusnya lo yang minta maaf!
Batinnya.

*dua menit lima puluh sembilan detik.

"Ar, kenapa gak jujur aja sih?" tanya Arlina pelan.

Seketika hatinya sakit lagi. Pasalnya, hari ini seharusnya giliran Arlina yang menjaga bunda karena Kak Rio kuliah. Tapi, pergi subuh dari Jakarta ke Bandung itu memakan banyak waktu. Gadis ini tetap rela telat supaya bisa menemui pacar yang dia rindukan. Tapi,

LoveArTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang